Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

India-Pakistan Saling Klaim Kemenangan Usai Gencatan Senjata 

ilustrasi bendera India. (unsplash.com/Naveed Ahmed)
Intinya sih...
  • India dan Pakistan klaim kemenangan setelah gencatan senjata.
  • Perayaan di kedua negara dengan parade militer dan dukungan warga.
  • Masalah mendasar terkait wilayah Kashmir masih belum terselesaikan.

Jakarta, IDN Times - India dan Pakistan sama-sama mengklaim kemenangan setelah gencatan senjata yang diumumkan pada Sabtu (10/5/2025). Kedua negara ini menggelar perayaan di negara masing-masing, membanggakan keberhasilan strategi militer mereka.

Perayaan berlangsung di berbagai kota dengan parade militer dan dukungan dari warga. Gencatan senjata ini mengakhiri konfrontasi militer terburuk antara keduanya dalam beberapa dekade terakhir. Situasi sempat memanas setelah adanya tuduhan pelanggaran gencatan senjata pada Minggu (11/5/2025).

1. India klaim keberhasilan Operasi Sindoor

Menteri Pertahanan India, Rajnath Singh, memuji keberhasilan operasi militer yang diberi nama Operasi Sindoor. Menurutnya, operasi ini membuktikan kekuatan militer India yang mampu mencapai jantung militer Pakistan.

"Operasi Sindoor bukan sekadar aksi militer biasa tetapi bukti tekad politik, sosial, dan strategis India. Serangan pasukan India berhasil mencapai Rawalpindi, markas besar tentara Pakistan," ujar Singh, dilansir The Guardian.

Angkatan Udara India merayakan keberhasilan operasi melalui unggahan di media sosial pada Minggu (11/5/2025). Mereka menyatakan telah menjalankan misi dengan presisi dan profesionalisme. Papan reklame bermunculan di berbagai kota besar dengan pesan dukungan untuk tentara.

Pendukung pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi menilai gencatan senjata ini merupakan bukti keunggulan strategi militer India. Mereka mengklaim Pakistan terpaksa meminta gencatan senjata akibat tekanan berat dari serangan India. 

2. Pakistan tetapkan tanggal perayaan kemenangan

Tidak mau kalah, pemerintah Pakistan juga mengklaim kemenangan atas konflik ini. Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif menetapkan tanggal 11 Mei sebagai hari penghargaan atas keberhasilan militer Pakistan melawan serangan India. Perayaan digelar di berbagai kota dengan arak-arakan militer.

"Pakistan mungkin baru saja memenangkan perang pertamanya melawan India. Negara kami berhasil bertahan menghadapi serangan besar India dan mencatat kemenangan penting di bidang militer dan diplomatik. India justru tidak memiliki banyak yang bisa dibanggakan dari serangan mereka," kata Nadeem Farooq Paracha, kolumnis terkemuka dari Karachi, dikutip NYT.

Saluran televisi Geo News menyiarkan gambar warga sipil Pakistan yang menaburkan bunga di atas tank militer dan memasang karangan bunga di leher para prajurit di kota Sialkot. Perayaan juga berlangsung meriah di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.

Analis politik dari Lahore, Sabir Shah, menilai operasi Angkatan Udara Pakistan lebih unggul. Pakistan mengklaim telah menembak jatuh lima pesawat India, sementara New Delhi sempat tidak mengakuinya.

Namun bukti dari analisis puing-puing menunjukkan India setidaknya kehilangan tiga jet tempur, termasuk jet Rafale buatan Prancis bernilai jutaan dolar AS. India juga mengklaim telah menembak jatuh jet Pakistan, namun tidak mengungkap jumlahnya. 

3. Gencatan senjata belum menjamin perdamaian jangka panjang

tentara Pakistan di Karachi. (Wikimedia Commons/Voice of America)

Analis menilai gencatan senjata ini belum menjamin perdamaian abadi antara India dan Pakistan. Meski konflik terbuka telah mereda, masalah mendasar terkait wilayah Kashmir yang diperebutkan sejak 1947 masih belum terselesaikan. Kedua militer juga masih dalam status siaga tinggi dan konflik masih bisa kembali pecah.

"Gencatan senjata tidak akan bertahan permanen. Pakistan juga akan memperjuangkan pembatalan Perjanjian Air Indus oleh India dengan segala cara. Namun, infrastruktur yang diperlukan untuk mengalihkan aliran air ke India akan membutuhkan waktu," ungkap pakar strategi pertahanan India, Brigadir S K Chatterji, dikutip dari DW.

Sementara, analis dari Pakistan, Maleeha Lodhi, menilai gencatan senjata akan bertahan karena tidak ada untungnya untuk melanggar. Namun, meredakan ketegangan akan membutuhkan waktu lebih lama. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us