Tarif AS ke Indonesia Tetap 32 Persen, Negara ASEAN Lain Gimana?

- Indonesia tetap dikenakan tarif 32 persen oleh AS, tanpa negosiasi.
- Meski negosiasi dengan AS, Malaysia malah tambah tarif menjadi 25 persen.
- Thailand, Kamboja, Laos, dan Myanmar juga menerima penurunan tarif resiprokal dari AS.
Jakarta, IDN Times - Indonesia tetap dikenakan tarif 32 persen oleh Amerika Serikat (AS). Presiden AS mengumumkannya lewat surat yang dibagikan ke-14 negara lainnya, termasuk 5 negara ASEAN.
Angka ini tak berubah dari yang disampaikan Trump pada 2 April lalu, saat pertama kali mengumumkan daftar ratusan negara yang terkena tarif resiprokal.
“Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif kepada Indonesia hanya sebesar 32 persen pada setiap dan semua produk Indonesia yang dikirim ke Amerika Serikat, terpisah dari semua Tarif Sektoral,” kata Trump dalam surat tersebut, yang dikirim pada Senin (7/7/2025).
Dalam surat itu, Trump menambahkan, barang yang dikirim ulang untuk menghindari tarif yang lebih tinggi, akan dikenakan tarif yang lebih tinggi tersebut.
“Harap dipahami bahwa angka 32 persen tersebut jauh lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesenjangan Defisit Perdagangan yang kita miliki dengan Negara Anda,” imbuhnya.
Lantas, berapa persen tarif yang diterima negara ASEAN lainnya?
1. Malaysia

Negara tetangga Indonesia, Malaysia juga ikut negosiasi dengan AS terkait tarif tersebut. Namun, mereka malah ketambahan 1 persen tarif dari AS.
“Hubungan kita, sayangnya, jauh dari Timbal Balik. Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif kepada Malaysia hanya 25 persen pada setiap dan semua produk Malaysia yang dikirim ke Amerika Serikat, terpisah dari semua Tarif Sektoral,” kata Trump dalam suratnya.
Malaysia salah satu negara yang juga mendapat surat dari Trump terkait resiprokal ini. Pada April lalu, Malaysia kena tarif 24 persen, dan angka ini naik 1 persen berdasarkan surat yang mereka dapatkan.
2. Thailand

Negara ASEAN lainnya yang dikirimi "surat cinta" dari Trump adalah Thailand. Raja Vajiralongkorn hingga pelaksana Perdana Menteri dikirimi surat tarif oleh Presiden AS itu.
“Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif Thailand hanya 36 persen pada semua produk Thailand yang dikirim ke Amerika Serikat, terpisah dari semua Tarif Sektoral,” tutur Trump.
Pada April lalu, Thailand juga mendapat angka serupa. Seperti Indonesia, negosiasi Negeri Gajah Putih juga gagal.
Terlebih saat ini, krisis politik juga terjadi di Thailand, usai sang perdana menteri, Paetongtarn Shinawatra dipecat.
3. Kamboja

Surat Trump juga ditujukan kepada Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet. Meski demikian, Kamboja berhasil menurunkan penetapan tarif dari 49 persen menjadi 36 persen.
“Mulai tanggal 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif kepada Kamboja hanya sebesar 36 persen pada setiap dan semua produk Kamboja yang dikirim ke Amerika Serikat, terpisah dari semua Tarif Sektoral,” beber Trump.
4. Laos

Laos juga mendapat surat dari Trump. Surat ditujukan pada Presiden Laos, Thongloun Siaoulith.
“Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif sebesar 40 persen kepada Laos atas semua produk Laos yang dikirim ke Amerika Serikat, terpisah dari semua Tarif Sektoral,” kata Trump.
Angka ini turun delapan persen dari yang disampaikan Trump pada April lalu. Kala itu, Laos mendapat 48 persen, dan kini menjadi 40 persen.
5. Myanmar
Pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing juga mendapat surat dari Trump. Isinya mengenai tarif yang turun dari 44 persen menjadi 40 persen.
“Mulai tanggal 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif sebesar 40 persen kepada Myanmar atas semua produk Burma yang dikirim ke Amerika Serikat, terpisah dari semua Tarif Sektoral. Barang yang dikirim ulang untuk menghindari Tarif yang lebih tinggi akan dikenakan Tarif yang lebih tinggi tersebut,” tutur Trump dalam suratnya.
Ia menegaskan, jangan ada tarif balasan jika tidak mau angka tersebut lebih tinggi lagi.
6. Vietnam

Sejauh ini, hanya Vietnam yang mampu menurunkan tarif resiprokalnya. Pendekatan negosiasi Vietnam dengan AS dinilai berhasil.
Kesepakatan itu diteken setelah Trump melakukan panggilan telepon dengan Sekretaris Jenderal Vietnam, To Lam pada 2 Juli lalu. Isinya, AS akan memberlakukan tarif 20 persen untuk barang asal Vietnam, dan tarif 40 persen untuk produk yang dikirim ulang lewat Vietnam, yang banyak melibatkan barang China.
Sebagai imbalan, Vietnam membuka akses bebas tarif untuk produk-produk AS di pasar mereka. Tarif baru 20 persen untuk produk Vietnam menggandakan tarif minimum 10 persen yang selama ini berlaku sejak April 2025.
Tanpa perjanjian ini, produk Vietnam terancam dikenakan tarif hingga 46 persen, salah satu yang paling tinggi dalam rencana tarif Trump.
Sementara Filipina dan Singapura tidak mendapat surat dari Trump. Pada April lalu disampaikan bahwa Filipina mendapat tarif resiprokal 17 persen, sedangkan Singapura 10 persen.