AS Sanksi Pendukung Rezim Suriah dan Pendukung Iran

Narkoba jadi sumber pendapatan utama rezim suriah

Jakarta, IDN Times - Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) memberi sanksi terhadap pendukung rezim Suriah yang terlibat transaksi keuangan gelap dan penyelundupan narkoba. Hukuman yang diumumkan pada Selasa (26/4/3/2024) itu, ditujukan kepada 11 orang dan perusahaan.

Dalam pengumuman terpisah di hari yang sama Departemen Keuangan AS juga menjatuhi sanksi kepada enam perusahaan. Mereka dituduh terlibat dalam transaksi bisnis yang menguntungkan militer Iran dan sekutu milisinya.

Baca Juga: Tentara Inggris Diselidiki atas Tuduhan Kejahatan Perang di Suriah

1. Penyelundupan narkoba menjadi sumber pendapatan utama

AS Sanksi Pendukung Rezim Suriah dan Pendukung IranIlustrasi narkoba. (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Dilansir VOA News, narkoba yang dimaksud adalah amfetamin sangat adiktif yang disebut Captagon, dan Suriah merupakan produsen terbesarnya. Obat terlarang itu diperdagangkan di seluruh Timur Tengah dan Eropa, membantu meningkatkan kas pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad selama perang saudara yang berkepanjangan.

“Pendapatan dari perdagangan gelap Captagon telah menjadi sumber pendapatan utama bagi rezim Assad, angkatan bersenjata Suriah, dan pasukan paramiliter Suriah,” kata Departemen Keuangan AS.

Perusahaan yang berbasis di Suriah diduga telah memfasilitasi transaksi  gelap untuk menguntungkan pemerintah Suriah.

“Rezim Assad terus menggunakan berbagai skema untuk menghindari sanksi dan mempertahankan kampanye penindasan yang sudah berlangsung lama terhadap warga negaranya sendiri,” kata Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian Nelson.

Nelson mengatakan transaksi itu termasuk perdagangan obat-obatan terlarang, eksploitasi pertukaran mata uang, dan memanfaatkan bisnis yang tampak legal.

“AS tetap berkomitmen untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang berupaya mendukung aktivitas keuangan terlarang ini dengan mengorbankan rakyat Suriah,” tambahnya.

2. Pihak yang dihukum terkait narkoba

AS Sanksi Pendukung Rezim Suriah dan Pendukung IranIlustrasi narkoba. (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Dilansir Associated Press, pihak yang disanksi dalam perdagangan narkoba adalah warga Suriah yang diidentifikasi sebagai Taher al-Kayali dan perusahaannya Neptunus LLC, yang dituduh membeli kapal kargo untuk menyelundupkan Captagon ke Eropa. Salah satu kapanya dicegat oleh otoritas Yunani pada tahun 2018.

Mahmoud Abulilah Al-Dj dan perusahaannya Al-Ta'ir Company dan FreeBird Travel and Tourism, juga terkena sanksi. Dia terlibat dalam pengiriman narkoba yang disita di Libya, dan ia juga merupakan “agen eksklusif” dari pesawat Suriah Cham Wings yang terkena sanksi di Libya.

Hukuman juga mengenai perusahaan Maya Exchange Company yang berbasis di Suriah, serta Aleksey Makarov, wakil presiden Bank Kerja Sama Keuangan Rusia, dan Muhammad Ali Al-Minala dari bank sentral Suriah, yang menggunakan perusahaan pertukaran tersebut untuk melakukan transaksi pembayaran kepada “penerima manfaat Yordania”.

Hal serupa juga menimpa STF Logistic yang menghasilkan pendapatan bagi pemerintah Suriah dan memiliki kontrak 50 tahun dengan hak atas hampir tiga perempat pendapatan penjualan dari tambang Suriah di dekat Palmyra. Grains Middle East Trading, dan pemimpinnya Yafi David ikut diberi hukuman karena menjadi perantara STF Logistic. Perusahaan itu berbasis di Swiss dan Uni Emirat Arab.

Baca Juga: Iran Komentari AS Beri Bantuan ke Gaza: Konyol!

3. Sanksi terhadap pihak yang menguntungkan Iran

AS Sanksi Pendukung Rezim Suriah dan Pendukung IranBendera Iran. (Pexels.com/Anna Tis)

Sanksi terkait Iran dijatuhkan terhadap enam perusahaan, dua kapal tanker, dan sebuah entitas penukaran uang, semuanya berbasis atau terdaftar di Liberia, India, Vietnam, Lebanon atau Kuwait. Mereka dituduh memberikan keuntungan material kepada Iran dan sekutunya militan Houthi dan Hizbullah.

Militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon dan Houthi di Yaman telah melancarkan serangan rutin sejak dimulainya perang Israel melawan Hamas di Gaza. Hal itu memicu kekhawatiran internasional bahwa perang di wilayah Palestina dapat meluas ke seluruh Timur Tengah.

Konflik tersebut membuat pasukan Israel hampir setiap hari terlibat baku tembak dengan Hizbullah di sepanjang perbatasan selatan Lebanon, yang menyebabkan puluhan ribu orang di kedua belah pihak mengungsi. Hizbullah menyatakan akan berhenti meluncurkan roket ke Israel utara hanya jika ada gencatan senjata di Gaza.

Houthi telah meluncurkan drone dan rudal ke kapal-kapal di Laut Merah, yang dilakukan untuk menekan Israel agar mengakhiri perangnya. Meskipun ada serangan udara yang dipimpin AS selama dua bulan terakhir, kelompok itu tetap melanjutkan serangan.

Baca Juga: Pria di Iran Divonis Mati atas Pembunuhan Sutradara dan Istrinya

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya