150 Pabrik Garmen Ditutup, Takut Diamuk Buruh yang Demo

Para pekerja garmen meminta kenaikan upah sebesar Rp3,2 juta

Jakarta, IDN Times - Aksi protes 11 ribu pekerja yang berujung kekerasan, terkait tuntutan upah, terjadi di Bangladesh. Hal ini menyebabkan produsen garmen menutup 150 pabrik di kota-kota industri utama, seperti di Ashulia dan Gazipur, tanpa batas waktu pada Sabtu (11/11/2023).

Beberapa pabrik di antaranya mempekerjakan 15 ribu orang di satu pabrik bertingkat. Penutupan dilakukan karena produsen khawatir terjadinya pemogokan lebih lanjut, di saat pekan kerja negara itu dimulai pada Sabtu.

Protes tersebut tercatat sebagai demonstrasi terburuk terkait upah dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Polisi setempat melaporkan, aksi tersebut meletus sejak Oktober dan telah menewaskan setidaknya 3 pekerja dan lebih dari 70 pabrik digeledah atau dirusak sejak saat itu.

Pada Kamis, 15 ribu pekerja bentrok dengan polisi di jalan raya utama dan menggeledah sebuah pabrik terkemuka, Tusuka, serta beberapa pabrik lainnya.

"Polisi telah mengajukan tuntutan terhadap 11 ribu orang tak dikenal atas serangan terhadap pabrik garmen Tusuka," kata inspektur polisi, Mosharraf Hossain, dikutip dari The Straits Times.

1. Pemicu protes para pekerja garmen

Protes dimulai setelah Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh menawarkan kenaikan upah minimum bulanan sebesar 25 persen, yakni 90 dolar AS (sekitar Rp1,4 juta). Namun, menuntut upah minimum bulanan sebesar 208 dolar AS (Rp3,2 juta). 

"Kenaikan tersebut tidak cukup ketika harga seluruh barang dan harga sewa naik drastis. Kami bekerja untuk bertahan hidup, tetapi kami bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar kami," kata Munna Khan, seorang pekerja garmen, dilansir Al Jazeera. 

Pemerintah pun akhirnya membentuk panel yang terdiri dari pemilik pabrik, pemimpin serikat pekerja, dan pejabat untuk mempertimbangkan tuntutan upah yang pas. 

Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja Bangladesh, Monnujan Sufian, mengumumkan struktur gaji baru bagi pekerja pabrik garmen, dengan kenaikan upah minimum bulanan sebesar 56 persen, menjadi 113 dolar AS (Rp1,7 juta) dari sebelumnya 75 dolar AS (Rp1,2 juta). Dia mengatakan struktur gaji baru akan berlaku mulai 1 Desember.

Para buruh mengatakan, mereka saat ini harus bekerja lembur untuk memenuhi kebutuhan hidup di saat inflasi mencapai 9,5 persen. Upah terbaru yang diajukan pemerintah tidak sebanding dengan melonjaknya biaya makanan, sewa, layanan kesehatan, serta biaya sekolah anak-anak mereka.

Baca Juga: Pemimpin Oposisi Bangladesh Ditangkap usai Protes Antipemerintah

2. PM Bangladesh menolak kenaikan upah dan memperingatkan protes pekerja pabrik

150 Pabrik Garmen Ditutup, Takut Diamuk Buruh yang DemoIlustrasi bendera Bangladesh. (pexels.com/MD. Ahsan Mahmud)

Protes yang terjadi merupakan tantangan bagi Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina, yang telah memerintah Bangladesh sejak 2009. Hasinah menolak kenaikan upah bagi para pekerja. Dia juga memperingatkan bahwa protes yang disertai kekerasan dapat merugikan dunia bisnis.

"Jika mereka turun ke jalan guna memprotes hasutan seseorang, mereka akan kehilangan pekerjaan dan harus kembali ke desanya. Kalau pabrik-pabrik ini tutup, produksi terganggu, ekspor terganggu, lapangan kerja mereka di mana? Mereka harus memahami itu," katanya. 

Oposisi yang bangkit kembali menentang pemerintah, ketika Bangladesh akan melakukan pemilu pada akhir Januari 2024. Serikat pekerja juga melakukan protes untuk menentang peringatan Hasina. 

Kelompok hak-hak pekerja tekstil, Clean Clothes Campaign, telah menolak tingkat upah baru dan menyebutnya sebagai upah miskin.

Kelompok hak asasi manusia sebelumnya telah memperingatkan, kasus-kasus massal yang dilakukan terhadap ribuan orang tak dikenal akan memberikan izin polisi untuk menargetkan pengunjuk rasa yang tidak bersalah.

3. Peran Bangladesh dalam industri garmen global

150 Pabrik Garmen Ditutup, Takut Diamuk Buruh yang DemoIlustrasi suasana kota Dhaka di Bangladesh. (pexels.com/Ehsan Haque)

Bangladesh adalah negara penghasil garmen terbesar kedua di dunia setelah China. Negara Asia Selatan tersebut memiliki sekitar 3.500 pabrik yang mempekerjakan sekitar 4 juta pekerja di sektor ini, di mana sebagia besar adalah perempuan.

Setiap tahunnya, negara ini menghasilkan sekitar 55 miliar dolar AS (Rp861 triliun) atau hampir 16 persen dari produk domestik bruto. Bangladesh memasok banyak merk terkemuka dunia, termasuk Levi's, Zara dan H&M, terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Negara ini juga menjajaki pasar baru, seperti Jepang, China, dan India.

Baca Juga: Bangladesh Dilanda Wabah Demam Berdarah Terburuk, 1.006 Orang Tewas

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya