Menhan Israel Tetap ke AS untuk Bahas Gaza Usai Resolusi DK PBB

Netanyahu sebelumnya batalkan kunjungi delegasinya ke AS 

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin akan bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel, Israel Yoav Gallant, pada Selasa (26/3/2024). Mereka akan membahas cara-cara untuk mengalahkan Hamas selain dengan invasi darat ke kota Rafah di Gaza selatan.

Sekretaris pers Pentagon, Pat Ryder, mengatakan bahwa rencana pertemuan Austin dengan Gallant tetap berlangsung, meskipun Israel telah membatalkan kunjungan delegasi tingkat tinggi ke Washington pekan ini.

“Ada cara untuk mengatasi ancaman Hamas, sambil juga mempertimbangkan keselamatan warga sipil. Banyak di antaranya berasal dari pelajaran, pelajaran kita sendiri, melakukan operasi di lingkungan perkotaan. Saya berharap percakapan tersebut mencakup hal-hal semacam itu," kata Ryder pada Senin (25/3/2024), dikutip Associated Press.

1. AS kecewa dengan pembatalan kunjungan delegasi Netanyahu pekan ini

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membatalkan kunjungan delegasinya ke Washington sebagai protes atas keputusan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza selama bulan suci Ramadan. AS memutuskan untuk tidak menggunakan hak vetonya dengan memilih abstain, sehingga resolusi tersebut disahkan dengan skor 14-0.

Netanyahu menuduh AS mundur dari posisi sebelumnya dengan membiarkan pemungutan suara tersebut diloloskan tanpa mengkondisikan gencatan senjata pada pembebasan sandera.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan bahwa AS kecewa dengan pembatalan kunjungan delegasi Israel pekan ini. Dia menambahkan bahwa pertemuan dengan Gallant kemungkinan akan mencakup beberapa hal yang direncanakan AS untuk dibicarakan dengan delegasi Israel terkait invasi Rafah.

Gallant pada Senin telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan. Kirby mengatakan bahwa pertemuan-pertemuan tersebut, bagaimanapun, tidak dimaksudkan sebagai pengganti pertemuan delegasi.

Baca Juga: Israel Unggah soal Palestina dan Al-Qur'an, Singapura Murka

2. Hubungan Biden dan Netanyahu semakin retak

Sikap abstain AS di PBB telah menambah keretakan yang semakin dalam antara Joe Biden dan Netanyahu. Awal bulan ini, Presiden AS itu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan MSNBC bahwa invasi Rafah akan menjadi “garis merah” bagi Washington.

Netanyahu sendiri menepis kritik Biden dan berjanji untuk terus melakukan serangan di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Gaza mengungsi. Namun, para pejabat AS mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda operasi militer akan segera dilakukan.

“Ini menunjukkan bahwa kepercayaan antara pemerintahan Biden dan Netanyahu mungkin sedang runtuh. Jika tidak ditangani dengan hati-hati, krisis ini hanya akan semakin memburuk," kata Aaron David Miller, mantan negosiator Timur Tengah untuk pemerintahan Partai Republik dan Demokrat, dikutip Reuters.

Biden, yang mencalonkan diri kembali sebagai presiden pada November, telah menghadapi tekanan baik dari sekutu AS maupun rekan-rekan Demokrat untuk mengendalikan perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.

Netanyahu juga menghadapi tantangan di dalam negerinya sendiri, termasuk tuntutan anggota koalisi sayap kanan untuk mengambil sikap keras terhadap Palestina. Selain itu, dia juga harus meyakinkan keluarga sandera bahwa dia melakukan segalanya untuk pembebasan mereka, sembari menghadapi protes yang menyerukan pengunduran dirinya.

3. Lebih dari 32 ribu warga Palestina di Jalur Gaza tewas sejak 7 Oktober

Israel sebelumnya mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengalahkan Hamas tanpa menyerang Rafah. Pihaknya menuding kelompok Palestina tersebut memiliki empat batalyon yang terdiri dari ribuan pejuang di sana.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 32 ribu warga Palestina dan menyebabkan sepertiga penduduk Gaza berada di ambang kelaparan. 

Serangan besar-besaran ini diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat sekitar 250 lainnya disandera

Hamas saat ini masih menyandera sekitar 100 orang di Gaza, setelah sebagian besar tawanan dibebaskan selama gencatan senjata singkat tahun lalu dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina.

Baca Juga: Kenapa AS Tak Pakai Veto di Resolusi Gencatan Senjata Gaza?

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya