Jepang Desak Iran agar Tidak Kirim Bantuan Senjata ke Rusia

Barat telah menuding Iran kirimkan bantuan militer ke Rusia

Jakarta, IDN Times - Jepang mendesak Iran untuk tidak memasok senjata kepada Rusia dalam perangnya melawan Ukraina. Negara timur tengah itu sebelumnya telah dikritik oleh negara-negara Barat atas dugaan pasokan drone ke Moskow.

Dalam pertemuan dengan timpalannya dari Iran Hossein Amir Abdollahian di Tokyo pada Senin (7/8/2023), Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi meminta Iran untuk mengambil langkah yang konstruktif terkait perang tersebut.

Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Jepang, kedua pejabat itu juga setuju untuk melanjutkan komunikasi yang erat atas masalah yang mempengaruhi Timur Tengah, dikutip dari Kyodo News.

Baca Juga: AS Tuduh Iran Bantu Rusia Bangun Pabrik Drone

1. Iran bantah suplai drone ke Rusia

Melansir Associated Press, banyaknya jumlah drone buatan Iran yang digunakan dalam konflik Rusia-Ukraina telah menunjukkan adanya pasokan yang stabil. Pada Juni, Gedung Putih mengatakan Iran memberikan Rusia bahan-bahan untuk membangun pabrik pembuatan drone di timur Moskow.

Menurut laporan media pemerintah Iran, Abdollahianmembantah negaranya telah mengirimkan drone ke Rusia dan bersikeras bahwa Teheran fokus pada upaya dialog dan menemukan solusi politik untuk mengakhiri perang. Laporan itu juga mengutip diplomat top Iran yang mengatakan bahwa AS dan Barat harus menghentikan tuduhan tak berdasar terhadap Iran.

Adapun Jepang, yang merupakan sekutu AS dan anggota G-7, telah ikut menerapkan sanksi terhadap Moskow seraya memberikan dukungan kemanusiaan serta peralatan pertahanan non-mematikan kepada Ukraina.

Baca Juga: Hubungan Militer Iran dan Rusia Makin Lengket

2. Jepang juga khawatir dengan perkembangan kegiatan nuklir Iran

Dalam pertemuan Senin itu, Hayashi juga menyatakan keprihatinan yang serius mengenai perluasan kegiatan nuklir Iran. Dia menyerukan kerja sama penuh dan tanpa syarat dengan Badan Energi Atom Internasional, sehubungan dengan kesepakatan nuklir multilateral 2015 yang juga didukung Jepang.

Iran sebelumnya telah sepakat dengan enam negara kuat dunia, yaitu Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan AS, untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Akan tetapi, negosiasi itu telah menemui jalan buntu sejak mantan Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian tersebut pada 2018.

Sejak itu, pemerintah Iran telah mengembangkan program nuklirnya hingga melampaui batas kesepakatan penimbunan uranium. Negara itu juga telah membangun fasilitas nuklir baru di bawah tanah yang kemungkinan kebal terhadap senjata AS.

Para ahli bahkan mengatakan bahwa Iran kini dapat mengembangkan bom atomnya sendiri jika mereka mau. Menurut penilaian intelijen AS yang dirilis pada Juli, Iran disebut tidak mengejar program senjata nuklir saat ini, namun mereka telah meningkatkan kegiatan yang dapat membantu mengembangkannya.

Dalam pembicaraannya dengan Hayashi, Amirabdollahian mengatakan Iran sedang mencari cara untuk mengaktifkan kembali perjanjian nuklir melalui negosiasi dan menyatakan penghargaan atas upaya diplomatik Jepang,.

3. Menteri Luar Negeri Iran juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang

Abdollahian juga dijadwakan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Dia merupakan Menteri Luar Negeri Iran pertama yang mengunjungi Jepang sejak Presiden Iran Ebrahim Raisi menjabat pada Agustus 2021.

Adapun pertemuan itu terjadi pada peringatan 78 tahun serangan nuklir AS di dua kota Jepang beberapa hari sebelum Perang Dunia II berakhir.

Pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom pertama di dunia di Hiroshima, yang membunuh ribuan orang seketika dan sekitar 140 ribu pada akhir tahun. Tiga hari kemudian, bom kedua dijatuhkan di Nagasaki, yang menewaskan 70 ribu lainnya.

Baca Juga: Jepang Rencanakan Buang Limbah Fukushima Agustus-September

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya