Kelompok Bersenjata Bunuh 10 Orang di Kamerun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sekelompok orang bersenjata telah membunuh 10 orang dan membuat dua orang lainnya terluka di kota Bamenda, wilayah barat laut Kamerun, pada Minggu (16/7/2023). Insiden terjadi di sebuah persimpangan yang sibuk.
Saksi mata yang berada di sekitar tempat kejadian, menjelaskan bahwa para penyerang tiba dengan kendaraan pada malam hari. Mereka kemudian menyuruh orang-orang tiarap karena dianggap gagal mendukung pejuang separatis. Tembakan dilepaskan saat beberapa orang melarikan diri karena takut.
Pemerintah menuduh kelompok pejuang separatis Ambazonia Defence Forces (ADF) berada di balik serangan tersebut. Namun juru bicara ADF menolak tuduhan dan menyebut bahwa itu bisa jadi orang-orang yang menyamar sebagai pasukan separatis.
Baca Juga: Fakta-Fakta ADF Dalang Ledakan Bom di Gereja RD Kongo
1. Pasukan separatis menolak tuduhan
Wilayah barat laut Kamerun telah lama bergejolak. Sebagian besar dari mereka adalah penutur bahasa Inggris yang merasa didiskriminasi oleh pemerintahan mayoritas penutur bahasa Prancis.
Ambazonia Defence Forces (ADF) adalah kelompok separatis utama. Mereka menolak tuduhan bertanggung jawab atas serangan mematikan pada Minggu malam.
"Ada (kemungkinan) bahwa itu bisa menjadi pembunuhan balas dendam,” kata juru bicara ADF Lucas Asu. Para penyerang mungkin menyamar sebagai pejuang separatis, katanya melanjutkan.
Dilansir Al Jazeera, gubernur Adolphe Lele Lafrique mengatakan bahwa upaya memburu para penyerang telah dilakukan. Investigasi telah dimulai untuk mencari kelompok bersenjata tersebut.
Para penyerang, disebut berseragam militer dengan dua kendaraan. Mereka kemudian menyerbu tempat restoran, bar dan toko.
Editor’s picks
Baca Juga: Kamerun Tolak Kehadiran Duta Besar LGBTQ Prancis
2. Cerita saksi mata
Banyak saksi mata yang melihat kejadian kejam pada Minggu. Salah satu saksi mengatakan, orang-orang bersenjata tak dikenal itu menuduh para korban sebagai "kaki hitam," yang merujuk pada orang-orang yang bekerja sama dengan pemerintah dan tidak menghormati pejuang separatis.
Dilansir BBC, satu hari sebelum penembakan itu, sekelompok pasukan telah menyerang di rumah yang berada di lingkungan yang sama dengan insiden terbaru. Serangan itu menewaskan lima orang pemuda.
Dua dari 10 korban insiden terbaru, diidentifikasi sebagai Simplice Lontsi Tsomene yang berusia 37 tahun dan istrinya Helene Raisa Tanga, yang berusia 25 tahun. Mereka berdua baru saja menikah dan dikenal sebagai orang tua penuh kasih dari tiga anak.
3. Lebih dari 6 ribu orang tewas dalam konflik sejak 2016
Gejolak yang terjadi di barat laut Kamerun mulai tahun 2016. Saat itu, penduduk penutur bahasa Inggris melakuka protes karena merasa terjadi kesenjangan sistem akademik, hukum dan administrasi yang disengaja.
Selain itu, mereka juga merasa dipinggirkan secara kontestasi politik dan ekonomi. Kekerasan terus terjadi sejak itu dan sampai saat ini belum berakhir. Dilansir Africa News, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 6.000 penutur bahasa Inggris.
Awal bulan, kelompok Amnesty International mengecam pasukan pemerintah, milisi dan pasukan separatis atas serangkaian pembunuhan, pemerkosaan dan penyiksaan. Rumah-rumah juga dibakar di wilayah penduduk penutur bahasa Inggris tersebut.
Baca Juga: Penggembala Nigeria Dituduh Culik 25 Warga Kamerun
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.