PBB Tangguhkan Bantuan Pangan ke Afrika imbas Pemotongan Dana AS

Jakarta, IDN Times - World Food Programme (WFP), pada Sabtu (12/7/2025), menangguhkan bantuan pangan ke negara-negara di kawasan Afrika Barat dan Tengah menyusul pemotongan dana bantuan dari Amerika Serikat (AS).
“Kami akan melakukan apapun untuk memprioritaskan aktivitas penyelamatan nyawa, tapi tanpa adanya bantuan dari rekan kami, kemampuan kami untuk menolong semakin menurun,” ungkapnya.
Beberapa negara yang terdampak kebijakan ini adalah Mali, Mauritania, dan Republik Afrika Tengah. Pasokan pangan ketiga negara tersebut diperkirakan akan habis dalam sepekan.
1. Sebut 300 ribu anak di Afrika terdampak langsung penangguhan bantuan
WFP mengatakan bahwa distribusi bantuan pangan sudah dikurangi secara signifikan untuk pengungsi asal Nigeria di Kamerun.
“Jutaan orang diperkirakan akan terdampak secara langsung penangguhan bantuan pangan ini. Jumlah ini termasuk sekitar 300 ribu anak-anak di Nigeria yang berisiko mengalami malnutrisi dan berisiko tewas,” terangnya, dilansir TRT Global.
Organisasi di bawah naungan PBB itu mengungkapkan, dibutuhkan setidaknya 494 juta dolar AS (Rp8 triliun) untuk memenuhi semua biaya bantuan pada paruh kedua 2025.
Dengan ini, WFP memutuskan untuk memprioritaskan pemberian bantuan kepada kelompok paling rawan, termasuk di Mali bagian tengah dan utara yang harus mengungsi.
2. UNAIDS sebut progres penanganan HIV akan terdampak
United Nations Aids Agency (UNAIDS) mengatakan bahwa progres penanganan HIV selama bertahun-tahun akan terdampak imbas pemotongan anggaran bantuan dari AS.
“Jika dunia tidak berusaha untuk menambah lubang ini, kami memperkirakan bahwa akan ada tambahan 6 juta orang yang terinfeksi HIV dalam 4 tahun ke depan. Kami akan melihat adanya 4 juta tambahan kasus tewas akibat AIDS,” ujar Kepala Eksekutif UNAIDS, Winneie Byanyima, dilansir NPR.
Ia menambahkan, sejak merebaknya pandemik AIDS, UNAIDS berhasil menyelamatkan 26,9 juta nyawa lewat sejumlah program. Mayoritas orang yang berhasil diselamatkan berasal dari kawasan Afrika Sub-Sahara.
3. Rubio sambut baik pembubaran USAID

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyambut baik pembubaran USAID. Ia mengklaim organisasi itu tidak efesien dan menghabiskan anggaran.
“Organisasi yang tidak efisien itu akhirnya resmi berakhir. Di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump, kami akhirnya mampu mengakhiri misi bantuan luar negeri dari Amerika dan kami akan memprioritaskan kepentingan nasional kami,” ungkap Rubio, dilansir CNN.
Mulai 1 Juli 2025, USAID tidak memberikan bantuan ke luar negeri. Ia mengungkapkan bahwa bantuan luar negeri AS akan difokuskan sesuai kepentingan AS dan diserahkan secara efisien.
Berdasarkan studi dari The Lancet, pemotongan anggaran USAID akan berdampak pada kematian 14 juta orang pada 2030. Hampir satu per tiga dari 14 juta atau 4,5 juta adalah anak-anak berusia di bawah 5 tahun.