Warga Guatemala Desak Jaksa Agung Mundur karena Intervensi Pemilu

Pembelaan terhadap Bernardo Arevalo

Jakarta, IDN Times - Warga Guatemala mengadakan demonstrasi akbar pada pada Senin (18/9/2023). Mereka mendesak lengsernya Jaksa Agung Consuelo Porras di Guatemala City yang dianggap ikut campur dalam proses pemilu. Porras dinilai berupaya menghalangi proses transisi pemerintahan ke tangan Bernardo Arevalo. 

Setelah berlangsungnya pilpres yang dimenangkan Arevalo, Guatemala masih dirundung ketidakpastian politik akibat tudingan kepada Partai Movimiento Semilla. Alhasil, sejumlah pihak tidak menerima legitimasi partai Arevalo itu dan menolak anggotanya ikut dalam sidang parlemen. 

Baca Juga: Parlemen Guatemala Tolak Partai Presiden Terpilih Bernardo Arevalo

1. Kelompok masyarakat pribumi dukung Bernardo Arevalo

Demonstrasi akbar ini diorganisir oleh kelompok masyarakat pribumi di Guatemala sebagai bentuk dukungan kepada Bernardo Arevalo yang terpilih menjadi presiden pada periode 2024-2028. 

"Tindakan Jaksa Agung, Porras tidak diperbolehkan. Kita tidak dapat menyembunyikan kebenaran, keinginannya untuk merusak harapan rakyat sudah sangat jelas," tutur Misarai Xoquic selaku Wali Kota Departemen Solola, dikutip La Prensa Latina.

Dalam demonstrasi ini, Xoquic dan sejumlah kelompok masyarakat pribumi melangsungkan long-march di jalanan Guatemala City. Mereka membawa spanduk bertuliskan penolakan aksi yudisial yang ikut campur dalam proses pemilu tahun ini. 

"Apabila Jaksa Agung Porras tidak bersedia mundur dari jabatannya, kami akan memblokade seluruh negeri. Kami akan mengambilalih seluruh jalan raya dan melumpuhkan seluruh pelabuhan," tambahnya. 

Baca Juga: Kejaksaan Intervensi Pemilu, Warga Guatemala Akan Gelar Demo 

2. Arevalo desak Jaksa Agung mundur dari jabatannya

Pada hari yang sama, presiden terpilih Guatemala, Bernardo Arevalo meminta kepada Mahkamah Agung untuk memecat Jaksa Agung Consuelo Porras. Ia dituding merencanakan kudeta dan mencegahnya duduk sebagai kepala negara pada Januari 2024. 

"Bersama, kami akan menunjukkan sebuah harapan dan mengatakan dengan empati #OutCoupPlotters. Bawalah bendera biru dan putih-mu dan pertahankan hak rakyat untuk membangun masa depan yang lebih baik," tutur Arevalo, dilansir The Tico Times.

Dalam permintaannya itu, Arevalo juga mendesak Jaksa Rafael Curruchiche ikut dilengserkan karena melakukan investigasi tanpa bukti yang jelas terhadap Partai Movimiento Semilla. 

Selain itu, Jaksa Fredy Orellana juga diminta untuk mundur dari jabatannya. Pasalnya, ia merupakan orang yang memerintahkan penggeledahan di kantor Partai Semilla dan Pengadilan Pemilu (TSE) yang memicu panasnya situasi politik saat ini. 

3. AS desak Guatemala hentikan intimidasi terhadap Arevalo

Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Duta Besar OAS (Organization of American States) mendesak Guatemala menghentikan upaya intimidasi kepada anggota Partai Semilla dan pejabat elektoral di negara Amerika Tengah itu. 

"Dalam sebuah demokrasi yang sehat, institusi-institusi tidak diperbolehkan ikut campur dengan kotak suara setelah pemilu berlangsung dan sudah disertifikasi secara resmi oleh otoritas yang bertugas," terang Duta Besar AS untuk OAS, Francisco Mora. 

Dilaporkan Reuters, Kejaksaan Agung, pekan lalu, telah menginstruksikan penggeledahan terhadap fasilitas Pengadilan Elektoral (TSE) sebagai bagian dari investigasi. Mereka mencurigai adanya kecurangan dalam pilpres setelah Arevalo menang dengan suara besar. 

Setelah insiden itu, Arevalo pun menangguhkan partisipasinya dalam proses transisi kekuasaan. Ia pun menekankan agar semua institusi dan kondisi politik di Guatemala kembali kondusif. 

Baca Juga: Oposisi Diblokir Ikut Pilpres, Demokrasi Guatemala di Ujung Tanduk

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya