ilustrasi bendera Myanmar. (pixabay.com/jorono)
Sebuah "Pemerintahan Persatuan" baru dibentuk oleh junta sesaat setelah keadaan darurat berakhir. Pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing, mempertahankan jabatannya sebagai presiden sementara dalam struktur pemerintahan transisi tersebut.
Min Aung Hlaing juga menunjuk dirinya sendiri untuk memimpin Komisi Keamanan dan Perdamaian Nasional. Badan baru ini memiliki tugas untuk mengawasi sektor pertahanan negara dan memastikan kelancaran jalannya proses pemilu.
Sejumlah pengamat meyakini Min Aung Hlaing akan tetap menjadi presiden atau panglima angkatan bersenjata setelah pemilu usai. Manuver ini dinilai sebagai cara efektif untuk memperpanjang masa jabatannya sebagai penguasa de facto Myanmar.
Min Aung Hlaing menyatakan, pemilu mendatang akan menjadi awal babak baru bagi Myanmar.
“Jika di awal babak kedua ini kita menulisnya dengan baik, indah, dan tulus dengan tangan kita sendiri serta melaksanakannya dengan sukses, saya yakin kita akan mampu mengatasi lebih banyak tantangan,” ujarnya dalam sebuah upacara di ibu kota Naypyidaw, dilansir Strait Times.