El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, merupakan satu-satunya ibu kota di wilayah tersebut yang masih berada di bawah kendali militer Sudan dan telah dikepung selama lebih dari satu tahun. Penelitian dari Humanitarian Research Lab (HRL) Universitas Yale menunjukkan bahwa RSF sedang membangun dinding tanah di sekitar el-Fasher untuk menjebak orang-orang di dalamnya.
HRL memperingatkan bahwa el-Fasher akan jatuh ke tangan RSF jika militer Sudan tidak segera mendapat bala bantuan. Sementara itu, para analis dan aktivis Sudan khawatir kelompok paramiliter tersebut akan menargetkan warga sipil yang masih bertahan di kota, yang sebagian besar berasal dari kelompok etnis yang mereka anggap sebagai musuh.
Dilansir dari Al Jazeera, Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) juga melaporkan peningkatan signifikan dalam kematian warga sipil dan kekerasan bermotif etnis. Menurut badan tersebut, sedikitnya 3.384 warga sipil meninggal dalam enam bulan pertama 2025. Jumlah ini setara dengan 80 persen dari total 4.238 kematian warga sipil sepanjang 2024.
“Beberapa tren tetap konsisten sepanjang paruh pertama tahun 2025: maraknya kekerasan seksual, serangan tanpa pandang bulu, serta meluasnya penggunaan kekerasan balasan terhadap warga sipil—khususnya dengan dasar etnis—yang menargetkan individu yang dituduh melakukan ‘kolaborasi’ dengan pihak lawan,” demikian isi laporan tersebut.