Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pencurian di Toko oleh Lansia di Inggris Meningkat Drastis

ilustrasi supermarket (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi supermarket (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Pensiunan mencuri makanan karena tekanan biaya hidup yang parah di Inggris.
  • Kasus pencurian melibatkan ibu-ibu dan lansia, bukan hanya geng terorganisir.
  • Teknologi pengenalan wajah digunakan untuk mendeteksi pelaku kekerasan atau pencurian di toko besar.

Jakarta, IDN Times – Perusahaan keamanan toko Kingdom Services Group mencatat lonjakan besar dalam kasus pencurian yang melibatkan pensiunan. Kenaikan ini dikaitkan langsung dengan tekanan biaya hidup yang makin parah di Inggris. Direktur layanan ritel dari Kingdom Services Group, John Nussbaum, mengatakan lansia mencuri karena kepepet kebutuhan pokok.

“Kami melihat peningkatan besar dalam pencurian oleh pensiunan, seperti menyembunyikan satu toples kopi di tas dan satu lagi di troli,” kata Nussbaum kepada The Guardian, Senin (12/5/2025).

Ia menyebut sekitar 5 persen pelaku yang tertangkap tiap minggu berusia di atas 50 tahun. Kingdom mengaku menerima 20 hingga 30 laporan pencurian tiap minggu dari seluruh Inggris.

1. Pelaku pencurian kini berasal dari kelompok tak terduga

Ilustrasi pencurian. (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi pencurian. (IDN Times/Mardya Shakti)

Nussbaum mengungkap perubahan besar dalam profil pelaku pencurian. Ia menyebutkan kejahatan di toko kini tak hanya dilakukan geng terorganisir, tapi juga ibu-ibu dan lansia. Menurutnya, situasi ini belum pernah ia lihat selama 30 tahun di dunia keamanan ritel.

“Kami sekarang menghadapi sesuatu yang berbeda—pensiunan, orang-orang yang biasanya tidak mencuri,” kata Nussbaum kepada The Independent, Senin (12/5/2025).

Nussbaum menyampaikan bahwa lima atau sepuluh tahun lalu, pencurian semacam ini tidak pernah terjadi. Ia menyimpulkan bahwa hal tersebut terjadi akibat tekanan biaya hidup, karena banyak orang tidak sanggup membeli makanan senilai 10 atau 20 pound sterling Inggris (sekitar Rp220-440 ribu) dan akhirnya nekat karena putus asa.

Ia menambahkan, sebagian besar toko enggan melibatkan polisi saat pelaku adalah lansia. Supermarket tak mau disorot negatif karena menyerahkan pensiunan ke polisi, dan kasus seperti itu biasanya diselesaikan secara internal.

2. Organisasi kriminal dan kekerasan makin brutal di pusat perbelanjaan

ilustrasi kriminalitas (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi kriminalitas (IDN Times/Mardya Shakti)

Nussbaum menyebut kekerasan terhadap staf toko kini terjadi setiap hari. Ia melaporkan insiden pemukulan dan staf yang harus mengenakan rompi antipeluru. Dalam satu penggerebekan besar, polisi menemukan senjata tajam dan narkoba di pusat perbelanjaan.

“Sudah tak ada rasa takut. Jika seseorang ditangkap, paling-paling mereka hanya didenda atau ditahan semalam,” ujar Nussbaum.

Ia juga menyampaikan bahwa pelaku berulang seringkali ditangkap dan kembali datang hanya dua hari kemudian.

Ia juga menyoroti penggunaan teknologi pengenalan wajah oleh beberapa toko besar seperti Asda. Teknologi ini digunakan untuk mendeteksi pelaku kekerasan atau pencurian, meski belum divonis bersalah. Nussbaum menilai teknologi ini sangat membantu dan seharusnya digunakan lebih luas.

3. Data resmi tunjukkan pencurian di toko cetak rekor tertinggi

ilustrasi toko makanan (pexels.com/ha ha)
ilustrasi toko makanan (pexels.com/ha ha)

Angka pencurian di toko di Inggris dan Wales tembus rekor baru sepanjang 2024. Menurut Kantor Statistik Nasional (ONS), tercatat 516.971 kasus, naik 20 persen dari tahun sebelumnya. Ini adalah jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2003.

Namun, asosiasi peritel menilai data resmi itu terlalu rendah. British Retail Consortium (BRC) menyebut kenyataannya bisa mencapai dua kejadian per toko tiap tahun. Graham Wynn dari BRC menyebut pencurian ritel sebagai masalah besar yang merugikan hingga 2,2 miliar pound sterling Inggris (sekitar Rp48,4 triliun) per tahun.

“Pencurian ini bukan tanpa korban; hal itu menaikkan harga bagi pembeli jujur dan merusak pengalaman pelanggan,” kata Wynn.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us