PBB: Penambangan Pasir Laut Rusak Ekosistem

PBB rekomendasi hentikan tambang pasir laut

Jakarta, IDN Times - UN Environment Programme (UNEP) memperingatkan dampak buruk penambangan pasir laut pada Selasa (5/9/2023). Aktivitas tersebut dapat merusak keanekaragaman hayati dan masyarakat pesisir.

Namun, penambangan pasir dan sedimen lain dari laut justru semakin meningkat. UNEP khawatir hal itu akan mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan di masa depan.

Ekstraksi sedimentasi laut secara langsung berdampak pada kebisingan mamalia laut dan kekeruhan air yang mengancam ekosistem.

1. PBB luncurkan Marine Sand Watch

PBB: Penambangan Pasir Laut Rusak Ekosistemilustrasi (Unsplash.com/Jaromir Kavan)

UNEP meluncurkan platform data global untuk masalah ekstraksi sedimen di lingkungan laut bernama Marine Sand Watch. Alat ini menggunakan kecerdasan buatan untuk melacak dan memantau penambangan pasir laut di dunia.

Dilansir Al Jazeera, Marine Sand Watch menggunakan sinyal Automatic Identification System (AIS) untuk kapal. Ini dikombinasikan dengan kecerdasan buatan guna mengidentifikasi operasi kapal pengeruk.

Pascal Peduzzi, kepala pusat analisis UNEP, menjelaskan bahwa sinyal yang dipancarkan dari AIS dapat memungkinkan akses terhadap pergerakan setiap kapal di planet ini. Hal itu diperlukan karena skala dampak lingkungan dari aktivitas penambangan dan pengerukan laut dangkal sangat mengkhawatirkan.

Baca Juga: Jokowi Dipuji PBB soal Diplomasi Indonesia untuk Perdamaian Dunia

2. Enam miliar ton pasir laut setiap tahun

Pasir merupakan salah satu sumber daya alam yang paling banyak dieksploitasi setelah air. Pasir digunakan untuk memproduksi beton, industri konstruksi, dan kaca. Pasir di laut dangkal adalah salah satu yang jadi objek penambangan.

Dilansir BBC, UNEP menjelaskan sekitar 50 miliar ton pasir dan kerikil digunakan manusia setiap tahun. Rata-rata, sekitar 6 miliar ton berasal dari lautan dan samudra. Peduzzi menggambarkannya bahwa itu setara dengan lebih dari 1 juta truk sampah setiap hari.

Kapal pengeruk pasir yang besar pada dasarnya melakukan sterilisasi dasar laut. Ini karena kapal tersebut mengekstraksi pasir dan menghancurkan semua mikroorganisme yang memberi makan ikan.

Bahkan, terkadang pasir laut dikeruk hingga batuan dasar, sehingga ada kemungkinan kehidupan laut tidak akan pernah pulih kembali.

3. Rekomendasi untuk hentikan penambangan pasir laut

PBB: Penambangan Pasir Laut Rusak Ekosistemilustrasi (Unsplash.com/Hasin Hayder)

Menurut UNEP, untuk saat ini aktivitas penambangan pasir laut belum mencapi titik kritis global. Tapi dengan aktivitas ekstraksi yang lebih cepat dan dengan skala luas, alam tak memiliki kemampuan untuk memulihkannya sendiri.

Dilansir UN News, UNEP memperkirakan bahwa tingkat pengisian kembali sedimen laut secara alami yaitu 10 hingga 16 miliar ton setiap tahun. Sedangkan dari 2012 hingga 2019, aktivitas pengerukan kian meningkat mendekati tingkat pengisian alami tersebut.

Wilayah penambangan pasir laut secara intensif tercatat di Laut Utara, Asia Tenggara dan Pantai Timur Amerika Serikat. Di Asia Tenggara, negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Kamboja, telah melarang ekspor pasir laut dalam 20 tahun terakhir.

PBB merekomendasikan agar ekstraksi pasir dari pantai atau dari laut dangkal dihentikan untuk tujuan penambangan. Sejauh ini, negara-negara yang memiliki armada pengerukan terbesar dalam industri tersebut dimiliki oleh kekuatan ekonomi global seperti China, Amerika Serikat, Belanda dan Belgia.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya