Serangan Drone Israel Tewaskan 6 Anak yang Antre Air

Jakarta, IDN Times – Serangan udara Israel pada Minggu (13/7/2025) menyasar titik distribusi air di Gaza tengah dan menewaskan 10 orang, termasuk 6 anak. Para korban sedang mengantre dengan jerigen kosong di dekat truk tangki air di kamp pengungsi al-Nuseirat. Saksi mata menyebut rudal ditembakkan dari sebuah drone ke arah kerumunan warga.
Militer Israel mengakui bahwa serangan tersebut meleset dari target dan menyebut insiden masih dalam proses peninjauan. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku berusaha meminimalkan kerugian warga sipil sebisa mungkin.
“Kami menyesali setiap kerugian terhadap warga sipil yang tidak terlibat,” ujar IDF, dikutip dari BBC.
1. Serangan lain di Gaza tewaskan puluhan warga sipil
Di lokasi berbeda pada hari yang sama, 12 orang tewas dan lebih dari 40 terluka dalam serangan Israel di persimpangan ramai Gaza tengah.
Direktur Kompleks Medis Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya, mengonfirmasi bahwa salah satu korban tewas adalah dokter senior Ahmad Qandeel. Ia disebut sebagai salah satu profesional medis paling dihormati di Gaza.
Serangan lainnya terjadi pada Sabtu (12/7/2025) di kamp pengungsi Al-Shati dekat Kota Gaza dan menewaskan 13 orang. Direktur RS Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya, mengatakan sebanyak 40 orang terluka dan sedang dirawat. Video yang telah diverifikasi menunjukkan setidaknya satu anak termasuk di antara korban.
Kementerian Kesehatan (kemenkes) Palestina melaporkan bahwa 139 jasad dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir. Angka itu merupakan korban harian tertinggi sejak 2 Juli. Total korban tewas sejak 7 Oktober 2023 kini mencapai 58.026 orang, menurut data dari Kemenkes Palestina.
2. Tembakan di lokasi bantuan tewaskan puluhan warga
Dikutip dari CNN, sebanyak 27 warga Palestina tewas pada Sabtu (12/7/2025), ketika pasukan Israel menembaki warga yang mencoba mendapatkan bantuan dekat Rafah selatan. Situs distribusi itu dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung oleh Amerika Serikat (AS). Namun, GHF membantah laporan tersebut dan menyatakan tidak ada insiden di atau di sekitar situs mereka.
Militer Israel juga membantah keterlibatannya, tapi menyebut laporan sedang ditinjau. Mereka enggan berkomentar lebih lanjut mengenai insiden itu.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan rumah sakit lapangan mereka menerima 132 pasien luka senjata, dengan 25 orang meninggal saat tiba dan enam meninggal saat dirawat, angka tertinggi sejak rumah sakit itu dibuka Mei 2024.
Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), hampir 800 warga Palestina tewas saat mencoba mengakses bantuan sejak akhir Mei. Mereka mencatat 789 kematian, termasuk 615 yang terjadi di sekitar situs GHF yang dioperasikan oleh kontraktor keamanan swasta AS.
Bos GHF, Johnnie Moore, mengatakan bahwa 100 persen dari korban tersebut dikaitkan dengan kedekatan dengan GHF merupakan klaim yang tidak benar.
3. Perundingan gencatan senjata terhambat di Doha

Pembicaraan damai di Doha belum mencapai hasil, meski utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, sempat optimistis. Ia menyebut hanya ada satu isu tersisa dari empat yang dibahas. Sumber dari Israel mengatakan bahwa persoalan utama kini soal penempatan militer Israel pascagencatan senjata.
Pejabat senior Hamas mengatakan, negosiasi telah mandek karena Israel menambahkan syarat baru. Salah satunya adalah rencana penempatan ulang pasukan Israel di Jalur Gaza. Sumber politik Israel menilai pihaknya telah cukup fleksibel, tetapi Hamas masih bersikeras pada tuntutan penarikan penuh pasukan.
Israel memulai operasi militer ke Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Kini lebih dari 90 persen rumah di Gaza rusak atau hancur, dan infrastruktur sipil lumpuh total. Untuk pertama kalinya dalam 130 hari, 75 ribu liter bahan bakar diizinkan masuk, tapi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah itu jauh dari cukup untuk kebutuhan harian penduduk.