UNHCR Apresiasi Indonesia yang Tampung 341 Pengungsi Rohingya

Masih ada satu pertahu yang terombang-ambing di laut

Jakarta, IDN Times - Badan PBB untuk Pengungsi, UNHCR, menanggapi 341 pengungsi Rohingya dari Myanmar yang baru saja mendarat di Pidie, Aceh, beberapa hari lalu. UNHCR mengapresiasi Indonesia, yang bukan pihak yang meneken Konvensi Pengungsi, tetapi mau dan mengizinkan para pengungsi untuk masuk.

“Dengan mengizinkan pendaratan aman kepada sekitar 341 pengungsi Rohingya, yang tiba dengan dua perahu terpisah antara tanggal 14 dan 15 November, Indonesia telah menunjukkan solidaritas dan jiwa kemanusiaan yang kuat,” sebut pernyataan dari UNHCR, yang diterima IDN Times, Sabtu (18/11/2023).

“UNHCR meminta agar kepedulian dan keramahan diberikan secara berkelanjutan untuk mendukung pendaratan perahu lain yang mungkin akan datang, termasuk perahu ketiga yang saat ini terombang ambing di lepas pantai Aceh,” lanjut pernyataan itu.

Baca Juga: 36 Rohingya Mendaratkan Diri di Bireuen, Termasuk Anak-anak

1. Para pengungsi kelaparan dan kehabisan air

UNHCR Apresiasi Indonesia yang Tampung 341 Pengungsi RohingyaPengungsi etnis Rohingya saat proses evakuasi oleh TNI AL di Pelabuhan ASEAN, Krueng Geukuh, Aceh Utara, Aceh, Jumat (31/12/2021). (ANTARA FOTO/Rahmad)

Saat ini, UNHCR dan beberapa mitra pun sudah ada di lokasi pendaratan para pengungsi untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka, terutama untuk anak-anak dan perempuan.

Perahu ketiga yang membawa sekitar 200 pengungsi Rohingya yang membutuhkan makanan, air, dan perhatian medis - termasuk sejumlah besar perempuan dan anak-anak - belum diizinkan untuk mendarat dan tetap berada di lepas pantai Aceh.

“UNHCR sekali lagi meminta Indonesia untuk segera bertindak untuk memungkinkan pendaratan dan menyediakan bantuan penyelamatan jiwa kepada individu-individu ini,” kata UNHCR.

Baca Juga: KTT ASEAN 2023: PBB Soroti Mirisnya Kehidupan Pengungsi Rohingya

2. UNHCR menyerukan koordinasi ke negara-negara terdekat

UNHCR Apresiasi Indonesia yang Tampung 341 Pengungsi RohingyaKapal yang digunakan untuk mengangkut pengungsi etnis Rohingya hingga terdampar di pesisir Pantai Kuala Simpang Ulim, Aceh Timur, Aceh, Sabtu (5/6/2021). Kapal yang membawa 81 orang pengungsi etnis Rohingya dengan tujuan Malaysia tersebut terdampar di Aceh pada Jumat, 4 Juni 2021. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Menurut UNHCR, akan ada banyak kapal lagi yang akan berangkat dari Myanmar maupun kamp pengungsi di Bangladesh dalam waktu dekat, karena para pengungsi Rohingya masih terus mencari keamanan dan perlindungan.

"Para pengungsi Rohingya sekali lagi mengambil risiko yang mempertaruhkan nyawa dalam mencari solusi," kata Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia, Ann MAymann.

“Kami menyerukan kepada semua negara yang terlibat untuk mematuhi komitmen yang telah dibuat dalam Deklarasi Bali dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi regional untuk melakukan pencarian dan penyelamatan yang dapat diprediksi serta pendaratan yang aman. Prioritas utama harus menyelamatkan nyawa dan menghindari tragedi yang lebih besar,” tutur dia.

3. Indonesia bukan pihak yang meneken Konvensi Pengungsi 1951

UNHCR Apresiasi Indonesia yang Tampung 341 Pengungsi RohingyaJuru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhamad Iqbal. (IDN Times/Sonya Michaella)

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI buka suara terkait adanya pendaratan ratusan Rohingya di Aceh ini.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhamad Iqbal, menyatakan bahwa Indonesia bukan pihak yang meneken Konvensi Pengungsi 1951. Maka dari itu, Indonesia tidak memiliki kewajiban dan kapasitas untuk menampung pengungsi, apalagi memberi solusi permanen bagi mereka.

Penampungan yang selama ini diberikan semata-mata karena alasan kemanusiaan. Ironisnya banyak negara pihak pada konvensi justru menutup pintu dan bahkan menerapkan kebijakan push back terhadap para pengungsi itu,” kata Iqbal, dalam keterangannya.

Iqbal menambahkan, penanganan sementara yang dilakukan oleh Indonesia terhadap etnis Rohingnya malah dimanfaatkan oleh jaringan penyelundupan manusia.

“Mereka malah mencari keuntungan finansial dari para pengungsi tanpa peduli risiko tinggi yang dihadapi oleh mereka, khususnya kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak. Bahkan banyak di antara mereka teridentifikasi korban TPPO,” ucap Iqbal.

Baca Juga: Dua Kapal Bawa 370 Rohingya Mendarat di Pidie

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya