Presiden Iran Sebut Normalisasi Israel dengan Negara Arab Akan Gagal

AS berupaya memediasi hubungan Arab Saudi dan Israel

Jakarta, IDN Times - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa upaya yang disponsori Amerika Serikat (AS) untuk menormalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, tidak akan berhasil. Hal itu disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Minggu (24/9/2023).

AS telah berupaya menjadi perantara kesepakatan normalisasi antara Arab Saudi dan Israel, sebuah harapan yang telah lama diupayakan oleh Tel Aviv dan bisa memiliki dampak dramatis di Timur Tengah. Negara itu sebelumnya telah menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko.

Baca Juga: Dubes Israel Protes Pidato Presiden Iran di Sidang Majelis Umum PBB

1. Normalisasi hubungan dengan Israel tidak menciptakan keamanan

Pekan lalu, Presiden Iran juga telah memperingatkan negara-negara Arab agar tidak melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Menurutnya, normalisasi hubungan dengan rezim Zionis tidak akan menciptakan keamanan.

Sementara itu, Raisi sendiri mengatakan negaranya berupaya membangun hubungan baik dengan semua negara tetangga di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

“Kami percaya bahwa jika Amerika berhenti melakukan campur tangan di negara-negara Teluk Persia dan wilayah lain di dunia, dan mengurus urusan mereka sendiri… situasi negara-negara tersebut dan hubungan mereka akan membaik,” kata Raisi, dikutip The Times of Israel.

Baca Juga: Israel: Iran Dalangi Upaya Pembunuhan Warga Yahudi di Seluruh Dunia

2. Israel anggap Iran dapat mengancam normalisasi hubungannya dengan Arab

Pada Jumat (22/9/2023), Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa negaranya telah berada di titik puncak perjanjian perdamaian bersejarah dengan Arab Saudi.

“Perdamaian seperti itu akan sangat membantu dalam mengakhiri konflik Arab-Israel dan akan mendorong negara-negara Arab lainnya untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu juga akan meningkatkan prospek perdamaian dengan Palestina.

Namun Netanyahu mengungkapkan kekhawatirannya terhadap Iran, yang dianggap dapat mengagalkan normalisasi hubungan tersebut. Dia lantas mengecam Teheran atas tindakan terorisnya, termasuk penyanderaan warga negara asing dan memasok drone dan rudal yang menyebabkan kematian bagi warga sipil di Ukraina.

“Namun agresi rezim ini sebagian besar ditanggapi oleh ketidakpedulian komunitas internasional. Untuk menghentikan ambisi nuklir Iran. Kebijakan ini harus diubah. Sanksi harus dicabut," ujarnya.

3. Iran bantah pihaknya tidak menginginkan kehadiran pengawas nuklir PBB

Dalam wawancara hari Minggu itu, Raisi juga membantah bahwa Iran tidak menginginkan adanya pengawas badan nuklir PBB di negaranya. 

Ia mengatakan Iran tidak mempermasalahkan inspeksi yang dilakukan oleh pengawas Agensi Energi Atom Internasional (IAEA) di fasilitas nuklirnya, beberapa hari setelah Teheran melarang beberapa inspektur yang ditugaskan di negara tersebut.

“Kami telah berulang kali mengumumkan bahwa penggunaan senjata nuklir, penggunaan senjata pemusnah massal secara umum, tidak diperbolehkan. Mengapa? Karena kami tidak mempercayainya, dan kami juga tidak memerlukannya," kata Raisi.

“Republik Islam Iran belum mengatakan kami tidak ingin ada inspektur berada di sini.”

Baca Juga: PM Israel: Aksi Militer Jalan Terbaik untuk Hadapi Iran 

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya