Presiden Afrika Selatan: Kami Menolak Disetir oleh Kekuatan Global
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, menegaskan bahwa negaranya menolak untuk tundak pada kekuatan gobal. Dia juga menyampaikan, Afrika Selatan siap untuk menjadi tuan rumah pertemuan puncak negara-negara berkembang.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Johannesburg pekan ini dihadiri oleh anggota BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Pertemuan disebut untuk memperluas pengaruh mereka guna mendorong perubahan geopolitik global, dilansir Al Jazeera.
1. Jawab kritik soal tidak mengecam Kremlin
Tuan rumah KTT Afrika Selatan telah menyoroti hubungannya dengan Kremlin, terutama karena menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
“Sementara beberapa pencela kami lebih memilih dukungan terbuka untuk pilihan politik dan ideologis mereka, kami tidak akan ditarik ke dalam kontes antara kekuatan global,” kata Ramaphosa dalam pidato kenegaraan yang disiarkan televisi.
“Kami telah menolak tekanan untuk menyelaraskan diri dengan salah satu kekuatan global atau dengan blok negara yang berpengaruh,” sambungnya, pada Minggu (20/8/2023).
Ramaphosa akan bergabung di KTT BRICS bersama Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva.
Baca Juga: Menyelami 44 Tahun Hubungan Indonesia-Kenya
2. Putin tidak menghadiri KTT BRICS secara langsung
Editor’s picks
Rusia akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, dengan Presiden Vladimir Putin berpartisipasi secara online.
Putin memutuskan untuk tidak hadir secara langsung, karena dia adalah target dari surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional, yang secara teori harus ditegakkan oleh Afrika Selatan.
Surat perintah itu memicu dilema diplomatik selama berminggu-minggu sampai keputusan Putin diumumkan, mengingat hubungan lama Afrika Selatan dengan Rusia dan penolakan mantan untuk menangkap mantan diktator Sudan Omar al-Bashir pada 2015 dalam situasi yang sama.
3. Terbuka untuk memperluas keanggotaan BRICS
Sekitar 50 pemimpin lain yang bukan anggota BRICS, di antaranya Ebrahim Raisi dari Iran dan Presiden Indonesia Joko Widodo, telah mengonfirmasi kehadiran di KTT tersebut.
Negara-negara BRICS menyumbang sekitar seperempat dari ekonomi global dan minat untuk bergabung dengan grup tersebut telah melonjak tahun ini.
Setidaknya 40 negara telah menunjukkan minat untuk menjadi anggota, dengan 23 negara telah mengajukan aplikasi mereka. Beberapa negara yang bercita-cita menjadi anggota BRICS antara lain Argentina, Bangladesh, Bahrain, Kuba, Ethiopia, Indonesia, Iran, Nigeria, dan Arab Saudi.
Afrika Selatan mendukung seruan untuk membuka keanggotaan BRICS.
“BRICS yang diperluas akan mewakili kelompok negara yang beragam dengan sistem politik berbeda, yang memiliki keinginan yang sama untuk memiliki tatanan global yang lebih seimbang,” kata Ramaphosa.
Baca Juga: Jokowi soal Isu Indonesia Akan Gabung BRICS: Nanti Diputuskan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.