Produksi Amunisi Rusia Meningkat Tajam, Jauh Dibanding AS-Uni Eropa

Produksinya meningkat hampir 2,5 kali lipat

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, pada Kamis (21/3/2024) mengatakan bahwa produksi amunisi artileri di negaranya telah meningkat hampir 2,5 kali lipat dalam setahun terakhir, sementara produksi komponen artileri melonjak 22 kali lipat.

“Setelah dimulainya pengoperasian fasilitas baru, volume produksi sebenarnya meningkat hampir 2,5 kali lipat. Kalau bicara pembuatan amunisi artileri, volume produksi komponen amunisi ini meningkat hampir 22 kali lipat, 75 persen komponen sedang direstorasi,” kata Shoigu saat pertemuan dengan produsen senjata.

1. Produksi amunisi artileri Rusia hampir tiga kali lebih banyak dibanding AS dan Eropa

Menurut laporan CNN bulan ini, Rusia memproduksi amunisi artileri hampir tiga kali lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Dominasi ini memberikan keuntungan bagi Moskow dalam perang di Ukraina.

Intelijen NATO memperkirakan, Rusia memproduksi sekitar 250 ribu amunisi artileri per bulan, atau sekitar 3 juta per tahun. Secara kolektif, AS dan Eropa hanya memiliki kapasitas untuk menghasilkan sekitar 1,2 juta amunisi setiap tahunnya untuk dikirim ke Kiev.

Militer AS telah menetapkan target untuk memproduksi 100 ribu butir artileri setiap sebulannya pada akhir 2025. Namun, rencana itu tampaknya akan sulit terealisasi lantaran pendanaan militer untuk Ukraina senilai 60 miliar dolar AS (sekitar Rp943 triliun) telah terhenti di Kongres.

“Apa yang kita hadapi sekarang adalah perang produksi. Hasil di Ukraina bergantung pada kemampuan masing-masing pihak untuk melakukan perang ini,” kata seorang pejabat senior NATO.

Baca Juga: Rusia Ancam Serang Space X Elon Musk jika Bantu Militer Ukraina

2. Perang ditentukan oleh siapa yang paling banyak menembakkan amunisi artileri

Para pejabat intelijen Eropa juga mengatakan bahwa Rusia saat ini menembakkan sekitar 10 ribu peluru per hari, sementara Ukraina hanya menembakkan 2 ribu peluru per hari. Rasio ini bahkan lebih buruk di beberapa tempat sepanjang 900 km di garis depan.

AS dan sekutunya telah memberikan sejumlah peralatan militer yang sangat canggih, termasuk tank M-1 Abrams, kepada Ukraina. Namun, para analis militer mengatakan bahwa perang kemungkinan besar akan dimenangkan oleh siapa yang paling banyak menembakkan peluru artileri.

“Masalah nomor satu yang kami perhatikan saat ini adalah amunisi. Itu adalah peluru artileri, karena di situlah Rusia benar-benar memperoleh keunggulan produksi yang signifikan dan memperoleh keunggulan yang signifikan di medan perang,” kata pejabat NATO.

Tantangan terbesar Rusia tampaknya terletak pada produksi tank dan kendaraan lapis baja lainnya. Negara tersebut memproduksi sekitar 125 tank per bulan, namun sebagian besar merupakan model lama yang telah diperbaharui. Moskow sendiri telah kehilangan sedikitnya 2.700 tank, lebih dari dua kali lipat jumlah yang dikerahkan ke Ukraina saat awal perang.

3. Moskow kuasai kurang dari seperlima wilayah Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022, sehingga memicu perang besar di Eropa.

Moskow telah menguasai kurang dari seperlima wilayah Ukraina dan mengatakan bahwa wilayah tersebut kini menjadi bagian dari Rusia. Kiev sendiri mengatakan bahwa negaranya menjadi sasaran perampasan wilayah dan mereka tidak akan berhenti sampai setiap tentara Rusia diusir dari daerahnya.

Rusia secara luas dipandang memiliki inisiatif di medan perang. Sementara itu, Ukraina tak hanya mengalami kekurangan amunisi, namun juga pasukan di garis depan.

Baca Juga: Drone Ukraina Serang Markas Bomber Strategis Rusia

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya