Serbia Minta NATO Lindungi Rakyatnya di Kosovo

Krisis Serbia-Kosovo kian memanas

Jakarta, IDN Times - Petinggi militer Serbia Jenderal Milan Mojsilovic, pada Jumat (23/6/2023), mendesak Pasukan Penjaga Perdamaian NATO di Kosovo (KFOR) untuk melindungi warga Serbia di Kosovo. Ia menilai organisasi internasional dan KFOR tidak berpihak kepada etnis minoritas. 

Pernyataan ini disampaikan setelah gagalnya negosiasi perundingan antara Serbia-Kosovo yang dimediasi oleh Uni Eropa (UE). Menyusul ketegangan antara kedua negara dalam beberapa pekan terakhir usai pengukuhan wali kota etnis Albania di empat wilayah dominan etnis Serbia. 

1. KFOR dianggap tidak melindungi rakyat Serbia di Kosovo

Mojsilovic mendesak agar KFOR dan organisasi keamanan internasional lainnya agar menyediakan perlindungan kepada rakyat Serbia di Kosovo. 

"Sejalan dengan semua fakta yang diinformasikan oleh komandan KFOR bahwa kami mengikuti semua perkembangan dengan banyaknya penahanan, dan mendesak keinginan untuk segera dilakukan upaya dalam melindungi rakyat Serbia beserta haknya untuk bertahan hidup," ungkap Mojsilovic, dikutip N1.

"Ini adalah permohonan kami kepada seluruh KFOR dan institusi keamanan lain di Kosovo dan Metohija. Kami menekankan, saat ini jelas bahwa komunitas internasional gagal menjalankan kewajibannya," tambahnya.

Ia menambahkan, jika pasukan bersenjata Serbia mendapat arahan dari petinggi, maka mereka akan melakukan tugas itu dengan total demi mengatasi seluruh krisis keamanan di Kosovo. 

Baca Juga: Hungaria Minta Serbia Bebaskan Polisi Kosovo

2. Polisi Kosovo temukan senjata api di mobil berpelat Serbia

Pada hari yang sama, Menteri Dalam Negeri Kosovo Xhelal Svecla mengatakan, polisi menemukan mobil berpelat Serbia yang penuh dengan senjata api. Bahkan, disebut terdapat peluncur roket, alat peledak, senjata otomatis, dan seragam militer. 

"Senjata ini digunakan untuk melancarkan serangan teroris. Ini adalah bukti lain bahwa Serbia memanfaatkan kelompok tertentu dan organisasi untuk merusak stabilitas negara kami," kata Svecla, dilansir Reuters.

Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, memperingatkan situasi di Kosovo Utara. Adapun perundingan antara Perdana Menteri Kosovo, Albin Kurti dan Presiden Serbia, Aleksandar Vucic tidak menghasilkan keputusan berarti. 

"Meskipun kemarin dalam negosiasi telah dilangsungkan untuk mengurangi tensi krisis Serbia-Kosovo, ekskalasi masih terus berlanjut dan bahkan bisa semakin berbahaya. Kami tidak akan menoleransi itu," terang Borrell. 

3. Kosovo tangkap lagi seorang diduga pelaku keributan di Zvecan

Dilaporkan Balkan Insight, polisi Kosovo kembali menangkap seorang warga Kosovo Serbia yang diduga berpartisipasi melawan pasukan KFOR di Zvecan. Pria yang ditangkap itu diketahui bernama Nemac atau Rus. 

"Penangkapannya dilakukan setelah ada bukti bahwa ia terlibat dalam serangan kepada pasukan KFOR pada 29 Mei. Serangan itu membuat setidaknya puluhan pasukan KFOR menderita luka. Semua aksi akan dilakukan sesuai dengan koordinasi dengan badan hukum," terangnya. 

Meningkatnya tensi Kosovo-Serbia turut mengancam kemungkinan terjadinya konflik kedua di Eropa, setelah Ukraina. Amerika Serikat (AS) dan negara Barat lainnya terus mengupayakan pencegahan perang besar di Eropa usai berakhirnya Perang Dunia II, dilansir The Hill

Sejumlah pakar memperingatkan bahwa Rusia yang selama ini punya hubungan dekat dengan Serbia akan menggunakan krisis ini untuk menyebarkan informasi menyimpang. Rusia pun terus berkomitmen dalam krisis di Kosovo dan mengintervensi konflik Serbia-Kosovo. 

Baca Juga: Kosovo Perketat Perbatasan setelah Polisinya Diculik Aparat Serbia

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya