Tambang Emas Sudan Runtuh, 6 Orang Tewas dan Puluhan Terjebak

- Dampak langsung dari kurangnya pengawasan dan standar keselamatan di tambang emas Sudan.
- Militer Sudan dan RSF menggunakan industri emas untuk biaya perang.
- Hampir seluruh perdagangan emas disalurkan melalui Uni Emirat Arab.
Jakarta, IDN Times - Sebuah tambang emas runtuh di Sudan utara. Sedikitnya enam orang tewas dan 20 lainnya diduga terjebak di bawah reruntuhan.
Pejabat mengatakan, kecelakaan itu terjadi pada Jumat (5/9/2025) di wilayah Um Aud, sebelah barat kota Berber di negara bagian River Nile. Belum jelas apa penyebab runtuhnya tambang tersebut.
“Upaya sedang dilakukan untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan,” kata Hassan Ibrahim Karar, direktur eksekutif wilayah Berber, pada Sabtu (6/9/2025).
1. Dampak langsung dari kurangnya pengawasan dan tidak adanya standar keselamatan
Dilansir dari Xinhua, kelompok relawan Jaringan Dokter Sudan mengonfirmasi adanya korban jiwa dalam insiden tersebut. Mereka menyebutkan bahwa sedikitnya sembilan orang mengalami luka-luka dan telah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa insiden ini merupakan akibat langsung dari kekacauan, kurangnya pengawasan, dan tidak adanya standar keselamatan di sektor pertambangan tradisional.
Mereka mendesak pihak berwenang untuk menghentikan operasi di tambang yang tidak aman dan tidak diatur, menyediakan alternatif yang lebih aman bagi para pekerja, dan meminta pertanggungjawaban pihak-pihak yang bertanggung jawab.
2. Militer Sudan dan RSF andalkan industri emas untuk biaya perang
Sejak konflik meletus pada April 2023, baik militer Sudan maupun pasukan Rapid Support Forces (RSF) kerap mengandalkan industri emas untuk membiayai operasi perang mereka.
Menurut sumber resmi dan LSM, hampir seluruh perdagangan emas Sudan disalurkan melalui Uni Emirat Arab (UEA), yang secara luas dituduh memasok senjata ke RSF. Namun, UEA membantah tuduhan tersebut.
Meski konflik terus berlangsung, pemerintah yang didukung militer mengumumkan rekor produksi emas sebanyak 64 ton pada 2024, dilansir dari The New Arab.
3. Sudan termasuk produsen emas terbesar di Afrika
Sudan, negara terbesar ketiga di Afrika, masih menjadi salah satu produsen emas utama di benua itu. Namun, sebagian besar emas ditambang melalui metode tradisional dan skala kecil, yang minim standar keselamatan serta kerap menggunakan bahan kimia berbahaya. Hal ini dapat menimbulkan risiko kesehatan serius bagi para penambang maupun masyarakat sekitar.
Menurut data industri, sektor pertambangan tradisional dilaporkan mempekerjakan lebih dari dua juta orang sebelum perang.
Para ahli pertambangan mengungkapkan bahwa sebagian besar emas yang diproduksi oleh kedua pihak yang bertikai diselundupkan melalui Chad, Sudan Selatan, dan Mesir sebelum akhirnya sampai ke UEA, yang kini menjadi eksportir emas terbesar kedua di dunia.
Konflik di Sudan telah merenggut puluhan ribu nyawa dan memaksa sekitar 10 juta orang mengungsi, menjadikannya krisis pengungsian terbesar di dunia. Selain itu, 25 juta warga Sudan juga mengalami kerawanan pangan akut.