Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator Filipina

Berkuasa 21 tahun dan korupsi miliaran dolar

Jakarta, IDN Times - Negara kepulauan Filipina dipimpin oleh Ferdinand Marcos sepanjang 1965-1986. Dia disebut sebagai diktator yang memerintah dengan tangan besi.

Pada awal pemerintahannya, Marcos mencoba meningkatkan perekonomian pascaperang, seperti meningkatkan produk pertanian dan ingin membongkar oligarki. Namun, periode setelahnya, pemerintahannya dirusak oleh korupsi besar-besaran, despotisme, nepotisme, represi politik, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Macros digulingkan oleh demonstrasi besar pada 1986. Dia dan keluarganya kemudian melarikan diri ke Hawaii. Tak lama setelah itu, Marcos meninggal. Berikut ini adalah fakta Ferdinand Marcos yang disebut memerintah Filipina secara diktator.

1. Ferdinand Marcos tertarik dengan olahraga seperti tinju dan menembak

Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator Filipinailustrasi (Pexels.com/Maurício Mascaro)

Pada 11 September 1917, satu tahun sebelum Perang Dunia I berakhir, Ferdinand Marcos lahir di desa Sarrat, di sebuah kota kecil di Ilocos Norte, pulau Luzon. Orang tuanya bernama Mariano Marcos dan Jesefa Edralin.

Menurut Thought Co, nama aslinya adalah Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos. Dia tumbuh di tengah lingkungan yang istimewa. Selama bersekolah, dia tertarik dengan olahraga seperti tinju dan menembak.

Dikutip dari New World Encyclopedia, ketika kuliah di Universitas Filipina dan mengambil jurusan hukum, dia dikenal menjadi juara debat, renang dan gulat. 

2. Ikut ujian pengacara dari dalam penjara

Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator FilipinaIlustrasi Borgol (IDN Times/Mardya Shakti)

Marcos dewasa mendapatkan pendidikan hukum di Universitas Filipina. Tapi pada 1935, dia ditangkap dan diadili atas pembunuhan Julio Nalundasan.

Sosok yang dibunuh Marcos dengan senapan kaliber 22 adalah lelaki yang dua kali mengalahkan ayahnya dalam perebutan kursi Majelis Nasional. Marcos kemudian dipenjara, tapi tetap dapat melanjutkan studinya.

Di dalam penjara, Marcos mengikuti ujian pengacara dan banyak artikel daring yang menyebutkan bahwa Marcos mendapatkan nilai rata-rata 98,01 persen, tertinggi dalam sejarah. Namun oleh AFP, data itu sebenarnya keliru.

Ujian pengacara dengan skor tertinggi di Filipina adalah Florenz D. Regalado yang lulus pada 1954. Regalado mencetak rata-rata 96,7 persen. Nilai rata-rata Marcos sebenarnya dalam ujian tersebut adalah 92,35 persen.

Saat melakukan pembunuhan, Marcos masih berusia 18 tahun. Dia mengajukan banding pada 1940 mewakili dirinya sendiri. Marcos berhasil membatalkan hukumannya meski ada bukti kuat atas kesalahannya.

Baca Juga: Bongbong Marcos: Presiden Terpilih Filipina Putra Mantan Diktator

3. Marcos menjabat sebagai anggota parlemen dan menikahi Imelda Romualdez

Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator FilipinaFerdinand Marcos dan keluarganya (Wikipedia.org/Malacañang Palace)

Dalam Perang Dunia II, Ferdinand Marcos ikut bertempur melawan penjajah Jepang. Setelah perang berakhir, dia mulai menapaki jalan politik dengan menjadi anggota parlemen distrik ke-2 Ilocos Norte di bawah Partai Liberal.

Dalam laman resmi pemerintah Filipina, Marcos menjabat sebagai anggota parlemen selama tiga periode. Sebelumnya, dia menjabat sebagai asisten khusus Presiden Filipina pertama Manuel Roxas.

Saat menjabat sebagai anggota parlemen, Marcos menikahi Imelda Romualdez, seorang penyanyi dan ratu kecantikan pada 1954. Mereka berpacaran selama 11 hari.

Pernikahan tersebut memberikan Marcos tiga anak, Maria Imelda "Imee" (lahir 1955), Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. (lahir 1957) dan Irene (lahir 1960).

Dari tahun 1963 sampai 1965, Marcos menjabat sebagai Presiden Senat yang kemudian setelah itu dia meraih kursi Presiden Filipina yang ke-10.

4. Presiden Filipina pertama yang memenangkan masa jabatan kedua

Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator FilipinaFerdinand Marcos, Ronald Reagan dan Imelda Marcos (Wikipedia.org/Reagan White House Photographs)

Pada 30 Desember 1965, Marcos secara resmi dilantik sebagai Presiden Filipina ke-10. Dia mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Nasionalis. Dia mendapatkan jabatan tersebut lewat kampanye yang sulit.

Selama menjabat sebagai presiden, dijelaskan oleh Country Studies, Marcos banyak melakukan pembangunan pekerjaan umum yang ambisius. Proyek pembangunan jalan, jembatan, sekolah, pusat kesehatan, fasiltias irigasi, dan proyek untuk memperindah kota.

Dia juga melobi Amerika Serikat (AS) untuk mencari bantuan ekonomi dan militer pascaperang. Meski begitu, dia menolak tekanan dari Presiden Lyndon Johnson untuk terlibat dalam Perang Indocina Kedua.

Pada 1969, Marcos kembali terpilih sebagai Presiden Filipina. Dia adalah presiden pertama yang dapat meraih dua kali masa jabatan secara berturut-turut. Tapi masa kedua jabatan presiden itu, terjadi peningkatan perselidihan sipil dan kekerasan pemberontak sayap kiri.

