Varian Deltacron Disebut Hasil dari Kesalahan Penelitian

Deltacron disebut kombinasi dari varian Delta dan Omicron

Jakarta, IDN Times – Dunia baru-baru ini digegerkan penemuan mutasi COVID-19 baru kombinasi dari varian Delta dan Omicron. Strain baru ini dijuluki sebagai Deltacron.

Namun, pakar kesehatan global meragukan laporan tersebut. Mereka mengatakan kemungkinan besar strain tersebut adalah hasil dari kesalahan pemrosesan laboratorium.

1. Penolakan WHO

Varian Deltacron Disebut Hasil dari Kesalahan PenelitianIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Salah satu ahli yang meragukan temuan tersebut adalah pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam sebuah postingan di Twitter pada Minggu (9/1/2022), Pakar COVID-19 WHO, Dr Krutika Kuppali, mengatakan Deltacron tidak nyata.

“Oke semuanya, mari kita jadikan ini momen yang bisa diajari, tidak ada yang namanya #Deltacron (sama seperti tidak ada yang namanya #Flurona) #Omicron dan #Delta tidak membentuk varian super,” tulisnya.

“Ini kemungkinan artefak pengurutan (kontaminasi lab dari fragmen Omicron dalam spesimen Delta),” tambahnya.

Baca Juga: Ilmuwan Klaim Temukan Varian Deltacron, Gabungan Delta dan Omicron

2. Penjelasan ahli lainnya

Varian Deltacron Disebut Hasil dari Kesalahan Penelitianilustrasi virus corona (IDN Times/Aditya Pratama)

Ilmuwan lain yang sepakat bahwa temuan itu bisa jadi merupakan hasil dari kesalahan laboratorium adalah ahli virologi Dr Tom Peacock dari Imperial College London. Ia mencuitkan bahwa urutan Deltacron dari Siprus yang dilaporkan oleh beberapa media besar jelas merupakan kontaminasi.

“Beberapa dari kita telah melihat urutannya dan sampai pada kesimpulan yang sama bahwa itu tidak terlihat seperti rekombinan nyata,” tulis dia, mengacu pada kemungkinan penataan ulang materi genetik.

Fatima Tokhmafshan, ahli genetika di Institut Penelitian Pusat Kesehatan Universitas McGill di Montreal, juga menyatakan hal serupa.

“Ini bukan rekombinan tetapi lebih tepatnya kontaminasi laboratorium karena melihat pengajuan GISAID baru-baru ini dari Siprus, pengelompokan & profil mutasi menunjukkan tidak ada konsensus mutasi,” katanya dikutip dari CNBC.

Ilmuwan terkenal lainnya, Dr Boghuma Kabisen Titanji, seorang ahli penyakit menular di Emory University di Atlanta, juga menyatakan hal yang sama. “Informasi yang tersedia saat ini menunjukkan kontaminasi sampel yang bertentangan dengan rekombinasi sejati dari varian #Delta dan #Omicron,” katanya.

Namun, dia juga menekankan kemungkinan pencampuran materi genetik milik varian Delta dan Omicron bisa terjadi karena kedua strain terus bersirkulasi. Ia pun menyebut ini merupakan kondisi yang mengkhawatirkan.

“Rekombinasi dapat terjadi pada virus corona. Enzim yang mereplikasi genom mereka memiliki kecenderungan untuk melepaskan untaian RNA yang disalinnya dan kemudian bergabung kembali di tempat yang ditinggalkannya. Dengan #delta dan #omicron keduanya beredar, infeksi ganda dengan kedua varian meningkatkan kekhawatiran ini,” jelasnya dalam postingan di Twitter.

3. Varian Deltacron

Varian Deltacron Disebut Hasil dari Kesalahan PenelitianIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan seorang peneliti di Siprus telah menemukan jenis virus corona baru yang disebut Deltacron.

“Leondios Kostrikis, profesor ilmu biologi di Universitas Siprus, menyebutnya strain “Deltacron”, karena tanda genetic yang seperti Omicron dalam genom Delta,” jelas Bloomberg, Sabtu (8/1/2021).

Para peneliti mengatakan, per Sabtu (8/1/2021), Kostrikis dan timnya telah menemukan 25 kasus terkait virus tersebut. Mereka juga mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah ada lebih banyak kasus dari strain ini atau apa dampaknya.

“Kita akan melihat di masa depan apakah strain ini lebih patologis atau lebih menular atau apakah akan menang melawan dua strain dominan, Delta dan Omicron,” kata Kostrikis dalam sebuah wawancara dengan Sigma TV, Jumat (7/1/2022).

Menanggapi penentangan dari para ilmuwan tersebut, peneliti Siprus itu telah mengatakan kepada Bloomberg bahwa temuannya itu bukan hasil dari kesalahan teknis. Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, Kostrikis mengatakan kasus-kasus yang telah diidentifikasi menunjukkan adanya tekanan evolusioner pada strain leluhur untuk memperoleh mutasi ini dan bukan hasil dari satu peristiwa rekombinasi.

Dia juga dilaporkan mengatakan temuan itu muncul setelah sampel diproses dalam beberapa prosedur pengurutan di lebih dari satu negara dan bahwa setidaknya satu urutan dari Israel yang disimpan dalam database global menunjukkan karakteristik genetik Deltacron.

Baca Juga: 17 Platform Telemedicine Siaga Rawat Pasien Omicron di Rumah

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya