Menteri ESDM Minta G7 Dukung Ekonomi Negara Berkembang

Menteri G7 juga berkomitmen jaga kenaikan suhu 1,5 derajat

Jakarta, IDN Times - Para Menteri Iklim, Energi dan Lingkungan Hidup yang tergabung dalam G7 dari berbagai negara berkumpul di Sapporo, Jepang pada 15-16 April 2023. Pertemuan dalam konferensi itu menghasilkan sejumlah komunike.

Salah satunya, berkomitmen mencapai target nol emisi karbon pada 2050 serta menjaga iklim kenaikan suhu di angka 1,5 derajat Celcius.

“Konsisten dengan sasaran net zero emission paling lambat pada tahun 2050 dan menjaga agar sasaran kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius tetap dalam jangkauan,” tulis komunike itu dikutip IDN Times, Minggu (16/4/2023).

Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Arifin Tasrif, yang hadir dalam pertemuan tersebut mengharapkan dukungan dari negara-negara G7 untuk pertumbuhan ekonomi.

"Kita berharap dukungan yang tulus dari negara2 G7, kerja sama yang memberikan dampak pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang," kata dia.

Baca Juga: Menteri G7 Kumpul di Jepang, Kutuk Agresi Rusia ke Ukraina

1. Perang Rusia-Ukraina pengaruhi krisis energi

Menteri ESDM Minta G7 Dukung Ekonomi Negara BerkembangKondisi apartemen di Sloviansk yang dihantam rudal Rusia. (dok. Twitter @MFA_Ukraine)

Komunike G7 itu juga menjelaskan bahwa krisis energi tak lepas dari kenaikan harga energi akibat gejolak pasar yang terjadi setelah perang Rusia dengan Ukraina. Akibatnya, rantai pasokan energi dunia terganggu.

“Krisis ini menekankan urgensi untuk mempercepat transisi energi bersih dan mengubah sistem energi kita menjadi lebih inklusif, berkelanjutan, bersih, aman dan terjangkau,” demikian keterangan komunike tersebut.

Baca Juga: Bertemu di Jepang, Menteri G7 Bahas Krisis Iklim dan Polusi

2. Menteri G7 menilai ketergantungan bahan bakar fosil harus dikurangi

Menteri ESDM Minta G7 Dukung Ekonomi Negara BerkembangMenteri Iklim dan Lingkungan G7 berkumpul di Sapporo, Jepang. (Dok. Kementerian ESDM)

Oleh karena itu, para Menteri G7 juga menilai pentingnya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta memobilisasi dan mendiversifikasi investasi tambahan yang diperlukan di sektor energi.

“Dan memperkuat forum komunikasi, kerja sama antara negara produsen dan konsumen dengan maksud untuk menstabilkan pasar energi. Krisis energi juga menggarisbawahi kebutuhan kritis untuk mempromosikan berbagai tindakan termasuk kebijakan, teknologi berkelanjutan, dan pembiayaan,” tulis komunike itu.

Baca Juga: Tidak Takut Krisis Energi, Jerman Akan Segera Tutup PLTN Terakhir

3. G7 mempercepat penghapusan bahan bakar fosil

Menteri ESDM Minta G7 Dukung Ekonomi Negara BerkembangMenteri Iklim dan Lingkungan G7 berkumpul di Sapporo, Jepang. (Dok. Kementerian ESDM)

Selain itu, G7 juga mendesak untuk meningkatkan keamanan energi dan mempercepat transisi energi bersih pada saat yang bersamaan dengan mendiversifikasi pasokan, sumber, dan rute.

“Kami menggarisbawahi komitmen kami, dalam konteks upaya global untuk mempercepat penghapusan bahan bakar fosil secara terus-menerus sehingga mencapai nol bersih dalam sistem energi paling lambat tahun 2050,” ujarnya.

“Selain itu, kami menekankan pentingnya melawan risiko geopolitik, termasuk terkait dengan mineral kritis untuk transisi energi bersih. Untuk tujuan ini, kami berkomitmen untuk mengatasi keamanan energi, krisis iklim, dan risiko geopolitik secara holistik,” imbuhnya.

Adapun dalam pertemuan Menteri G7 di Jepang tersebut, Indonesia diwakili oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya.

Menteri Arifin juga menggelar sejumlah pertemuan bilateral termasuk dengan delegasi AS yang dipimpin utusan khusus Presiden AS urusan iklim, John Kerry dan Menteri METI Jepang, Yasutoshi Nishimura. 

Baca Juga: Pertamina Hulu Energi Dukung Ketahanan Energi Nasional 

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya