Tiongkok Perintahkan Investigasi Terhadap Skandal Vaksin Rabies
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beijing, IDN Times - Pemerintah Tiongkok telah memerintahkan investigasi terhadap skandal vaksin rabies yang saat ini sedang membuat publik panik. Dikutip dari BBC, bahkan Perdana Menteri Tiongkok, Le Keqiang, ikut memberikan pernyataan.
1. Produsen vaksin rabies kedapatan memalsukan data produksi
Produsen vaksin rabies lokal, Changsheng Biotechnology Co., ketahuan memalsukan data produksi mereka pada 15 Juli. Ini terungkap setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (SDA) mengumumkan temuannya tersebut ke hadapan publik.
Kantor berita milik pemerintah, Xinhua, mengutip seorang pejabat yang mengatakan bahwa Changsheng telah "memalsukan catatan produksi dan inspeksi produk" serta "secara sepihak mengubah parameter proses dan perlengkapan" selama masa produksi.
Baca juga: FBI Kantongi Rekaman Trump Soal Bayaran Eks Model Playboy
2. Produksi vaksin Changsheng pun dihentikan
Editor’s picks
Menyusul temuan tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan Tiongkok pun memaksa Changsheng untuk menghentikan proses produksinya. Kemudian, perusahaan tersebut wajib menjadi obyek investigasi lebih lanjut. Mereka pun harus membayar denda sebesar Rp 7,4 miliar.
Beberapa usai keputusan itu diumumkan, otoritas di Provinsi Jilin mengungkap bahwa vaksin-vaksin difteri serta tetanus hasil produksi Changsheng juga berada di bawah standar. Sayangnya, sudah ada lebih dari 250.000 dos vaksin yang dipasarkan pada 2017 lalu di Tiongkok bagian timur.
3. Publik geram meski otoritas berwenang mengatakan belum ada bukti individu yang terkena dampak
Media sosial Tiongkok, Weibo, dipenuhi dengan luapan kegeraman warganet atas skandal ini. Mereka khawatir jika menjadi korban atas kepalsuan yang ada. "Putraku akan divaksin bulan depan. Aku tak tahu apakah akan membiarkannya," tulis salah satu warganet.
Meski begitu, otoritas berwenang menegaskan bahwa hingga sejauh ini belum ada satupun yang menjadi korban karena vaksin rabies Changsheng. Hanya saja, masih tersisa kekhawatiran tentang vaksin difteri serta tetanus yang mendapat subsidi dari pemerintah dan diberikan kepada balita di seluruh negeri.
Baca juga: Panas Capai 41 Derajat, 40 Warga Jepang Meninggal