Kekerasan itu terus terjadi dan akhirnya ada pengeboman acak di Manila yang menewaskan beberapa orang. Pada tahun 1972, kutip Biography, Marcos menerapkan darurat militer yang akhirnya memerintah Filipina dibawah junta.

5. Filipina di bawah darurat militer Marcos

Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator FilipinaFerdinand Marcos di AS pada tahun 1982 (Wikipedia.org/Spec. 4 Dino Bartomucci)

Dari mulai 1972 sampai 1981, Filipina berada di bawah darurat militer. Dalam era tersebut, Filipina disebut jatuh ke dalam keadaan yang kelam. 

Amnesty International mencatat, selama masa darurat militer, Marcos telah melancarkan gelombang kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Ini termasuk puluhan ribu orang ditangkap secara sewenang-wenang, ribuan disiksa, dan dihilangkan secara paksa atau dibunuh.

Pada 1975, Marcos sendiri dalam sebuah wawancara mengatakan, lebih dari 50 ribu orang ditahan. Mereka yang ditangkap termasuk pekerja gereja, pembela hak asasi manusia, pengacara bantuan hukum, pemimpin buruh dan jurnalis.

Selama di dalam tahanan, ada pola penyiksaan dan pada tahun 1981 penelitian tentang hal itu menunjukkan ada penghilangan paksa dan eksekusi di luar proses hukum yang terjadi dari mulai tahun 1976 dan sesudahnya.

BBC juga menyebutkan terjadi korupsi dan jutaan orang Filipina hidup dalam kemiskinan ekstrem, sedangkan utang negara terus mengalami peningkatan.

Baca Juga: Profil Sara Duterte: Wakil Presiden Filipina yang Baru

6. Revolusi People Power Filipina dan kejatuhan Marcos

Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator Filipinailustrasi (Pexels.com/Kelly L)

Pada 1981, Marcos mencabut darurat militer yang telah ia terapkan selama sembilan tahun. Dalam pemilihan presiden, dia kembali lagi terpilih tapi dengan ketidakpuasan publik dan kemarahan lawan politik yang semakin meningkat.

Lawan politik Marcos, Benigno Aquino Jr. yang kembali dari pengasingan di AS, berusaha kembali lagi ke Filipina dengan menawarkan demokrasi untuk menyingkirkan kediktatoran.

Tapi pada 21 Agustus 1983, dia ditembak dan dibunuh saat turun dari pesawat di Manila. Dikutip Bioghraphy, demonstrasi pendukung Aquino segera terjadi di seluruh negeri. Banyak orang menilai pembunuhan yang melibatkan personel militer itu diperintahkan oleh Marcos.

Pada 1985, pemilu kembali di gelar dan Marcos mengklaim kemenangannya. Tapi publik Filipina sudah tidak percaya dan menganggap pemilu itu penuh dengan kebohongan dan manipulasi. Sebagian besar kelompok sayap kiri juga memboikot pemilu.

Pada 22 Februari 1986, warga turun ke jalan di Epifanio de los Santos Avenue (EDSA). Ohio State University mencatat bahkan Kardinal Jaime Sin, Uskup Agung Manila, meminta warga Filipina untuk mendukung protes damai tersebut.

Marcos memerintahkan militer untuk menindak, tetapi beberapa perwira menolak perintah tersebut. Hingga akhirnya massa menyerbu Istana Malacanang yang membuat keluarga Marcos melarikan diri.

Dia dan keluarganya membawa harta kekayaan dalam penerbangan ke pengasingan di Hawaii, AS.

7. Kemewahan Marcos dan kematiannya

Fakta-Fakta Ferdinand Marcos: Pembunuh yang Jadi Diktator Filipinailustrasi (Pexels,com/Scott Webb)

Ferdinand Marcos dan keluarganya melarikan diri dan terbang menggunakan dua pesawat angkut C-141. Menurut The Guardian, Marcos membawa 23 peti kayu, 12 koper dan tas, berbagai kotak pakaian yang cukup untuk mengisi 67 rak.

Lalu ada 423 perhiasan termasuk patung bayi Yesus dari gading. Ada juga 24 batang emas dengan tulisan 'untuk suamiku di hari jadi kami yang ke-24' dan lebih dari 27 juta peso Filipina dalam uang kertas yang baru dicetak.

Dalam penyelidikan lanjutan tentang kekayaan Marcos yang diduga hasil korupsi, Mahkamah Agung Filipina mengatakan diktator itu mengumpulkan hingga 10 miliar dolar atau sekitar Rp13,3 triliun saat menjabat. Pada 1986, nilai 1 dolar AS masih Rp1.334.

Jika angka itu dikalkulasi dengan nilai tukar dolar saat ini, maka total kekayaan Marcos dari dugaan korupsi selama menjabat sekitar Rp146 tiliun, dengan 1 dolar sama dengan Rp14.607. Ini adalah jumlah yang fantastis.

Bahkan kekayaan yang paling terkenal, Imelda Marcos sang Ibu Negara, diketahui mengoleksi 3 ribu pasang sepatu di Istana. Koleksi itu tidak sempat ikut dibawa ketika mereka melarikan diri.

Dikutip Vice, di antara merek sepatu itu adalah Charles Jourdan, Christian Dior, Gucci, dan Oleg Cassini. Itu adalah sepatu-sepatu yang mewah dan mahal harganya.

Tak lama setelah melarikan diri, pada 1989 Ferdinand Marcos meninggal di usia 72 tahun. Associated Press mencatat, dia dirawat di rumah sakit hampir 10 bulan dengan penyakit ginjal, paru-paru, jantung, pneumonia dan infeksi bakteri.

Baca Juga: Bukan hanya Filipina, 5 Negara Ini Pernah Dipimpin Anak dan Ayah

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya