Naim Qassem Jadi Pemimpin Baru Hizbullah

- Naim Qassem diangkat sebagai pemimpin baru Hizbullah Lebanon, menggantikan Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan Israel di Beirut.
- Qassem adalah anggota pendiri Hizbullah, lahir di Kfar Fila pada 1953, bergabung dengan gerakan politik dan menjadi ulama pendiri kelompok tersebut.
Jakarta, IDN Times - Kelompok Hizbullah Lebanon menunjuk Naim Qassem sebagai pemimpin barunya. Qassem sebelumnya menjabat sebagai wakil pemimpin dari kelompok tersebut.
Dilansir dari Al Jazeera, Selasa (29/10/2024), Qassem menggantikan Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan Israel di Ibu Kota Beirut.
Sama seperti Nasrallah, Qassem termasuk salah satu anggota pendiri partai politik dan kelompok bersenjata Syiah tersebut.
Pria berusia 71 tahun ini juga merupakan salah juru bicara utama Hizbullah dan sering melakukan wawancara dengan media asing, termasuk ketika permusuhan lintas batas dengan Israel berkecamuk selama setahun terakhir.
1. Sempat mengajar kimia
Qassem lahir di Kfar Fila, sebuah kota di Lebanon selatan, pada 1953. Ia belajar kimia di Universitas Lebanon dan pernah mengajar sebagai guru kimia selama beberapa tahun.
Pada saat yang sama, ia juga menempuh studi agama dan berpartisipasi dalam pendirian Persatuan Mahasiswa Muslim Lebanon, sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan kepatuhan beragama di kalangan mahasiswa.
Pada 1970-an, Qassem bergabung dengan Gerakan Orang-Orang yang Terpinggirkan, sebuah organisasi politik yang didirikan oleh Imam Moussa Sadr untuk mewakili komunitas Syiah di Lebanon yang secara historis sering diabaikan dan hidup dalam kemiskinan. Kelompok ini kemudian berubah menjadi gerakan Amal, salah satu kelompok bersenjata utama dalam perang saudara di Lebanon dan kini menjadi partai politik yang kuat.
Usai meninggalkan Amal, Qassem membantu mendirikan Hizbullah pada awal 1980-an dan menjadi salah satu ulama pendiri kelompok tersebut. Ia diketahui memiliki enam orang anak.
2. Menjabat sebagai wasekjen Hizbullah sejak 1991
Tidak semua peran Qassem dalam Hizbullah diketahui publik, mengingat sifat kelompok tersebut yang cukup rahasia. Namun, ia diketahui pernah mengawasi sebagian jaringan pendidikan Hizbullah dan terlibat dalam pengawasan kegiatan parlemen kelompok itu.
Qassem terpilih sebagai wakil sekretaris jenderal Hizbullah pada 1991, di bawah kepemimpinan pendahulu Nasrallah, Abbas al-Musawi yang juga dibunuh oleh Israel setahun kemudian.
3. Bisa lebih ekstrem dari Nasrallah
Ia telah memainkan peran penting dalam urusan publik selama bertahun-tahun dan merupakan anggota Dewan Syura kelompok tersebut. Pada 2005, ia menerbitkan buku berjudul 'Hizbullah, Kisah dari Dalam' yang diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Mohanad Hage Ali, peneliti senior di wadah pemikir Carnegie Middle East Center yang meneliti Hizbullah, mengatakan, Qassem dianggap lebih ekstrem dibandingkan Nasrallah, setidaknya dalam pernyataan publiknya.