PBB Peringatkan Sampah Elektronik jadi Bencana Lingkungan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Laporan terbaru PBB memperingatkan bahwa dunia membuang perangkat elektronik dalam jumlah 62 juta ton, yang memecahkan rekor pada 2022. Banyaknya gawai yang dibuang dapat mencemari bumi.
Dijelaskan pada Rabu (20/3/2024), kurang dari seperempat sampah yang didaur ulang. Ini mengakibatkan logam berat, plastik dan bahan kimia beracun, bocor dari perangkat yang dibuang tersebut.
Di negara-negara miskin, hal itu menimbulkan risiko kesehatan di mana banyak limbah elektronik dikirim dari negara-negara kaya.
1. Nilai logam sampah elektronik berharga
PBB memperkirakan nilai logam sampah tersebut sebenarnya berharga, mencapai 91 miliar dolar AS atau Rp1.427 triliun. Tapi karena tidak diperhatikan, hal itu justru dapat mengancam planet ini.
"Ini adalah bencana besar bagi lingkungan," kata Kees Balde dari Global E-waste Monitor dikutip dari France24.
Sampah elektronik pada 2022 diperkirakan dua kali lipat dibandingkan pada 2010. Berat sampah setara dengan 107 ribu jet penumpang terbesar dan terberat di dunia.
Sampah mencakup barang kecil seperti rokok elektrik, tablet, sikat gigi elektrik, pemanggang roti dan barang besar lain seperti televisi, sepeda listrik dan skuter.
Baca Juga: Hadapi Gelombang Panas, Sudan Selatan Tutup Semua Sekolah
2. Setiap orang di bumi rata-rata membuang 7,8 kg sampah elektronik per tahun
Editor’s picks
Dalam laporannya, PBB memperkirakan jumlah sampah elektronik pada 2030 bisa mencapai 82 juta ton. Sampah yang tidak dikelola menyebabkan 45 ribu ton plastik berbahaya dan 58 ton merkuri yang mencemari lingkungan setiap tahunnya.
Dilansir Deutsche Welle, setiap orang di planet ini rata-rata menghasilkan sekitar 7,8 kilogram sampah elektronik setiap tahun.
"Sangat mudah untuk membeli sesuatu. Hanya dengan beberapa klik. Jauh lebih sulit untuk membuangnya," kata Balde.
3. Limbah teknologi baru akan meningkat empat kali lipat
Sampah yang tidak didaur ulang sisanya hilang akibat dibakar, dibuang ke tempat pembuangan sampah, atau didaur ulang secara tidak benar. Bencana ini kian parah karena permintaan teknologi baru melebihi kemampuan daur ulang.
Dilansir France24, tingkat daur ulang sampah tertinggi di negara maju dan terendah di Afrika. Di negara berkembang, sekitar 18 juta sampah diproses tetapi para pekerjanya sering kali tidak punya akses terhadap peralatan pelindung.
"Faktanya sudah terungkap. Kita perlu membalikkan keadaan ini," kata Balde.
Munculnya teknologi bersih ramah lingkungan juga menghadirkan tantangan penggunaan baterai dan panel surya. PBB memperkirakan, limbah tersebut akan meningkat empat kali lipat dari 600 ribu ton pada 2022 jadi 2,4 juta ton pada 2030.
Baca Juga: PBB: 2023 Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Manusia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.