Libya Dituding Halangi Penyelamatan 170 Pengungsi di Mediterania

Jumlah pengungsi yang melintasi Mediterania kian meningkat

Jakarta, IDN Times - Organisasi kemanusiaan internasional, Médecins Sans Frontières (MSF), menuduh penjaga pantai Libya menghalangi upaya penyelamatan lebih dari 170 pengungsi yang tengah menyeberangi Laut Mediterania menuju Eropa. Insiden ini terjadi pada Sabtu (16/3/2024) ketika kapal MSF hendak menolong dua perahu pengungsi yang kesulitan di perairan internasional.

Perahu pertama terbuat dari fiberglass berukuran kecil dengan 28 penumpang, sementara perahu kedua merupakan kapal kayu bertingkat dua yang memuat 143 orang.

MSF menyatakan, penjaga pantai Libya sengaja melakukan manuver berbahaya yang justru meningkatkan risiko bagi para pengungsi yang mayoritas berasal dari Suriah, dilansir dari The Guardian, Selasa (19/3/2024). 

1. Penjaga pantai Libya membahayakan pengungsi

Saat kapal MSF mendekati perahu pengungsi yang lebih besar, penjaga pantai Libya juga ikut mendekat. Mereka dilaporkan melakukan manuver-manuver berbahaya yang justru meningkatkan risiko bagi para pengungsi Suriah di atas kapal.

Sebuah rekaman dari pesawat milik organisasi penyelamat maritim, Sea-Watch, menunjukkan penjaga pantai Libya berusaha mengintimidasi perahu karet kedua milik MSF.

Kepala misi pencarian dan penyelamatan MSF di Roma, Juan Matías Gil, menyebut penjaga pantai Libya bahkan mencoba menarik salah satu perahu karet mereka.

"Kami tidak akan pernah mengizinkan ini. Kami berlayar di bawah bendera Norwegia sehingga kapal adalah wilayah Norwegia di perairan internasional," tegas Gil.

Baca Juga: PBB Wanti-wanti Wabah Penyakit Akan Picu Krisis Kedua di Libya

2. MSF bernegosiasi alot dengan penjaga pantai Libya

Misi penyelamatan MSF mengalami gangguan selama kurang lebih dua jam, meskipun mereka sudah berusaha berkomunikasi dengan penjaga pantai dalam bahasa Inggris dan Arab.

Menurut hukum internasional, penjaga pantai wajib menyelamatkan siapa pun yang sedang kesulitan di laut.

MSF mengungkapkan bahwa otoritas terkait baru bersedia pergi setelah negosiasi yang alot dan setelah MSF menghubungi otoritas Norwegia, Italia, dan Libya. Namun sebelum pergi, penjaga pantai Libya sempat memberikan ancaman tambahan kepada MSF.

Gil menambahkan, sebagian besar pengungsi di atas kapal berasal dari Suriah, termasuk anak-anak di bawah 13 tahun dan anak di bawah umur yang tidak didampingi.

3. Meningkatnya gelombang pengungsi di Laut Mediterania

Insiden MSF ini terjadi tidak lama setelah tragedi di Laut Mediterania. Melansir dari Reuters, sepekan sebelumnya, sekitar 60 orang dilaporkan meninggal dunia setelah berlayar dari Zawiya, Libya. Sebanyak 25 orang yang selamat menceritakan bahwa mesin perahu karet mereka rusak setelah tiga hari berlayar, menyebabkan mereka hanyut di laut selama berhari-hari sebelum akhirnya diselamatkan oleh kelompok kemanusiaan lain, SOS Méditerranée.

Membaiknya cuaca menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah pengungsi yang mencoba menyeberang ke Eropa melalui Laut Mediterania, meski menggunakan kapal-kapal yang tidak layak dan berbahaya.

Data dari Frontex, badan perbatasan Uni Eropa, mencatat sebanyak 4.315 orang telah menyeberang dari Afrika Utara ke Uni Eropa melalui Laut Mediterania pada Januari dan Februari 2023. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa pekan mendatang.

Baca Juga: 1,4 Juta Warga Haiti di Ambang Kelaparan Ulah Geng Kriminal

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya