Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tanah Longsor Kubur Desa di Sudan, Lebih dari 1.000 Orang Tewas

ilustrasi longsor (unsplash.com/Wolfgang Hasselmann)
ilustrasi longsor (unsplash.com/Wolfgang Hasselmann)
Intinya sih...
  • Pegunungan Marra jadi tempat pelarian selama konflik.
  • Lokasi bencana sulit diakses oleh organisasi bantuan internasional akibat perang.
  • Pertempuran semakin membara di Darfur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tanah longsor menghancurkan sebuah desa di pegunungan Marra di Sudan barat. Hanya satu orang yang dilaporkan selamat, sementara lebih dari 1.000 lainnya tewas.

Pemberontak lokal Gerakan/Tentara Pembebasan Sudan (SLM) mengatakan, tanah longsor terjadi pada Minggu (31/8/2025) setelah hujan lebat mengguyur daerah itu selama berhari-hari. Alhasil, desa tersebut kini rata dengan tanah.

“Informasi awal menunjukkan bahwa seluruh penduduk desa, yang diperkirakan berjumlah lebih dari seribu orang, tewas, dengan hanya satu orang yang selamat,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan pada Senin (1/9/2025).

Mereka juga meminta bantuan PBB dan badan-badan bantuan internasional untuk membantu mengevakuasi jenazah para korban, termasuk perempuan dan anak-anak.

1. Pegunungan Marra jadi tempat pelarian selama konflik

Sejak pecahnya perang antara militer Sudan dan RSF pada Oktober 2023, banyak penduduk dari negara bagian Darfur Utara mengungsi ke wilayah pegunungan Marra, di mana pasokan makanan dan obat-obatan kini sangat terbatas.

Perang saudara di Sudan telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan warga meninggalkan rumah mereka. Konflik ini juga menjerumuskan negara tersebut ke dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, di mana lebih dari separuh populasi menghadapi ancaman kelaparan.

SLM, yang menguasai area tempat terjadinya tanah longsor, telah berjanji untuk berjuang bersama militer Sudan dalam melawan RSF.

2. Lokasi bencana sulit diakses oleh organisasi bantuan internasional akibat perang

Gubernur Darfur yang berpihak pada militer, Minni Minnawi, menyebut bencana longsor pada Minggu sebagai tragedi kemanusiaan yang melampaui batas-batas wilayah.

“Kami mengimbau organisasi-organisasi kemanusiaan internasional untuk segera turun tangan dan memberikan dukungan serta bantuan pada saat kritis ini, karena tragedi ini lebih besar daripada apa yang dapat ditanggung oleh rakyat kami sendiri,” katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Guardian.

Sebagian besar wilayah Darfur, termasuk lokasi terjadinya tanah longsor, masih sangat sulit diakses oleh organisasi bantuan internasional akibat pertempuran yang terus berlangsung. Situasi ini membuat penyaluran bantuan kemanusiaan yang mendesak menjadi terhambat.

3. Pertempuran semakin membara di Darfur

Dilansir dari Al Jazeera, pertempuran semakin meningkat di Darfur, khususnya di El-Fasher, sejak militer Sudan merebut kembali ibu kota, Khartoum, dari RSF pada Maret lalu. El-Fasher telah berada di bawah pengepungan RSF selama lebih dari setahun terakhir. Pasukan paramiliter berupaya merebut kota strategis itu, yang menjadi pusat populasi besar terakhir yang masih dikuasai militer di kawasan Darfur.

RSF, yang kehilangan sebagian besar wilayah Sudan tengah termasuk Khartoum pada awal 2025, kini berusaha mengonsolidasikan kekuasaan di wilayah barat dan membentuk pemerintahan tandingan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us