Calon Perdana Menteri Thailand Terancam Batal Bentuk Pemerintahan 

Pita Limjaroenrat hanya meraup 324 suara di parlemen

Jakarta, IDN Times - Calon Perdana Menteri Thailand, Pita Limjaroenrat, kini terus menggalang dukungan dan mematangkan strategi untuk putaran kedua pemilihan umum. Pita kini terancam gagal menjadi perdana menteri karena kalah 51 suara di parlemen yang didominasi oleh militer.

Putaran kedua pemilu Thailand digelar Rabu (19/7/2023) dan Pita kembali mencalonkan diri lagi. Koalisi delapan partai yang mayoritas adalah oposisi juga mendukungnya untuk maju kembali.

“Kami masih terus berdialog untuk mendapatkan lebih banyak dukungan,” kata Pita, dikutip dari Channel News Asia, Rabu.

Sebelumnya, pada pemilu 15 Mei 2023 lalu, Partai Move Forward yang menaungi Pita meraup suara tertinggi, yakni 14 juta suara. Meski mendapatkan jutaan suara, namun upaya Pita membentuk pemerintahan gagal karena dihalangi oleh para pendukung militer.

Para senat di parlemen menolak proposal Partai Move Forward yang tujuannya adalah untuk merevisi UU pencemaran nama baik Kerajaan Thailand yang pelakunya bisa dipenjara hingga 15 tahun.

Baca Juga: Oposisi Berjaya di Pemilu Thailand, Militer Bakal Lengser?

1. Pita hanya mendapat 324 suara di parlemen

Pada pemungutan suara parlemen pekan lalu, Pita hanya mendapatkan 324 suara dari parlemen dan kurang 51 suara untuk membentuk pemerintahan sebagai calon perdana menteri.

Hari ini, Mahkamah Konstitusi Thailand juga bakal memutuskan apakah Pita harus didiskualifikasi dari parlemen karena memiliki saham di perusahaan media. Hal ini dilarang oleh anggota parlemen di bawah konstitusi.

Namun, Pita menegaskan saham tersebut adalah warisan dari ayahnya dan stasiun televisi yang dimaksud sudah tutup.

“Ini tidak akan memengaruhi pencalonan saya sebagai PM,” tegas Pita.

Baca Juga: Thailand Terancam Gagal Punya Perdana Menteri Baru

2. Anak muda Thailand mengecam pemerintahan petahana

Sementara itu, sekumpulan anak muda Thailand mengecam pemerintahan petahana saat ini karena dianggap berusaha menjegal Pita dan koalisinya.

Dewan Mahasiswa Universitas Thammasat Thailand mengutuk parlemen dan senator yang menolak dan abstain dalam penunjukkan Pita sebagai PM.

“Penolakan ini sama saja menolak keinginan rakyat yang memang sudah memilih Pita pada Mei lalu,” ungkap dewan tersebut.

Baca Juga: Jelang Pemilu Thailand, Anak Muda Ingin Perubahan

3. Pita cukup populer di kalangan anak muda Thailand

Calon Perdana Menteri Thailand Terancam Batal Bentuk Pemerintahan Pemimpin Partai Move Forward Thailand, Pita Limjaroenrat. (dok. Twitter @Pita_MFP)

Pita memulai karier politiknya ketika ia terpilih menjadi anggota parlemen pada 2019 sebagai anggota Partai Future Forward yang didirikan oleh Thanathorn Juangroongruangkit, seorang miliarder dan kritikus militer.

Partai ini sempat meraup suara anak muda cukup banyak pada Pemilu 2019 meski harus menelan kekalahan karena pemilu kembali dimenangkan oleh kubu militer yang dipimpin Prayut Chan-o-cha.

Namun, Future Forward terpaksa bubar setelah itu karena Thanatorn dikeluarkan dari anggota parlemen. Usai pembubaran Future Forward, dibentuklah Move Forward untuk menggantikannya dan menunjuk Pita sebagai pemimpinnya.

Pita sendiri lahir dari keluarga yang cukup berada di Thailand. Ayahnya merupakan seorang penasihat di Kementerian Pertanian Thailand dan pamannya merupakan salah satu staf dari eks PM Thaksin Sinawatra.

Pita memperoleh gelar master bidang kebijakan publik di Universitas Harvard, Amerika Serikat dan gelar MBA di Massachusetts Institute of Technology (MIT) serta gelar sarjana ekonomi dari Universitas Thammasat, Bangkok.

Sebelum berkecimpung di dunia politik. Pita berkarir di dunia bisnis dengan menjalankan perusahaan minyak bekatul milik mendiang ayahnya. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif Grab Thailand.

Baca Juga: Profil Pita Limjaroenrat, Calon PM Thailand dari Oposisi 

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya