PBB: Migran yang Diusir Pakistan Hadapi Risiko Keamanan di Afghanistan

327 ribu lebih migran Afghanistan telah kembali ke negaranya

Jakarta, IDN Times - Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Afghanistan mengatakan sejumlah pengungsi Afghanistan yang diusir dari Pakistan telah meninggalkan kampung halamannya karena menghadapi ancaman keamanan. 

Pada Selasa (21/11/2023), juru bicara UNHCR Caroline Gluck mengatakan, orang-orang ini telah menghadapi tantangan yang signifikan, dan kini menghadapi risiko tinggi di Afghanistan.

Menurut laporan UNHCR pada Selasa, lebih dari 327 ribu pengungsi Afghanistan telah kembali ke negaranya, sejak Pakistan memutuskan untuk mengusir pengungsi atau migran yang tidak memiliki dokumen perjalanan pada pertengahan September

Lebih dari 80 persen warga Afghanistan yang dipulangkan adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini akan berkontribusi terhadap ketidakpastian masa depan mereka dan meningkatkan tantangan kemanusiaan di negara tersebut.

Baca Juga: Pakistan Deportasi 6.500 Lebih Migran Afghanistan dalam 24 jam

1. Pengungsi Afghanistan alami penganiayaan selama deportasi

Gluck menjelaskan, sebagian besar pengungsi melaporkan bahwa mereka mengalami gangguan dan penganiayaan selama dideportasi. Ia juga menambahkan bahwa pemulangan migran ke Afghanistan seharusnya dilakukan secara sukarela, bukannya dipaksa.

Dalam beberapa minggu terakhir, polisi Pakistan telah memulai penggeledahan dari rumah ke rumah, dan menahan serta mengusir migran-migran yang tidak memiliki dokumen. 

Polisi Pakistan juga dilaporkan melakukan pelanggaran terhadap migran Afghanistan dan menyita harta benda mereka. Hal ini menimbulkan reaksi keras dari otoritas Taliban, dilansir Khaama.

2. Pakistan salahkan pengungsi Afghanistan atas serangan kelompok bersenjata di dalam negeri

Dikutip Al Jazeera, migrasi warga Afghanistan ke Pakistan dimulai pada akhir 1970an setelah Soviet menginvasi Afghanistan. Ekodus selanjutnya kembali terjadi setelah invasi AS pada 2001 menyusul serangan 9/11 dan pengambilalihan Kabul oleh Taliban pada 2021.

Pemerintah Pakistan, yang memulai kampanye pengusirannya pada 1 November, mengatakan bahwa 1,7 juta dari hampir 4 juta pengungsi Afghanistan di Pakistan tidak memiliki dokumen.

Islamabad juga menyalahkan para pengungsi atas meningkatnya serangan kelompok bersenjata baru-baru ini. Sebagian besar serangan dilakukan oleh Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), atau juga dikenal sebagai Taliban Pakistan karena kedekatan ideologisnya dengan Taliban Afghanistan.

Menteri Dalam Negeri sementara Pakistan Sarfraz Bugti bulan lalu menuduh bahwa 14 dari 24 bom bunuh diri di negara itu tahun ini dilakukan oleh warga negara Afghanistan.

Baca Juga: Polisi Pakistan Tangkapi Perempuan dan Anak-anak Afghanistan

3. Pakistan tuding Taliban tidak becus tindak keras kelompok teroris di negaranya

Sementara itu, Perdana Menteri sementara Pakistan, Anwar-ul-Haq Kakar, mengatakan pihaknya telah mengirimkan pesan yang jelas kepada pemerintahan Taliban. Mereka menyerukan pemimpin Afghanistan tersebut untuk mengambil tindakan tegas terhadap teroris yang beroperasi di negara itu dan melancarkan serangan di Pakistan.

Dalam wawancara eksklusif dengan Geo News, Kakar menyebut Taliban tidak mengambil tindakan tegas terhadap aktivitas teror yang ditujukan ke Pakistan.

Namun para pejabat Taliban dengan keras membantah tuduhan tersebut. Pihaknya menegaskan bahwa mereka berkomitmen untuk mencegah kelompok atau individu mana pun menggunakan wilayah Afghanistan untuk merugikan negara-negara tetangga.

Baca Juga: Pakistan Buka Penyeberangan Baru untuk Repatriasi Warga Afghanistan

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya