Irak Blokir Aplikasi Telegram akibat Pelanggaran Data Pribadi

Beberapa saluran memuat nama, alamat dan hubungan keluarga

Jakarta, IDN Times - Kementerian telekomunikasi Irak mengumumkan pihaknya telah memblokir aplikasi perpesanan Telegram pada Minggu (6/8/2023). Pemblokiran itu karena masalah keamanan nasional dan untuk menjaga data pribadi pengguna.

Telegram tidak hanya digunakan untuk mengirim pesan, tapi juga sebagai sumber berita dan berbagi konten oleh masyarakat Irak. Meski begitu, beberapa saluran berisi sejumlah data pribadi termasuk nama, alamat, dan ikatan keluarga orang Irak.

Aplikasi perpesanan instan terenkripsi ini juga banyak digunakan oleh politisi dan kementerian resmi pemerintah di seluruh wilayah.

Baca Juga: Waspada! Penipuan Berkedok Barang Lelang Murah via Telegram

1. Pemerintah telah minta Telegram menutup platform yang membocorkan data penting

Kementerian mengatakan telah meminta aplikasi itu untuk menutup platform yang membocorkan data lembaga resmi negara dan data pribadi warganya, namun perusahaan itu tidak merespons permintaan tersebut.

"Kementerian Komunikasi menegaskan penghormatannya terhadap hak warga negara atas kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, tanpa mengurangi keamanan negara dan institusinya," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.

Baca Juga: 10 Cara Mendapatkan Uang dari Telegram, Tambah Cuan!

2. Telegram juga sering digunakan oleh kelompok milisi

Telegram banyak digunakan di Irak, termasuk oleh kelompok milisi yang didukung Iran yang terkait dengan kelompok politik di parlemen, dikutip dari The National.

Para ahli mengatakan aplikasi itu sering digunakan oleh beberapa kelompok paramiliter mempublikasikan serangan mereka. Menurut Carnegie Endowment for International Peace, dari hampir dua lusin saluran Telegram muncul antara Maret 2020 dan 2021, lebih dari 75 persen di antaranya berafiliasi dengan milisi.

Saluran Telegram berita Sabereen, yang berafiliasi dengan kelompok-kelompok yang didukung Iran, secara teratur memposting berita tentang serangan milisi, termasuk roket yang diluncurkan di pangkalan koalisi dan kedutaan AS setelah pembunuhan jenderal Iran Qassem Suleimani di Baghdad tiga tahun lalu.

Selain itu, organisasi teroris juga menggunakan Telegram untuk menyiarkan pengumuman ke grup-grup besar sekaligus. Minggu ini, ISIS mengonfirmasi kematian pemimpinnya Abu Hussein Al Husseini Al Quraishi melalui aplikasi ini.

Tahun lalu, seorang pengikut ISIS dijatuhi hukuman lebih dari delapan tahun penjara oleh pengadilan London karena membagikan propaganda teroris di aplikasi tersebut.

3. Beberapa negara telah blokir Telegram

Telegram sebelumnya telah diblokir di beberapa negara, termasuk Iran, China dan Rusia. Adapun partisan Kremlin disebut telah menggunakannya sebagai senjata digital dalam perang penaklukan Presiden Vladimir Putin di Ukraina.

Pada April lalu, Brasil juga memerintahkan penangguhan sementara untuk Telegram karena perusahaan itu tidak menyerahkan data tentang aktivitas neo-Nazi ang menggunakan platform tersebut.

Baca Juga: Irak Selidiki Kasus Penculikan Mahasiswa Israel-Rusia

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya