6 Migran Tewas Ditembak Pasukan Libya

Lebih dari 5.000 orang ditangkap dalam seminggu

Jakarta, IDN Times - Pasukan keamanan Libya diduga telah menembak enam orang migran yang berada di pusat penahanan pencari suaka di ibu kota Tripoli. Informasi itu disampaikan oleh badan migrasi PBB (IOM) pada hari Jumat (8/10).

Libya telah mengalami kekacauan yang panjang sejak Muammar Khadafi digulingkan. Sampai saat ini kondisi negara itu belum stabil. Libya sendiri sering dijadikan sebagai tempat transit bagi para pencari suaka yang ingin pergi ke Uni Eropa (UE).

Tapi para pencari suaka banyak yang ditangkap dan ditahan di tempat penahanan pengungsi sementara. Fasilitas itu penuh sesak dengan orang-orang dari berbagai negara konflik, yang ingin melakukan perjalanan ke UE.

1. Kekerasan fisik dan seksual dilakukan pasukan Libya

Banyak orang-orang dari negara konflik yang ingin mencari suaka ke UE. Itu dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan legal maupun ilegal. Salah satu negara di Afrika Utara yang jadi titik para pencari suaka adalah di Libya.

Namun upaya keras telah dilakukan dari pasukan keamanan, entah itu pihak Libya maupun UE dalam beberapa tahun terakhir. Para pengungsi yang sering mencoba menyeberangi Laut Mediterania menuju Eropa secara ilegal, ditahan oleh otoritas Libya.

Jika mereka dapat lolos dari pasukan Libya, banyak yang tewas sebelum mencapai Eropa karena perahu tenggelam di laut. Sebagian dari mereka juga korban perdagangan manusia.

Para pencari suaka yang berhasil ditangkap, kemudian ditempatkan di beberapa fasilitaas penahanan di ibu kota Tripoli.

Dalam seminggu terakhir, pasukan Libya telah menangkap lebih dari 5.000 orang para pencari suaka. Dilansir dari The Guardian, penangkapan itu dilakukan karena menurut pihak berwenang, mereka terlibat imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba.

Namun dalam penangkapan tersebut, lembaga Medecins Sans Frontires (MSF) menyebut bahwa pasukan keamanan telah melakukan kekerasan fisik yang parah, termasuk kekerasan seksual. Bahkan seorang migran muda tewas dan lima lainnya terluka karena tembakan.

Ellen van der Velden, manajer operasi MSF untuk Libya mengatakan orang-orang tersebut ditangkap dan ditahan di fasilitas yang tidak manusiawi karena penuh sesak.

Di fasilitas Shara Zawiya, lebih dari 550 perempuan ditahan dalam berbagai kondisi, seperti hamil dan memiliki bayi yang baru melahirkan. Mereka dijejalkan dalam tahanan. 120 orang hanya berbagi satu toilet umum.

2. Enam migran tewas di pusat penahanan yang penuh sesak

6 Migran Tewas Ditembak Pasukan LibyaIlustrasi Pistol (IDN Times/Mardya Shakti)

Di pusat penahanan fasilitas Ghot Shaal, di ibu kota Tripoli, penahanan ribuan orang telah membuatnya menjadi penuh sesak sehingga terjadi kekacauan. Banyak orang tidur di tempat terbuka dan pasukan keamanan Libya hadir untuk menjaga dengan ketat.

Dilansir dari Reuters, kepala misi Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) untuk Libya yang bernama Federico Soda menjelaskan ketika kekacauan terjadi karena kepadatan orang, pasukan keamanan Libya melepaskan tembakan.

Dalam insiden tersebut, setidaknya enam migran dilaporkan tewas karena tembakan.

Ada ratusan ribu migran yang berada di Libya. Banyak di antaranya melarikan diri dari negara konflik atau dari pemimpin yang diktator. Mereka berharap dapat mencari suaka di negara-negara UE atau bekerja di untuk perusahaan pengekspor minyak.

Namun mereka kerap menghadapi tindakan kekerasan dari pasukan Libya. Banyak yang ditahan di fasilitas penahanan yang menurut Amnesty International, menghadapi penyiksaan dan pelecehan seksual.

Baca Juga: PBB: Libya Lakukan Kejahatan Perang dan Kemanusiaan Sejak 2016

3. Para migran harus dilindungi bukan dipenjara

Enam migran yang ditembak mati oleh pasukan keamanan Libya, tidak ada rincian informasi yang jelas apakah mereka berusaha melarikan diri atau karena alasan lain.

Namun dari ribuan yang ditangkap, menurut perkiraan IOM, 215 adalah anak-anak dan lebih dari 540 wanita, sedikitnya 30 di antaranya sedang hamil.

Ironisnya, banyak dari mereka yang ditangkap oleh pasukan keamanan Libya, sebenarnya telah terdaftar di badan pengungsi PBB. Itu berarti mereka diakui sebagai pengungsi atau pencari suaka.

Menurut Hussein Baoumi, juru kampanye Amnesty International di Libya dan Mesir  mengatakan bahwa "orang-orang ini melarikan diri dari penganiayaan di negara asal mereka dan harus dilindungi, bukan dipenjara," ujarnya dikutip dari Al Jazeera.

Pihak Amnesty International telah meminta pihak berwenang Libya untuk mendakwa siapa saja yang memang terbukti terlibat dalam kejahatan tapi meminta untuk membebaskan mereka yang tidak bersalah seperti anak-anak.

Libya dituduh oleh kelompok hak asasi manusia, telah melakukan penahanan sewenang-wenang terhadap para pencari suaka. Mereka berada di dalam tahanan yang tidak manusiawi dan seringkali menjadi sasaran kekerasan fisik dan seksual.

Baca Juga: Kapal Migran Tenggelam, Mayat Terdampar di Pantai Libya

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya