Pejabat Afsel Nilai Varian Omicron Tidak Begitu Ganas

Meski demikian, jumlah kasus COVID-19 di Afsel terus naik

Jakarta, IDN Times - Pejabat kesehatan di Afrika Selatan dalam pernyataannya pada Jumat (17/12) waktu setempat mengatakan bahwa varian Omicron, yang saat ini menjadi varian dominan di negaranya, tidak begitu ganas dibandingkan varian-varian sebelumnya. Meski demikian, Afrika Selatan terus mengalami kenaikan kasus baru COVID-19.

1. Jumlah orang yang membutuhkan oksigen lebih rendah dibandingkan periode gelombang COVID-19 sebelumnya 

Pejabat Afsel Nilai Varian Omicron Tidak Begitu Ganasilustrasi bernapas dengan tambahan oksigen (healtharchives.org)

Dilansir dari Aljazeera.com, pejabat kesehatan setempat mengatakan tingkat infeksi COVID-19 melonjak di seluruh Afrika Selatan akibat dari varian Omicron yang sangat bermutasi, tetapi justru lebih sedikit orang yang meninggal atau memerlukan perawatan di rumah sakit dibandingkan dengan gelombang penyakit sebelumnya.

Seorang ahli dari National Institute for Communicable Diseases (NICD), Dr. Michelle Groome, mengatakan pada Jumat waktu setempat bahwa rawat inap tidak meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini.

"Kami mulai melihat beberapa peningkatan, tetapi peningkatan kematian yang relatif kecil," ungkap penjelasan dari Dr. Michelle Groome yang dilansir dari Aljazeera.com.

Ahli lainnya dari NICD, Dr. Wassila Jassat, mengatakan jumlah orang yang membutuhkan oksigen justru lebih rendah dibandingkan dengan periode gelombang COVID-19 sebelumnya.

Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Joe Phaahla, mengatakan data tersebut tidak berarti bahwa varian Omicron kurang ganas, melainkan vaksin yang mencegah penyakit serius.

Sekitar 31 persen dari populasi di Afrika Selatan sudah divaksinasi lengkap, tetapi jumlah meningkat menjadi 66 persen untuk orang yang berusia di atas 60 tahun. Orang yang berusia lebih dari itu paling berisiko mengalami gejala serius.

Para ilmuwan setempat juga tetap tidak yakin seberapa bahayanya varian Omicron, tetapi data awal menunjukkan bahwa varian tersebut bisa lebih resisten terhadap vaksin dan lebih menular ketimbang varian Delta.

2. Kepala WHO mengatakan salah bagi orang yang menganggap varian Omicron sebagai penyakit ringan

Pejabat Afsel Nilai Varian Omicron Tidak Begitu GanasDirektur Umum WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Instagram.com/drtedros)

Baca Juga: Waspada! Pasien Omicron di Indonesia Bertambah 2 Orang 

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa salah bagi orang untuk menganggap Omicron sebagai penyakit ringan.

Pejabat senior WHO lainnya juga memperingatkan bahwa puncak Omicron bisa terjadi pada beberapa minggu ke depan karena menyebar dengan cepat.

Ia juga menambahkan bahwa bukti saat ini menunjukkan vaksin tidak gagal melindungi terhadap Omicron sama sekali dan memang menawarkan beberapa tingkat perlindungan.

Ahli vaksin dari University of the Witwatersrand, Shabir Madhi, mengutip survei seropositif yang telah diselesaikan di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, yang telah menjadi pusat wabah varian Omicron, dengan menunjukkan angka 72 persen telah terinfeksi dan mengalami COVID-19 sebelumnya.

Itu lebih dari 3 kali lipat tingkat infeksi sebelumnya yang terdeteksi oleh survei serupa selama wabah varian Beta tahun 2020 lalu di mana seropositif adalah 20 persen.

Sementara Madhi mengatakan bukti yang muncul menunjukkan fakta bahwa Omicron lebih menular dan lebih mampu menghindari perlindungan antibodi, dia menyarankan mekanisme lain yang bekerja dalam kekebalan yang didapat melalui infeksi sehingga dapat menjelaskan tingkat rawat inap yang lebih rendah dan penyakit parah.

Mengatasi masalah apakah Omicron lebih ringan dibandingkan dengan beberapa varian sebelumnya, Madhi mengatakan tingginya tingkat paparan sebelumnya berarti para ahli tidak dapat membuat perbandingan virulensi head-to-head yang berarti dengan Omicron dibandingkan dengan beberapa varian lainnya.

3. Jumlah kasus COVID-19 di Afrika Selatan sampai saat ini 

Pejabat Afsel Nilai Varian Omicron Tidak Begitu GanasSuasana di sekitar wilayah Johannesburg, Afrika Selatan. (Pixabay.com/mzgiaconte)

Sampai hari Kamis (16/12) waktu setempat, Afrika Selatan memiliki jumlah kasus COVID-19 mencapai angka 3.255.816 kasus dengan rincian 90.262 kasus berakhir meninggal dunia serta 2.954.919 kasus berakhir sembuh.

Di hari yang sama, Afrika Selatan mengalami penambahan kasus baru sebanyak 24.785 kasus baru dengan rincian 36 kasus berakhir meninggal dunia. Pada Minggu (12/12) lalu, Afrika Selatan telah mencapai rekor penambahan kasus baru tertinggi sebanyak 37.875 kasus baru.

Penemuan varian baru memicu alarm bahwa hal itu dapat menyebabkan lonjakan lain dalam infeksi global serta menyebabkan banyak negara memberlakukan pembatasan perjalanan di wilayah Afrika Selatan.

Negara tersebut memimpin suara kecaman terhadap larangan perjalanan yang tidak dapat dibenarkan serta kontraproduktif, karena para ilmuwan juga menyatakan kekhawatiran pembatasan tersebut akan menghalangi negara lain untuk melaporkan temuan varian baru karena takut menghadapi pembatasan serupa.

Para Menteri Kesehatan dari negara-negara G7 pada Kamis waktu setempat menyerukan kerja sama internasional dalam menghadapi Omicron, yang mereka sebut sebagai ancaman terbesar saat ini bagi kesehatan masyarakat global.

Baca Juga: Dinkes DKI Jakarta Lacak 39 Kontak Erat Pasien COVID Omicron Pertama

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya