Laki-laki Ukraina ke Medan Perang, Perempuan pun Kini Kerja di Tambang

Sebagian besar pekerja laki-laki bertempur di medan perang

Jakarta, IDN Times - Sebuah perusahaan pertambangan batu baru di Ukraina timur terpaksa mengizinkan perempuan bekerja di bawah tanah untuk pertama kalinya. Perusahaan tersebut mengalami kekurangan staf besar-besaran setelah lebih dari seribu pekerjanya berperang melawan invasi Rusia. 

“Saya mengambil pekerjaan ini karena perang telah dimulai dan tidak ada pekerjaan lain,” kata Krystyna, yang tidak disebutkan nama belakangnya, kepada Reuters.

Perempuan berusia 22 tahun itu dulunya bekerja di toko elektronik, namun guncangan awal invasi membuat bisnis-bisnis di Ukraina ditutup sehingga ia kehilangan pekerjaannya.

Selama lima bulan, Krystyna bekerja sebagai teknisi di kedalaman 470 meter di bawah tanah. Ia bertugas mengoperasikan kereta listrik kecil yang mengangkut para pekerja ke lapisan batu bara.

Baca Juga: Ukraina Rombak Pemimpin Militer untuk Percepat Operasi Lawan Rusia 

1. Krystyna rela bekerja di tambang demi mendukung para lelaki yang telah berjuang di medan perang

Meskipun sulit, namun Krystyna mengaku bahwa pekerjaan di tambang cukup menarik dan punya bayaran yang bagus. Selain itu, dia juga merasa berkewajiban untuk tetap tinggal dan melakukan apa pun yang dia bisa untuk mereka yang telah berjuang.

Kakak laki-lakinya juga bekerja di tambang yang sama, namun dia telah bergabung dengan tentara dua minggu setelah dimulainya invasi besar-besaran.

“Pekerja kami dibawa ke garis depan, dan sekarang kami perlu mendukung mereka: tidak ada orang lain yang bekerja di tambang sekarang," kata Krystyna.

Baca Juga: Ukraina Akan Evakuasi 3 Ribu Pengemudi Truk dari Perbatasan Polandia

2. 42 pekerja tambang tewas dalam peperangan

Industri batubara Ukraina, yang pernah menjadi salah satu industri batubara terbesar di Eropa, telah mengalami penurunan selama beberapa dekade sejak runtuhnya Uni Soviet. Milisi yang didukung Rusia di Ukraina timur mengambil alih banyak wilayah kaya batu bara pada 2014. Setelah invasi pada 2022, Rusia menduduki lebih banyak tambang.

DTEK, pemilik tambang dan perusahaan energi swasta terbesar di Ukraina, mengatakan bahwa hampir tiga ribu dari 20 ribu pekerja tambangnya ikut bertempur melawan tentara Rusia.

Dari ribuan penambang di DTEK dan perusahaan kembar di dekatnya yang pergi bertempur, 42 di antaranya dilaporkan tewas.

3. Larangan perempuan bekerja di bawah tanah dicabut pada masa perang

Meskipun beberapa perempuan bekerja di pertambangan sebelum perang, namun pemerintah melarang mereka melakukan pekerjaan di bawah tanah. Pasalnya, pekerjaan jenis ini dianggap terlalu menuntut fisik.

Setelah larangan tersebut dicabut pada masa perang, sekitar 400 perempuan kini bekerja di bawah tanah di tambang DTEK. Meski begitu, jumlah tersebut hanya 2,5 persen dari total tenaga kerja bawah tanah.

“Kami melakukan segala sesuatunya dengan tingkat yang sama seperti laki-laki – kecuali jika itu adalah sesuatu yang sangat berat sehingga kami tidak dapat mengangkatnya,” kata Natalia, 43 tahun, yang juga bekerja sebagai teknisi yang memeriksa kereta.

Natalia menambahkan bahwa dia sekarang sangat menikmati pekerjaannya, dan berencana untuk tetap bekerja di pertambangan, bahkan jika perang telah usai.

Perempuan lainnya di Ukraina juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi negara mereka dengan cara yang berbeda. Menurut Yevheniia Kravchuk, anggota Parlemen Ukraina, ada 60 ribu perempuan yang bertugas di angkatan bersenjata Ukraina, dengan lima ribu di antaranya berada di unit tempur.

Baca Juga: Hampir 20 Ribu Pria Ukraina Melarikan Diri dari Wajib Militer

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya