Rusia Gelar Latihan Serangan Nuklir Besar-Besaran

Rusia akan tarik diri dari perjanjian uji coba nuklir

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Rusia Segey Shoigu melaporkan kepada Presiden Vladimir Putin bahwa telah menggelar latihan serangan nuklir besar-besaran pada Rabu (25/10/2023). Laporan itu ditayangkan di televisi pemerintah.

Shoigu mengatakan latihan militer tersebut digelar sebagai respon jika ada serangan nuklir dari musuh. Kementerian Pertahanan Rusia juga merilis peluncuran rudal balistik dan jelajah dari darat dan dari kapal selam.

Latihan serangan nuklir juga beriringan dengan isu bahwa Moskow akan menarik diri dari perjanjian larangan uji coba nuklir. Pada 6 Oktober, Rusia mengumumkan niatnya untuk meniru posisi Amerika Serikat (AS) yang telah menandatangani perjanjian tapi tidak pernah meratifikasinya.

Baca Juga: Putin Klaim Rusia Sukses Uji Rudal Jelajah Bertenaga Nuklir

1. Rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan ribuan kilometer

https://www.youtube.com/embed/lSbb-BzdJxg

Sebagai salah satu negara dengan kekuatan nuklir terbesar, Rusia kerap melakukan simulasi kesiapan nukllir secara rutin. Moskow biasanya mengadakan simulasi kesiapan nuklir tersebut menjelang akhir Oktober.

Dalam gelar latihan militer terbaru, dilansir RFE/RL, Shoigu melaporkan bahwa militernya telah menggelar latihan serangan nuklir besar-besaran. Hal ini melibatkan rudal balistik dan rudal jelajah.

Laporan resmi juga mengatakan rudal balistik antarbenua Yars, ditembakkan dari lokasi uji coba di Arkhangelsk dengan sasaran Semenanjung Kamchatka. Jarak dua daerah tersebut sekitar 5 ribu kilometer.

Mereka juga mengatakan telah meluncurkan rudal balistik di Laut Barents dan pesawat pembom jarak jauh berkemampuan nuklir, Tu-95MS untuk melakukan uji coba rudal jelajah dari udara.

Baca Juga: Rusia: AS Terancam Serangan Nuklir yang Lebih Parah dari 9/11

2. Rusia bersiap membatalkan perjanjian larangan uji coba nuklir

Rusia memiliki rudal yang berbahan bakar nuklir. Rudal jelajah yang merupakan senjata eksperimental tersebut, pertama kali diumumkan pada 2018 dan dipuji karena memiliki potensi jangkauan target yang tidak terbatas.

Dilansir BBC, awal bulan ini Presiden Putin mengatakan telah melakukan uji coba terakhir rudal bertenaga nuklir tersebut. Uji coba itu dilihat sebagai unjuk kekuatan Rusia yang dibarengi dengan upaya negara itu melakukan pembatalan ratifikasi perjanjian larangan uji coba nuklir (CTBT).

Parlemen Rusia telah menyelesaikan undang-undang yang menarik diri dari ratifikasi perjanjian pada Rabu. Putin juga disebut telah meminta para menteri mendukung perubahan itu sebagai cerminan terhadap sikap AS.

CTBT disepakati pada 1996. Perjanjian itu melarang ledakan uji senjata nuklir di mana pun di dunia. Ada 187 negara yang menandatangani perjanjian tersebut dan diratifikasi oleh 178 negara. AS termasuk yang menandatangani tapi tidak meratifikasinya.

3. Kekhawatiran jika Rusia meninggalkan CTBT

Rusia Gelar Latihan Serangan Nuklir Besar-Besaranilustrasi (youtube.com/Military Weapons)

Sebuah perjanjian internasional ditandatangani oleh suatu negara karena sepakat dengan hal terkait. Penandatanganan membuat negara memiliki niat mematuhi, tapi tidak terlalu terikat dengannya.

Oleh karena itu, dibutuhkan persetujuan parlemen untuk meratifikasi sehingga secara resmi dapat mengikat suatu negara dalam sebuah perjanjian. AS tidak meratifikasi CTBT tapi telah melakukan moratorium uji coba senjata nuklir sejak 1992.

Dilansir Al Jazeera, awal bulan ini AS mengatakan terganggu oleh rencana tindakan Rusia yang ingin mencabut ratifikasi perjanjian nuklir itu. Langkah Moskow dinilai membahayakan norma global terhadap uji coba bahan peledak nuklir.

Para analisis mengatakan kekhawatirannya ketika Rusia menarik diri dari CTBT. Hal itu membuat Moskow dapat melanjutkan uji coba nuklir guna mencegah negara Barat terus memberi dukungan militer kepada Ukraina.

Baca Juga: Menlu Retno: Kepemilikan Senjata Nuklir Tidak Dapat Dibenarkan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya