Mesir Izinkan 20 Truk Bantuan Masuk ke Jalur Gaza
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi sepakat memperbolehkan sekitar 20 truk bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza yang kini masih membara.
“Jika Hamas menyita bantuan atau tidak memperbolehkan bantuan itu masuk, maka semuanya akan berakhir,” kata Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, dikutip dari CNN, Kamis (19/10/2023).
Perlunya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza juga disampaikan Biden saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, kemarin. Namun, Biden tetap menegaskan berada di pihak Israel.
Sebelumnya, El-Sisi membantah pemerintahannya telah menutup perbatasan Rafah, satu-satunya penyeberangan dari Gaza yang lumayan aman dari serangan Israel. Perbatasan Rafah juga satu-satunya jalan bagi warga sipil menyelamatkan diri keluar dari Gaza ke Mesir.
1. Jumlah truk bantuan dinilai sangat sedikit
Meski demikian, 20 truk bantuan ini dinilai sangat sedikit dibandingkan dengan 2,3 juta orang yang hidup dengan keterbatasan saat ini karena serangan Israel yang bertubi-tubi ke Gaza.
“20 truk bantuan kemanusiaan ini terlalu sedikit. Sudah terlambat,” kata analis politik senior dari media Al Jazeera, Marwan Bishara.
“Anda, para pemimpin negeri adidaya, tidak perlu undang-undang, resolusi internasional, atau apapun itu untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Anda hanya perlu moral dan akal sehat,” tutur dia.
Baca Juga: 10 WNI di Gaza Belum Berhasil Dievakuasi karena Situasi Memanas
2. El-Sisi tolak pemindahan warga Palestina ke Sinai
Editor’s picks
El-sisi mengatakan jutaan warga Mesir menentang pemindahan paksa warga Palestina ke Sinai. Ia juga menambahkan, eksodus massal tersebut akan berisiko mengubah semenanjung Mesir menjadi basis serangan terhadap Israel.
“Apa yang terjadi sekarang di Gaza adalah upaya memaksa warga sipil untuk mengungsi dan bermigrasi ke Mesir, yang tidak boleh diterima,” kata Sisi.
“Mesir menolak segala upaya untuk menyelesaikan masalah Palestina dengan cara militer atau melalui pengusiran paksa warga Palestina dari tanah mereka, yang akan merugikan negara-negara di kawasan," tambahnya.
3. Negara Arab khawatir Israel tidak izinkan pengungsi Gaza untuk kembali
Yordania, yang berbatasan dengan Tepi Barat yang diduduki Israel dan menampung sebagian besar pengungsi Palestina sejak 1948, juga memperingatkan agar warga Palestina tidak dipaksa meninggalkan tanah mereka.
Salah satu kekhawatiran terbesar mereka adalah pemindahan paksa akan membatalkan tuntutan Palestina untuk menjadi negara yang utuh.
Sekitar 700 ribu warga Palestina diusir atau melarikan diri dari wilayah yang sekarang menjadi Israel pada perang 1948. Orang-orang Palestina menyebut peristiwa itu sebagai Nakba, yang dalam bahasa Arab berarti “malapetaka”.
Mesir khawatir sejarah itu akan terulang kembali dan sejumlah besar pengungsi Palestina dari Gaza akan menetap selamanya di negara tempat pelarian mereka.
Baca Juga: AS Sumbangkan Rp1,5 Triliun ke Palestina, Tapi Tetap Dukung Israel