Ghana Hukum Pendukung Wagner Rusia yang Dituduh Ingin Picu Kudeta

Diduga berniat adakan kudeta di Ghana

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Ghana, pada Rabu (4/10/2023), mendakwa lima orang yang diduga pendukung tentara swasta Wagner. Mereka disebut berniat mengadakan pemberontakan untuk melengserkan pemerintah. 

Ghana sedang dilanda masalah lonjakan biaya hidup yang berbuntut pada rentetan demonstrasi. Negara Afrika Barat itu juga tengah dilanda krisis ekonomi akibat pandemik COVID-19 dan ketidakpastian global. Termasuk negara Afrika dengan utang IMF terbesar saat ini. 

1. Terduga pelaku punya hubungan dengan kolaborator luar negeri

Kepolisian Ghana menyebut, terduga pelaku ditangkap ketika mengadakan protes dukungan kepada Rusia di Takoradi pada Agustus lalu. Kelima orang itu disebut punya hubungan dengan kolaborator di luar negeri untuk memobilisasi pemuda lewat Telegram. 

"Kelima pemuda yang ditangkap pada Agustus lalu itu akan didakwa atas rencana menggulingkan pemerintahan dan merusak kedamaian di Ghana," ungkap Kepolisian Ghana, dikutip BNE Intellinews.

Saat mengadakan demonstrasi, beberapa pemuda di Diabene mengibarkan bendera Rusia dan membawa spanduk yang bertuliskan "Biden adalah tokoh yang menyulut peperangan", dan "Hidup Rusia". 

Demonstrasi diduga punya kaitan dengan pemimpin kelompok pro-Rusia di Ghana yang dipimpin Michael Asiedu. Ia dikenal sebagai administrator blog Facebook, Mikado News, yang memiliki 1,5 ribu pengikuti dan menyebarkan konten pro-Rusia. 

Baca Juga: Parlemen Ghana Hapus Hukuman Mati

2. Rusia gencar sebarkan propaganda di Ghana dan Afrika Barat

Ghana Hukum Pendukung Wagner Rusia yang Dituduh Ingin Picu Kudetailustrasi bendera Rusia (pixabay.com/fotiniya)

Pada saat yang sama, perwakilan dari West Africa Centre for Counter-Extremism (WACCE), Mukhtar Mumuni, mengatakan bahwa insiden demonstrasi pro-Rusia di Ghana dipicu oleh propaganda Rusia.

"Apa yang mereka lakukan adalah contoh propaganda yang sengaja dikampanyekan oleh Barat, Rusia, dan China di Afrika Barat. Namun, propaganda tersebut mayoritas dari Rusia yang gencar menyebarkan propaganda dan kabar bohong di Afrika," ungkapnya dalam The Africa Report.  

"Namun, peristiwa ini cukup janggal karena terjadi di Ghana yang dikenal sebagai negara yang cukup stabil, demokrasi, dan tidak memiliki kemiripan dengan negara tetangganya di Afrika Barat," sambungnya. 

Demonstrasi tersebut menunjukkan meningkatnya pendukung Rusia di Ghana dan mengisyaratkan munculnya sentimen anti-Prancis dan anti-Barat di negara-negara Afrika Barat. Hal itu yang memicu serangkaian kudeta militer di Afrika Barat. 

3. Oposisi organisir demonstrasi menuntut Gubernur Bank Ghana mundur

Pada Selasa (3/10/2023), pemimpin oposisi mengadakan demonstrasi di ibu kota Accra untuk memrotes situasi ekonomi di negaranya. Mereka pun mendesak agar Gubernur Bank Ghana (BOG), Ernest Addison, mengundurkan diri. 

"Apabila seluruh negara membutuhkan 1 miliar dolar AS (Rp15,5 triliun) dari IMF setiap tahun untuk 3 tahun dalam memperbaiki masalah, dalam 1 tahun kita dapat kehilangan 5 miliar dolar AS (Rp77,9 triliun). Siapa sebenarnya masalah kita?" terang anggota parlemen Ghana, Samuel Nartey George, dikutip Africa News.

"Pemerintah sebenarnya tahu bahwa mereka kehilangan kekuatannya. Mereka tidak peduli jika BOG menghancurkan Ghana. Jika Addison menghancurkan Ghana, mereka tidak peduli. Namun, kami, rakyat harus peduli," ungkap Franci-Xavier Kojo Suso selaku anggota parlemen di Accra. 

Dalam aksinya, demonstran yang dipimpin oleh Ketua NDC (National Democratic Congress), Cassuel Ato Forson, menyanyikan lagu-lagu partriotik dan membunyikan vuvuzela, drum, dan menari di dekat penjagaan dari aparat kepolisian. 

Baca Juga: Yes! Ghana Setujui Vaksin Malaria dari Oxford

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya