Presiden Uni Eropa Terancam Dikudeta, Ini Sebabnya!

Jakarta, IDN Times - Parlemen Eropa menggelar pemungutan suara mosi tidak percaya terhadap Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen, pada Kamis (10/7/2025). Proses ini menjadi perhatian besar karena dipimpin oleh Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orbán, yang secara terbuka meminta von der Leyen mundur dari jabatannya.
Mosi tidak percaya ini merupakan yang pertama dalam lebih dari satu dekade di Parlemen Eropa. Agar dapat lolos, mosi tersebut membutuhkan dukungan dua pertiga suara anggota parlemen.
1. Latar belakang dan tuduhan
Tuduhan utama yang disorot oleh anggota parlemen sayap kanan adalah dugaan komunikasi pribadi dengan CEO Pfizer terkait pengadaan vaksin COVID-19, penyalahgunaan dana Uni Eropa, serta intervensi dalam pemilu di Jerman dan Rumania.
“Ini adalah momen kebenaran, di satu sisi elite imperialis Brussel, di sisi lain patriot dan akal sehat. Tidak ada jalan keluar, harus memilih,” ujar Orbán melalui media sosial, dikutip Associated Press.
Selain itu, mosi ini juga menyoroti kurangnya transparansi dalam negosiasi vaksin dan gaya kepemimpinan von der Leyen yang dianggap terlalu sentralistik.
“Mosi ini menyoroti banyak kekurangan yang telah lama diperdebatkan, seperti gaya kepemimpinan yang terlalu presiden dan kurangnya keterbukaan,” jelas Alberto Alemanno, profesor hukum Uni Eropa di HEC Paris, dikutip Euronews.
2. Respons Von der Leyen dan dukungan politik
Ursula von der Leyen menanggapi mosi ini dengan tegas. Ia menyebut tuduhan yang dilayangkan sebagai bagian dari buku lama kaum ekstremis dan menuduh para pengusul mosi menyebarkan teori konspirasi yang didukung kepentingan asing.
“Negosiasi vaksin dilakukan bersama negara anggota Uni Eropa dan tidak ada klausul tersembunyi,” ujar von der Leyen di hadapan parlemen, pada Senin (7/7/2025)
Beberapa kelompok politik utama di Parlemen Eropa menyatakan akan menolak mosi tersebut. Dukungan ini membuat peluang von der Leyen untuk tetap bertahan sangat besar.
Von der Leyen tidak hadir secara langsung dalam pemungutan suara di Strasbourg, Prancis, pada Kamis (10/7/2025). Namun, ia tetap mendapat dukungan dari mayoritas anggota parlemen, terutama dari kelompok sentris dan kiri.
3. Hasil pemungutan suara dan dampak politik
Hasil pemungutan suara menunjukkan Ursula von der Leyen berhasil lolos dari mosi tidak percaya. Mayoritas anggota parlemen menolak mosi yang diajukan oleh kelompok sayap kanan.
Walaupun mosi gagal, peristiwa ini menandai meningkatnya ketidakpuasan terhadap kepemimpinan von der Leyen di kalangan anggota parlemen Eropa.
“Walaupun von der Leyen kemungkinan besar tetap didukung mayoritas, kerusakan pada citra publik dan posisi politiknya akan bertahan lama,” ujar Alemanno, dilansir Euronews.