Yoshihide Suga, Anak Petani Stroberi yang Jadi Perdana Menteri Jepang
Suga pernah jadi supir truk dan pegawai di pabrik karton
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Yoshihide Suga menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Jepang sejak 16 September 2020, menggantikan PM Shinzo Abe yang menundurkan diri karena alasan kesehatan. Suga juga menggantikan peran Abe sebagai Presiden Partai Demokrat Liberal (LDP) pada 14 September 2020.
Terpilihnya lelaki berusia 72 tahun sebagai kepala pemerintahan Negeri Sakura menorehkan rekor baru dalam sejarah politik Jepang. Sebab, hanya segelintir orang dengan keturunan nonpolitik yang mampu menduduki jabatan tinggi pemerintahan. Sementara Suga, dia hanya putra dari seorang petani stroberi.
Salah satu pencapaian sepanjang karier politiknya adalah ketika Suga diberi kehormatan untuk mengumumkan era kekaisaran baru pada April 2019, bertepatan dengan pengunduran diri Kaisar Akihito.
Sebagai tangan kanan Abe yang merupakan PM terlama Jepang, Suga mengantongi modal politik yang baik, sehingga kepemimpinannya didukung oleh banyak elite politik. Sebagai figur yang sederhana dan bukan berasal dari dinasti politik, kepemimpinan Suga juga didukung oleh rakyat kecil, mengingat dia pernah menjadi petani dan tukang parkir.
Butuh waktu puluhan tahun bagi Suga untuk mewujudkan impian dan ambisinya sejak kecil. Kerja keras Suga adalah bukti nyata dari perjuangan seorang putra desa untuk mewujudkan cita-citanya. Dilansir dari laman The Famous People, yuk simak latar belakang Suga di bawah ini.
Baca Juga: Terpilih Jadi PM Jepang, Ini Tantangan yang Dihadapi Yoshihide Suga
1. Pekerja keras dan ambisius sejak kecil
Suga lahir di Ogachi, pedesaan di Prefektur Akita, pada 6 Desember 1948. Ayah dan ibunya merupakan seorang guru dan petani stroberi. Dia juga memiliki dua kakak perempuan serta adik laki-laki.
Setelah lulus dari SMA Yuzawa, saat berusia remaja, ayahnya meminta dia untuk mulai bekerja di pertanian keluarga. Namun, Suga dengan segudang ambisi dan impian besarnya memutuskan untuk meninggalkan desa kemudian pindah ke Tokyo.
Dia berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dan mengambil banyak pekerjaan sambilan. Salah satu pekerjaan yang pernah ia lakoni adalah pengemudi truk turret di pasar ikan Tsukiji. Demi mewujudkan mimpinya, Suga harus mengumpulkan pundi-pundi Yen agar bisa melanjutkan studi ke jenjang kuliah.
Ketika terik matahari menyengat, Suga juga bekerja sebagai pegawai di pabrik karton di Tokyo. Saat bulan menyinari malam, Suga mengambil kuliah hukum di Universitas Hosei. Alasan kenapa dia memilih kampus tersebut adalah karena biaya kuliahnya yang terjangkau dan paling murah.
Melalui pernikahan dengan Mariko, Suga dianugerahi tiga putra. Istrinya merupakan saudara perempuan dari rekan kerja di tempat pertama kali Suga bekerja.
Baca Juga: Nicolás Maduro, Mantan Sopir Bus yang Jadi Presiden Venezuela
Baca Juga: Profil Aung San Suu Kyi, Pemimpin Myanmar yang Jadi Tahanan Politik