Profesor Kedokteran Korsel Mulai Kurangi Jam Kerja Hari Ini 

Mereka akan tetap awasi pasien penyakit serius

Intinya Sih...

  • Dokter senior di Korea Selatan (Korsel) mengurangi jam kerja untuk atasi kelelahan akibat pemogokan dokter junior.
  • Profesor akan fokus pada perawatan pasien penyakit serius, sambil mengurangi operasi dan layanan untuk pasien rawat jalan.

Jakarta, IDN Times - Para dokter di Korea Selatan (Korsel) dilaporkan mulai mengurangi jam kerja mereka, Senin (1/4/2024) untuk mengatasi kelelahan lantaran adanya pemogokan berkepanjangan dari dokter junior.

Para profesor yang merupakan dokter senior di rumah sakit besar akan memangkas jam kerja mereka mulai hari ini.

“Meskipun kami telah merawat pasien tanpa batas waktu dan mengurangi jumlah mereka, tampaknya kami telah mencapai batas fisik kami. Kami akan menyesuaikan jam kerja kami,” kata Ketua Komite Tanggap Darurat untuk Profesor Kedokteran Korsel, Bang Jae Seung, dikutip dari ANTARA, Senin.

Baca Juga: Dokter Mogok, Pasien di Korsel Takut Layanan Medis Tumbang

1. Cuti siang hari setelah bekerja 24 jam nonstop

Ia mengatakan, di sebuah rumah sakit universitas biasanya jam kerja mingguan profesor dokter tersebut berkisar antara 60-98 jam.

Komite akhirnya sepakat bahwa profesor akan mengambil cuti kerja di siang hari setelah bekerja 24 jam berturut-turut.

“Profesor akan fokus pada perawatan pasien penyakit serius dan darurat sambil mengurangi operasi dan layanan untuk pasien rawat jalan,” lanjut Bang.

Baca Juga: KBRI Minta Perusahaan Kapal Tenggelam Korsel Santuni Korban WNI 

2. Pasien takut mogoknya para dokter bisa memperparah sakitnya

Seorang perempuan berusia 30-an menceritakan kekhawatiran bahwa kelumpuhan layanan medis akibat pemogokan dokter pelatihan dan para profesor kedokteran dapat mempengaruhi terapi antikanker ibunya yang didiagnosis menderita kanker payudara stadium empat.

"Saya sangat khawatir bahwa siklus pengobatan ini dapat terpengaruh jika profesor kedokteran di rumah sakit tersebut memutuskan untuk mengundurkan diri juga," katanya kepada Kantor Berita Yonhap di Rumah Sakit Universitas Nasional Chungbuk, Cheongju.

Hal senada disampaikan pasien penyakit ginjal berusia 70-an tahun lainnya yang mengunjungi rumah sakit turut melampiaskan rasa frustrasinya.

Pria itu mengatakan, fungsi ginjalnya sekarang hanya 15 persen dari kapasitas penuhnya dan harus mengunjungi rumah sakit setiap bulan untuk pemeriksaan rutin.

Baca Juga: Ikut Mogok Massal, Dokter Senior Korsel Kurangi Jam Praktik

3. Aksi unjuk rasa dokter terus terjadi di Korsel

Sementara itu, salah satu dari dua serikat pekerja terbesar di Korea, unit regional Konfederasi Serikat Pekerja Korea mengadakan aksi unjuk rasa di seluruh negeri secara bersamaan untuk menyerukan normalisasi layanan medis.

"Pemerintah dan komunitas dokter tidak boleh mengabaikan kekosongan layanan medis, yang membahayakan nyawa pasien dan merampas hak pekerja untuk bertahan hidup," kata seorang anggota cabang serikat pekerja di Provinsi Gangwon dalam rapat umum.

Banyak rumah sakit umum di seluruh Korea Selatan telah mengurangi layanan rawat jalan atau kapasitas operasi dengan menutup sementara atau mengintegrasikan bangsal rumah sakit yang berbeda setelah pemogokan para dokter pelatihan. Hal itu mengganggu operasi rumah sakit dan menimbulkan defisit keuangan.

Sejak Senin lalu, para profesor kedokteran di banyak universitas dan rumah sakit umum di Korsel telah mulai mengajukan pengunduran diri secara massal untuk mendukung pemogokan selama sebulan oleh lebih dari 10 ribu dokter peserta pelatihan yang semakin memperburuk gangguan dalam layanan kesehatan di seluruh negeri.

Baca Juga: Mulai Pekan Depan, Korsel Akan Tangguhkan Izin Dokter yang Mogok Kerja

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya