Mimpi Tiongkok Ciptakan Matahari Buatan Dekati Kenyataan 

Tiongkok berencana luncurkan matahari buatan ke angkasa 2050

Jakarta, IDN Times - Mimpi Tiongkok menciptakan matahari buatan mendekati kenyataan. Mereka sudah sukses menyalakan reaktor fusi nuklir yang berfungsi sebagai matahari buatan tersebut. Pengoperasian reaktor fusi nuklir itu menandai kemajuan besar dalam kemampuan tenaga nuklir di Negeri Tirai Bambu. 

Kantor berita Prancis, AFP, Senin, 7 Desember 2020 melaporkan, reaktor fusi nuklir itu diberi nama HL-2M Tokamak. Ini menjadi perangkat penelitian eksperimental fusi nuklir terbesar dan tercanggih di Tiongkok. 

Reaktor itu menggunakan medan magnet yang kuat untuk memadukan plasma panas dan dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat celcius, atau 10 kali lebih panas dari titik inti matahari yang sesungguhnya. Ini merupakan inisiatif dari ilmuwan di Tiongkok untuk membuka sumber energi bersih yang kuat. 

"Pengembangan energi fusi nuklir bukan hanya cara untuk menyelesaikan kebutuhan energi strategis Tiongkok tetapi juga memiliki kepentingan yang besar untuk pengembangan energi dan ekonomi nasional Tiongkok yang berkelanjutan di masa depan," demikian yang dilaporkan harian pro Pemerintah Tiongkok, People's Daily. 

Kapan kira-kira matahari buatan Tiongkok itu akan dioperasikan?

1. Tiongkok berencana melepas teknologi fusi nuklir secara komersial pada 2050

Mimpi Tiongkok Ciptakan Matahari Buatan Dekati Kenyataan Ilustrasi matahari buatan yang sedang dibuat oleh Tiongkok di Chengdu (www.twitter.com/@xwcd2015)

Laman India Times melaporkan reaktor HL-2M dapat mereplikasi cara matahari menghasilkan panas atau energi dengan cara menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar. Rahasia di balik reaktor HL-2M bisa menciptakan panas yang lebih tinggi dibandingkan matahari yaitu karena alat itu menggunakan medan magnet kuat yang memadukan plasma panas. Hasilnya, suhu yang dihasilkan bisa mencapai 150 juta derajat celcius. 

Tiongkok berencana melepas teknologi fusi nuklir untuk keperluan komersial dan dalam skala besar pada 2050 mendatang. Proyek matahari buatan ini tidak menjadi monopoli Tiongkok semata. Negeri Tirai Bambu juga menggandeng Amerika Serikat, India, Jepang, Rusia dan Korea Selatan. 

Selain Tiongkok, The Korean Institute of Fusion Energy juga sudah mengumumkan ke publik bahwa reaktornya mampu beroperasi hingga suhu 100 juta derajat celcius selama 20 detik. 

Baca Juga: Krisis Air, Afrika Selatan Ingin Redupkan Matahari 

2. Proyek pembuatan matahari buatan menelan biaya hingga US$22,5 miliar

Mimpi Tiongkok Ciptakan Matahari Buatan Dekati Kenyataan Ilustrasi matahari buatan yang tengah dibuat oleh Tiongkok (www.twitter.com/@xwcd2015)

Tiongkok di sisi lain juga bekerja sama dengan The International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) yang saat ini sedang dibangun di wilayah Prancis selatan. Proyek itu direncanakan rampung pada 2025. 

Meski berhasil menyalakan matahari buatan, namun Negeri Tirai Bambu tidak berhenti sampai di situ. Mereka berencana untuk menggabungkan inti atom untuk menciptakan energi dalam jumlah besar. Hal ini malah bertolak belakang dari proses fusi yang biasanya digunakan dalam senjata atom dan pembangkit listrik tenaga nuklir. 

Fusi ini tidak menghasilkan gas rumah kaca dan bisa mengurangi risiko kecelakaan seperti pencurian bahan atom. Namun, proses itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan diperkirakan menelan biaya hingga US$22,5 miliar. 

3. Tiongkok juga berambisi menciptakan bulan buatan yang berencana diluncurkan ke orbit pada 2020

Mimpi Tiongkok Ciptakan Matahari Buatan Dekati Kenyataan Ilustrasi bendera Tiongkok (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)

Selain matahari buatan, Negeri Tirai Bambu juga berambisi untuk menciptakan bulan buatan. Laman Time pada 2018 lalu, melaporkan ilmuwan Tiongkok berencana untuk meluncurkan bulan buatan ke orbit pada 2020. 

Para ilmuwan berharap bulan buatan bisa bertengger di atas Kota Chengdu, ibu kota di provinsi Sichuan. Benda langit tiruan ini pada dasarnya merupakan satelit yang diterangi. Benda tersebut memiliki lapisan reflektif untuk mengirimkan sinar matahari kembali ke bumi. Diharapkan, bulan buatan ini bisa melengkapi sebagai penerang lampu jalan di malam hari. 

Para ilmuwan memperkirakan bahwa bulan buatan bisa delapan kali lebih terang dibandingkan bulan yang sebenarnya. Bulan buatan juga akan mengorbit lebih dekat ke bumi yakni sekitar 500 km jauhnya. Sedangkan, bulan yang asli mengorbit dengan jarak lebih jauh dari bumi yaitu 380 ribu km. 

Menurut Kepala Masyarakat Ilmuwan di area Tian Fu New, Wu Chunfeng, bulan buatan ini diperkirakan bisa menghemat biaya listrik di Kota Chengdu hingga US$173 atau setara Rp2,4 triliun. Diharapkan bulan buatan juga bisa membantu menerangi langit ketika terjadi mati lampu dan bencana alam. 

Bila proyek bulan buatan ini berhasil, maka Tiongkok siap meluncurkan tiga bulan buatan lainnya ke langit pada 2022 mendatang. 

Baca Juga: Ukir Sejarah, Tiongkok Tancapkan Bendera di Bulan 

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya