Kuba Kecam Penempatan Kapal Selam Nuklir AS di Guantanamo

Sebut sebagai provokasi AS

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Kuba menolak kedatangan kapal selam nuklir Amerika Serikat (AS) di pangkalan Angkatan Laut Guantanamo pada Selasa (11/7/2023). Mereka menyebut tindakan AS sebagai bentuk provokasi terhadap negara tetangganya. 

Ketegangan AS-Kuba meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah tuduhan Washington bahwa China mendirikan fasilitas intelijen di Kuba. Selain itu, Kuba terus tertekan akibat embargo ekonomi AS yang berlangsung lebih dari 60 tahun lamanya. 

Baca Juga: PBB Serukan AS Minta Maaf kepada Napi Guantanamo

1. Kuba tekankan bahwa AS menduduki Teluk Guantanamo secara ilegal

Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez mengungkapkan bahwa tindakan AS akan menciptakan ekskalasi di wilayahnya. Ia pun menyebut AS tidak menepati perkataannya yang mendeklarasikan perdamaian. 

"Ini adalah sebuah provokasi dari AS yang menyerukan deklarasi zona perdamaian di sana. Selama 121 tahun, AS menduduki teritori seluas 117 km persegi dari hak yang seharusnya dimiliki rakyat Kuba dan okupansi militer ilegal ini dimulai pada 1898," tutur Rodriguez, dilansir Telesur

"Pangkalan Guantanamo secara letak sebenarnya tidak strategis bagi Amerika Serikat, tapi keberadaan pangkalan itu sebagai respons permanen kepada kepentingan politik untuk melanggar hak kedaulatan Kuba," sambungnya.

Ia menambahkan bahwa Teluk Guantanamo digunakan sebagai pusat penahanan, penyiksaan, dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) secara sistematis kepada warga dari berbagai negara. 

Baca Juga: AS Pulangkan 2 Tahanan Guantanamo yang Dituduh Bantu Al Qaeda

2. AS klaim Kuba ingin mendistraksi dunia internasional

Kementerian Luar Negeri AS menolak memberikan komentar terhadap pergerakan armada militernya, tapi menyebut kapal selam itu sudah ada di sana mulai 5-8 Juli. Namun, mereka menolak memberikan detail informasi terkait kapal tersebut. 

Dilansir Reuters, AS menyebut bahwa Kuba hanya ingin mendistraksi 2 tahun perayaan aksi protes terbesar di Havana setelah revolusi pada 1959. 

"Sejumlah upaya pemerintah Kuba untuk mendistraksi dunia dari protes yang terjadi hari ini sudah transparan dan terlihat konyol," ungkap Kemlu AS. 

Guru besar American University di Washington, William LeoGrande menyebut bahwa belum diketahui secara pasti motif pergerakan kapal selam ini. Terdapat kemungkinan bahwa adanya masalah teknis atau respons atas kekhawatiran soal fasilitas China di Kuba. 

3. AS desak Kuba bebaskan ratusan demonstran yang ditahan

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mendesak Kuba membebaskan seluruh warga yang ditahan karena ikut demonstrasi pada 11-12 Juli 2021. Ia pun menyerukan kepada seluruh komunitas internasional mendesak Havana agar mau membebaskan tawanan. 

Menurut organisasi penegak hak asasi manusia (HAM), Justicia 11J, setidaknya ada 1.500 orang yang ditahan setelah ikut demo. Sebanyak 700 orang diketahui masih berada di dalam penjara sampai saat ini. Bahkan, 500 di antaranya mendapat hukuman berat hingga 25 tahun kurungan penjara, dilaporkan Yahoo News.

Di sisi lain, pemerintah Kuba menuding AS bertanggung jawab atas demonstrasi pada Juli 2021. Mereka menuding AS berniat menggulingkan pemerintahan yang bersistem satu partai tersebut. 

"AS telah memberikan arahan, dana, dan menginisiasi aksi kekerasan, beserta provokasi terhadap otoritas Kuba," ujar Wakil Menteri Luar Negeri, Carlos Fernandez de Cossio lewat cuitan Twitter-nya. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya