Demo Akbar Protes Jaksa Agung, Guatemala Lumpuh!

Dianggap cederai demokrasi Guatemala

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Guatemala mengadakan demonstrasi akbar pada Senin (9/10/2023), untuk menuntut mundurnya Jaksa Agung Consuelo Porras yang dianggap mencederai demokrasi di negaranya. Hal ini pun memperpanjang krisis politik di Guatemala. 

Setelah ditetapkannya kemenangan presiden terpilih Bernardo Arevalo pada Agustus lalu, banyak pihak yang belum menerima keputusan tersebut. Bahkan, polisi sudah dua kali mengupayakan penyitaan surat suara di Pengadilan Elektoral (TSE) atas perintah Kejaksaan Agung. 

Baca Juga: AS Sanksi Pejabat Guatemala yang Dianggap Merusak Demokrasi

1. Lebih dari 120 ruas jalan di Guatemala diblokir massa

Demonstrasi untuk menuntut mundurnya Jaksa Agung Porras telah berlangsung selama sepekan. Tindakan ini mengakibatkan kelumpuhan di seluruh negeri karena lebih dari 120 ruas jalan di Guatemala diblokir oleh demonstran. 

Dilansir La Prensa Latina, demonstran telah menggelar aksinya di jalan nasional dan depan Kantor Kementerian Publik di Guatemala City. Selain itu, terdapat 200 orang datang di depan rumah Porras agar mendesaknya mundur. Namun, ia diketahui tidak berada di rumahnya setelah diperbolehkan masuk. 

Selain mendatangi rumah Porras, ratusan demonstran dari berbagai penjuru negeri pun mendatangi kediaman dari jaksa agung lainnya dan anggota pegawai di lingkungan Kantor Kejaksaan Guatemala. 

Demonstrasi akbar ini mengakibatkan semua fasilitas sekolah dan universitas di Guatemala tutup. Bahkan, sejumlah fasilitas umum seperti pasar, swalayan, beserta toko terpaksa tutup pada Senin karena akses jalan yang diblokir. 

Baca Juga: Warga Guatemala Desak Jaksa Agung Mundur karena Intervensi Pemilu

2. Demonstrasi diinisiasi oleh organisasi pribumi

Demonstrasi akbar ini diinisiasi oleh organisasi pribumi di 48 wilayah di Provinsi Totonicapan. Kemudian aksi mereka mendorong berbagai lapisan masyarakat di Guatemala, termasuk dokter, mahasiswa, dan pebisnis untuk bergerak dalam membela demokrasi. 

Selain meminta Porras mundur, demonstran mendesak agar Kantor Kejaksaan Agung tidak berusaha memodifikasi hasil pemilu yang digelar pada Juni dan Agustus lalu. Mereka meminta agar Bernardo Arevalo tetap menjadi presiden terpilih di negaranya. 

"Korupsi begitu tinggi. Kami butuh bersatu dan kami tidak akan meninggalkan jalanan sampai ia mau mundur," tutur Gerson Gonzalez selaku pengemudi taksi yang memblokir jalan di Guatemala City. 

"Kami sudah muak dengan korupsi dan ini adalah sebuah demonstrasi damai untuk mendukung hak-hak semua warga negara," sambungnya. 

3. Terdapat dugaan kekerasan dalam demo akbar di Guatemala

Pada hari yang sama, presiden terpilih Bernardo Arevalo mengatakan bahwa pemerintah menggunakan cara kekerasan untuk melawan demonstran. Ia pun menyebut bahwa pemerintah berusaha menciptakan tensi agar dapat menerapkan keadaan darurat di Guatemala. 

Pada Sabtu (7/10/2023), OAS (Organization of American States) bersedia menerima undangan untuk menjadi penengah antara pemerintah Guatemala dan demonstran yang menduduki jalanan.

Dilaporkan Reuters, mantan Menteri Pertahanan Uruguay, Luis Rosadilla dan Sekretariat Hak dan Kesetaraan OAS, Maricarmen Plata akan memimpin misi tersebut. 

"Misi ini akan diupayakan untuk mempertemukan dua aktor utama dalam menangani krisis sosial dan politik di Guatemala dan merepresentasikan rekomendasi-rekomendasi yang spesifik dalam menyelesaikan persoalan," tambahnya. 

Baca Juga: Parlemen Guatemala Tolak Partai Presiden Terpilih Bernardo Arevalo

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya