Pemimpin Geng Terkenal Swedia Ditangkap di Turki

- Abdo merupakan salah satu dari 19 orang yang ditangkap dalam penggerebekan oleh pasukan keamanan di Turki.
- Sebagian kekerasan dipicu oleh perseteruan antara geng Rumba dan Foxtrot.
- Sekitar 14 ribu orang di Swedia terlibat langsung dalam jaringan geng kriminal.
Jakarta, IDN Times - Pemimpin salah satu organisasi kriminal terbesar di Swedia, yang dituduh sebagai dalang peningkatan kejahatan dengan kekerasan, telah ditangkap di Turki. Polisi tidak mengungkapkan identitas pria tersebut, namun media Swedia mengidentifikasinya sebagai Ismail Abdo.
Dia adalah pemimpin organisasi kriminal Rumba yang diduga melancarkan operasi ilegal dari luar negeri. Pria berusia 35 tahun yang dijuluki “The Strawberry" ini termasuk penjahat paling dicari di Swedia dan menjadi buronan Interpol sejak 2024.
“Dalam operasi penegakan hukum di Turki, polisi Turki hari ini menangkap seorang pria Swedia yang selama bertahun-tahun dicurigai melakukan kejahatan terkait narkoba dan menghasut kejahatan kekerasan serius di Swedia,” kata polisi Swedia dalam sebuah pernyataan pada Jumat (4/7/2025), dikutip dari BBC.
1. Abdo ditangkap bersama 18 orang lainnya
Polisi mengatakan, Abdo merupakan salah satu dari 19 orang yang ditangkap dalam penggerebekan oleh pasukan keamanan di Turki. Menurut laporan lembaga penyiaran negara TRT, petugas berhasil menyita lebih dari satu ton obat-obatan terlarang. Belum diketahui secara pasti di mana penggerebekan itu terjadi.
Surat perintah penangkapan juga telah dikeluarkan untuk 21 tersangka lainnya, dengan 14 di antaranya diyakini berada di luar negeri, sementara tiga orang lainnya telah ditahan atas dakwaan lain. Empat tersangka masih buron.
Otoritas Turki juga dilaporkan menyita aset senilai sekitar 1,5 miliar lira Turki (sekitar Rp609 miliar), termasuk 20 kendaraan, rekening bank, dan 51 properti real estate.
2. Sebagian kekerasan dipicu oleh perseteruan antara geng Rumba dan Foxtrot
Kekerasan antargeng di Swedia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian dipicu oleh perseteruan antara Abdo dan mantan rekannya, Rawa Majid, yang kini memimpin geng saingan bernama Foxtrot. Banyak nyawa telah melayang sejak perang perebutan wilayah antara keduanya dimulai.
Konflik ini memasuki babak baru yang lebih brutal pada 2023, ketika ibu Abdo dibunuh di rumahnya di Uppsala, sebelah utara ibu kota Stockholm. Situasi yang kian memburuk mendorong pemerintah Swedia untuk mengerahkan militer guna mengatasi lonjakan pembunuhan akibat perang antargeng.
Pada 2024, Abdo sempat ditangkap oleh polisi Turki dalam pemeriksaan lalu lintas, namun kemudian dibebaskan dengan jaminan meskipun ia telah berstatus buron oleh Interpol. Langkah ini menuai kritik dari otoritas Swedia yang berupaya mengekstradisinya.
3. Sekitar 14 ribu orang di Swedia terlibat langsung dalam jaringan geng kriminal
Meningkatnya kekerasan geng di Swedia telah merusak reputasi negara itu sebagai negara yang aman dan damai. Menurut basis data global Statista, Swedia menempati peringkat ketiga tertinggi di Eropa dalam jumlah pembunuhan yang melibatkan senjata api per 100 ribu penduduk pada 2022, berada di bawah Montenegro dan Albania.
Dilansir dari CBS News, jaringan kriminal di Swedia terlibat dalam perdagangan narkoba dan senjata, penipuan tunjangan sosial, serta aksi penembakan dan pengeboman. Jaringan ini juga dilaporkan telah menyusup ke sektor kesejahteraan, politik lokal, sistem hukum dan pendidikan, serta lembaga perawatan anak nakal di Swedia.
Polisi mengatakan bahwa para pemimpin jaringan kriminal kini semakin sering beroperasi dari luar negeri, mengatur pembunuhan dan serangan melalui media sosial, serta kerap merekrut anak-anak di bawah umur untuk melancarkan aksi kekerasan.
Menurut laporan kepolisian tahun lalu, diperkirakan sekitar 14 ribu orang di Swedia terlibat langsung dalam jaringan geng kriminal, sementara 48 ribu lainnya lainnya diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan tersebut.
Koalisi pemerintahan Swedia, yang telah berkomitmen untuk mengakhiri gelombang kejahatan geng, kemungkinan akan memandang penangkapan Abdo sebagai sebuah keberhasilan. Namun, fakta bahwa Abdo juga merupakan warga negara Turki bisa mempersulit proses ekstradisinya.