Kamerun Mulai Program Vaksinasi Malaria Rutin Pertama di Dunia

Vaksin akan diberikan sebanyak empat dosis

Jakarta, IDN Times - Kamerun memulai vaksinasi rutin pertama di dunia untuk melawan malaria terhadap anak-anak pada Senin (22/1/2024). Program ini diberikan secara gratis kepada semua anak berusia enam bulan hingga dua tahun di 42 wilayah dengan tingkat kesakitan dan kematian tertinggi.

Vaksin yang disebut RTS,S dengan merk dagang Mosquirix dikembangkan oleh produsen obat GSK dari Inggris, diproduksi setelah penelitian selama 30 tahun. Suntikan ini memerlukan total empat dosis dan di Kamerun akan diberikan bersamaan dengan vaksin rutin anak lainnya untuk memudahkan orang tua.

1. Vaksin akan bantu kurangi kasus kematian

Dilansir BBC, program ini dapat dimulai setelah uji coba yang sukses dilakukan di Kenya, Ghana, dan Malawi. Hasil uji coba itu menunjukkan vaksin tersebut menyebabkan penurunan angka kematian akibat malaria sebesar 13 persen pada anak-anak usia yang memenuhi syarat.

Menurut peneliti AS, suntikan tersebut efektif pada setidaknya 36 persen kasus, yang berarti dapat menyelamatkan lebih dari satu dari tiga nyawa.

Willis Akhwale dari End Malaria Council Kenya tidak meragukan peluncuran vaksinasi tersebut sebagai bantuan dan penyelamat hidup. Tapi, tingkat kemanjurannya yang relatif rendah dianggap bukanlah cara paling jitu. 

Namun, bagi petugas medis suntikan tersebut merupakan alat tambahan yang penting dalam memerangi malaria selain kelambu dan obat malaria. Penelitian Inggris menunjukkan, menggunakan ketiganya bersama-sama berpotensi memberi anak-anak 90 perlindungan dari malaria.

“Kami memiliki kapasitas untuk mengurangi jumlah kasus dan kematian akibat malaria serta mempercepat pemberantasan penyakit tersebut,” kata dokter Kamerun, Shalom Ndoula, yang membantu memimpin peluncuran vaksin di negaranya.

Baca Juga: Diharap Selamatkan Ribuan Nyawa, Vaksin Malaria Kedua Diresmikan WHO

2. Vaksin akan diberikan kepada 250 ribu anak di Kamerun

Kamerun Mulai Program Vaksinasi Malaria Rutin Pertama di DuniaIlustrasi vaksinasi. (Pixabay.com/12019)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memuji program tersebut sebagai momen bersejarah dalam perjuangan global melawan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.

Di Afrika, terdapat sekitar 250 juta kasus malaria setiap tahunnya, termasuk 600 ribu kematian. Anak di bawah lima tahun menyumbang setidaknya 80 persen dari kematian tersebut, menurut WHO.

Di Kamerun, WHO mencatat sekitar 6 juta kasus malaria setiap tahun, dengan 4 ribu kematian di fasilitas kesehatan, sebagian besar anak-anak di bawah lima tahun.

Suntikan pertama secara simbolis diberikan kepada seorang bayi perempuan bernama Daniella di fasilitas kesehatan dekat Yaounde. Kamerun berharap program ini dapat memvaksinasi sekitar 250 ribu anak pada tahun ini dan tahun depan. Namun, ada ketakutan dan keraguan di kalangan warga Kamerun mengenai keamanan dan kemanjuran dosis vaksin.

“Ketika orang mengatakan kami dijadikan kelinci percobaan, itu tidak sepenuhnya benar. Kita sebagai ilmuwan harus berbuat lebih banyak untuk mengedukasi masyarakat tentang apa itu virus, dan manfaat yang dimilikinya, sehingga kita bisa menenangkan ketakutan mereka," kata Wilfred Fon Mbacham, profesor bioteknologi kesehatan masyarakat yang berspesialisasi dalam malaria.

Daniele Ekoto, pejabat vaksinasi, telah meyakinkan para ibu setelah memberikan dosis kepada anak-anak mereka, dengan menegaskan bahwa ini adalah vaksin yang aman, efektif dan gratis.

"Saya memutuskan untuk memvaksinasi anak saya untuk menghindari malaria. Ini adalah hal yang buruk dan jika penyakit ini menyerang seorang anak, mereka dapat dengan mudah meninggal," kata seorang ibu di pusat vaksinasi.

3. Sekitar 20 negara Afrika akan dibantu mendapatkan vaksin

Dilansir Associated Press, aliansi vaksin global atau Gavi mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan 20 negara Afrika lainnya untuk membantu mendapatkan vaksin. Negara-negara tersebut diharapkan dapat mengimunisasi lebih dari 6 juta anak hingga 2025.

“Vaksinasi akan menyelamatkan nyawa. Hal ini akan memberikan bantuan besar kepada keluarga dan sistem kesehatan negara tersebut,” kata Aurelia Nguyen, kepala program aliansi vaksin Gavi, yang membantu Kamerun mendapatkan vaksin.

Namun, GSK mengatakan pihaknya hanya dapat memproduksi sekitar 15 juta dosis Mosquirix per tahun. Hal itu membuat para ahli yakin bahwa vaksin malaria kedua, yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan telah disetujui WHO, dapat menjadi solusi yang lebih praktis.

Vaksin yang dikembangkan Oxford disebut jauh lebih murah dan memerlukan tiga dosis. Institut Serum India mengatakan mereka dapat memproduksi vaksin tersebut hingga 200 juta dosis per tahun.

Nguyen berharap akan tersedia cukup vaksin Oxford untuk mulai mengimunisasi masyarakat pada akhir tahun ini.

Baca Juga: Indonesia Hapus Kamerun dari Daftar Calling Visa, Alasan Keamanan

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya