Ekuador Pastikan Senjata Bekas Uni Soviet Tidak Dikirim ke Ukraina

Ekuador berniat amankan ekspor pisang ke Rusia

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Ekuador Gabriela Sommerfeld, pada Senin (19/2/2024), memastikan bahwa senjata bekas Uni Soviet tidak akan dikirimkan ke Ukraina untuk memerangi Rusia. Ia menyebut Ekuador tidak akan mengirimkan peralatan tempur ke negara yang berkonflik. 

Belakangan ini, relasi Ekuador-Rusia terus memanas di tengah kesepakatan pengiriman senjata bekas Uni Soviet ke Amerika Serikat (AS) untuk ditukarkan dengan senjata yang lebih modern. Apalagi, Quito membutuhkan modernisasi peralatan tempur untuk melawan teror geng kriminal. 

1. Ekuador tidak akan mengirimkan senjata ke negara yang berkonflik

Sommerfeld menyampaikan ini di tengah rapat Parlemen Ekuador Komisi Transparansi dan Kontrol Sosial terkait pengiriman peralatan tempur buatan Uni Soviet ke AS. 

"Terdapat panduan jelas dari Presiden Noboa bahwa Ekuador tidak akan mengirimkan peralatan tempir ke negara yang sedang dilanda konflik bersenjata internasional. Ekuador tergabung dalam Dewan Keamanan PBB yang mencoba mencari solusi damai dalam menyelesaikan konflik," terangnya, dikutip Primicias.

Ia menambahkan, pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk memastikan terkait persenjataan karena itu menjadi wewenang dari Kementerian Pertahanan. 

"Kerja sama antara Ekuador-AS adalah mengenai masalah keamanan dan latihan tempur. Maka implementasi perjanjian ini hanya sebagai proses yang sudah dinegosiasikan pada masa pemerintahan eks Presiden Guillermo Lasso," sambungnya. 

Baca Juga: PM Estonia Tidak Takut Dijadikan Buronan di Rusia

2. Rusia akhiri pemblokiran impor pisang dari Ekuador

Setelah diadakan dialog dengan Presiden Daniel Noboa, Duta Besar Rusia di Quito Vladimir Sprinchan memastikan bahwa Ekuador tidak akan mengirimkan senjata bekas Uni Soviet ke Ukraina melalui AS. 

Dilansir EFE, Badan Pengawas Makanan dan Fitosaniter (Rosselkhoznadzor) telah mencabut pemblokiran terhadap lima perusahaan eksportir pisang yang dituding melanggar persyaratan karena ditemukan lalat Megaselia scalaris. 

Sementara itu, Direktur Asosiasi Ekspor dan Pemasaran Pisang (ACORBANEC) Richard Salazar mengatakan, penangguhan jangka pendek ini tidak berdampak pada kerugian bagi eksportir pisang di Ekuador. Ia menyebut proses ekspor dapat dilanjutkan ke negara lain atau ke Rusia melalui negara ketiga. 

Pada 2023, Ekuador sudah mengekspor 65,16 juta boks pisang ke Rusia atau 21 persen dari total ekspor pisang ke seluruh dunia. Nilai ekspor tersebut ditaksir mencapai 800 juta dolar AS (Rp12,5 triliun). 

3. Petani bunga anyelir Ekuador mengeluhkan pemblokiran ekspor ke Rusia

Selain pemblokiran impor pisang, Rusia ternyata juga menangguhkan impor bunga anyelir dari Ekuador. Keputusan itu disebabkan tudingan adanya lalat berbahaya yang disebut dapat menyebar dengan cepat dalam proses pengiriman. 

Anggota Asosiasi Produsen Bunga Anyelir, Cotopaxi Santiago Benitez, mengaku penangguhan ekspor ke Rusia telah berdampak besar kepada para produsen di wilayah Cotopaxi. Ia pun mengkhawatirkan ini akan berdampak pada ribuan pekerja. 

Dilaporkan Expreso, Cotopaxi menjadi wilayah dengan target pasar utama bunga anyelir ke Rusia. Bahkan, 90 persen dari hasil dari 300 hektare lahan pertanian bunga anyelir di Cotopaxi yang senilai 10 juta dolar AS (Rp156,6 miliar) dikirimkan ke negara Eurasia tersebut. 

Imbas pemblokiran, bunga anyelir harus disimpan di ruangan pendingan dalam 2 pekan terakhir. Namun, apabila tidak ada kejelasan, maka petani mengaku akan membuang bunga yang busuk atau mengubahnya sebagai pakan ternak. 

Baca Juga: Diaspora Rusia di Eropa Gelar Demo atas Kematian Navalny

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya