Perempuan Iran yang Dipenjara Dapat Anugerah Nobel Perdamaian

Narges Mohammadi dipenjara 31 tahun

Jakarta, IDN Times - Komite Nobel Norwegia 2023 mengumumkan bahwa Narges Mohammadi merupakan salah satu penerima anugerah Nobel 2023. Dia adalah aktivis terkemuka Iran yang saat ini, berada di penjara. 

Mohammadi mendapatkan Nobel Perdamaian atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran dan perjuangannya mempromosikan hak asasi manusia serta kebebasan bagi semua orang.

Dalam pengumuman pada Jumat (6/10/2023), Komite Nobel juga mengatakan pihaknya mengakui ratusan ribu orang di Iran telah berdemonstrasi menentang kebijakan diskriminasi dan penindasan rezim teokratis yang menargetkan perempuan.

Baca Juga: Perempuan Iran Koma di Rumah Sakit, Diduga Diserang Polisi Moral

1. Mohammadi ditangkap 13 kali dan dicambuk ratusan kali

Perempuan Iran yang Dipenjara Dapat Anugerah Nobel Perdamaianilustrasi (Unsplash.com/ Niu Niu)

Narges Mohammadi dijatuhi hukuman lebih dari 30 tahun penjara. Dia juga dilarang bertemu suami dan anak-anaknya. Mohammadi menjadi identik dengan perjuangan hak asasi di Iran, yang mana tahun lalu terjadi protes nasional usai kematian Mahsa Amini.

Ketua Komite Nobel Berit Reiss-Andersen mengatakan, Mohammadi adalah sosok dengan perjuangan yang berani menimbulkan kerugian pribadi yang sangat besar. Dia telah ditangkap 13 kali, dan dijatuhi hukuman cambuk lima kali.

Dilansir CNN, Reiss-Andersen juga mengatakan bahwa secara total, Mohammadi mendapatkan hukuman 31 tahun penjara dan 154 kali cambukan.

"Mohammadi masih di penjara saat saya berbicara," katanya menambahkan.

Dalam sebuah pesan, Mohammadi mengatakan bahwa dirinya akan terus berjuang untuk demokrasi, kebebasan dan kesetaraan.

Baca Juga: Presiden Iran Sebut Normalisasi Israel dengan Negara Arab Akan Gagal

2. Mohammadi menegaskan akan terus berjuang

Saat ini, Narges Mohammadi menjalani hukuman di penjara Evin yang terkenal kejam. Dia menjalani beberapa hukuman. Organisasi hak asasi Front Line Defenders, mengatakan salah satu tuduhan terhadapnya termasuk menyebarkan propaganda melawan negara.

Dilansir Al Jazeera, Mohammadi yang berusia 51 tahun adalah aktivis terkemuka Iran yang mengkampanyekan hak-hak perempuan dan penghapusan hukuman mati. Dia wakil kepala Pusat Pembela Hak Asasi Manusia Iran, organisasi non pemerintah yang dipimpin Shirin Ebadi, penerima Nobel Perdamaian pada 2003.

"Saya akan terus berjuang melawan diskriminasi tanpa henti, tirani dan penindasan berbasis gender yang dilakukan oleh pemerintah teokratis yang menindas hingga pembebasan perempuan," kata perempuan tersebut.

"Saya juga berharap pengakuan ini membuat protes masyarakat Iran untuk perubahan menjadi lebih kuat dan terorganisir. Kemenangan sudah dekat," tambahnya.

3. Pesan keluarga Mohammadi

Taghi Rahmani, suami Mohammadi, kini tinggal di pengasingan di Paris bersama dua anak kembarnya.

Dia mengatakan, istrinya memiliki sebuah kalimat yang selalu diulangi, yakni "Setiap penghargaan akan membuatku lebih berani, lebih tangguh untuk mewujudkan hak asasi manusia, kebebasan, kesetaraan sipil dan demokrasi," katanya dikutip dari Associated Press.

Saudara lelaki Mohammadi, Hamidreza, mengatakan bahwa hadiah Nobel itu menunjukkan bahwa dunia telah melihat gerakan Mohammadi di Iran. Tapi dia mengatakan, hal itu tidak akan mempengaruhi situasi.

"Rezim akan menggandakan tindakannya terhadap oposisi, dan hal itu tidak akan berdampak pada rezim. Mereka hanya akan menghancurkan orang," katanya.

Amnesty International mengatakan, hadiah tersebut merupakan pesan jelas kepada pemerintah Teheran bahwa tindakan keras terhadap kritikus damai dan pembela hak asasi manusia tidak akan dibiarkan begitu saja.

Di sisi sebaliknya, Iran menuduh Komite Nobel ikut campur dan mempolitisasi masalah hak asasi manusia.

"Komite Nobel Perdamaian telah memberikan hadiah kepada seseorang yang terbukti melakukan pelanggaran hukum dan tindakan kriminal berulang kali, dan kami mengutuk hal ini sebagai tindakan yang bias dan bermotif politik," kata Nasser Kanaani, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.

Baca Juga: Iran Sahkan Undang-Undang Baru Aturan Pemakaian Jilbab

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya