Anak Muda Dunia Lebih Percaya Algoritma daripada Politisi

Survei Anak Muda WEF 2021

Jakarta, IDN Times – Memperingati Hari Pemuda Internasional (IYD), yang jatuh pada 12 Agustus 2021, komunitas penentu dunia--Global’s Shapers Community-- Forum Ekonomi Dunia (WEF) meluncurkan sebuah survei menyeluruh secara geografis yang diberi tajuk: Davos Labs, Recovery Plan, atau Rencana Pemulihan.

Lebih dari 2 juta pemuda berpartisipasi dalam survei yang menjangkau 187 negara dan 300-an sesi komunitas di 150 kota di dunia. Survei mendapatkan 19 ribuan tanggapan, dan menjangkau 2,3 juta khalayak usia 20-30 tahunan, sebagaimana usia Global’s Shaper Community yang ada di 450 kota di dunia.

Rencana pemulihan dunia yang disusun para pemuda ini menggambarkan hal menarik. Anak muda lebih percaya kepada algoritma ketimbang politisi.

“Secara umum mereka lebih percaya kepada pengelolaan oleh robot ketimbang manusia, dan menganggap korupsi, perubahan iklim dan gagalnya kepemimpinan politik sebagai risiko paling krusial saat ini,” demikian keterangan tertulis WEF yang diterima IDN Times, Rabu (11/8/2021).

Para penentu masa depan dunia ini juga menyerukan pajak kekayaan diterapkan secara global untuk melindungi jaring pengaman sosial, seraya menyusun rencana yang ambisius untuk dunia yang terkoneksi secara digital pada tahun 2025.

Ada 40 rekomendasi kebijakan yang muncul dari proses intensif ini yang diharapkan membantu pengambil kebijakan untuk mengintegrasikan suara anak muda dan membentuk masa depan yang lebih setara untuk semua.

Berikut poin-poin yang menonjol.

Baca Juga: WEF Davos: Jambore Orang Kaya Dunia untuk Diskusikan Kesenjangan

1. Davos Labs susun panduan menuju “next normal”, dunia pasca COVID-19

Anak Muda Dunia Lebih Percaya Algoritma daripada PolitisiWEF 2020, Davos-Klosters, Swiss, 21 Januari 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

“Kami sepakat perlu membangun kembali dunia pasca COVID-19. Kita perlu sebuah masyarakat, ekonomi, dan komunitas internasional yang didesain untuk peduli kepada semua warganya, terutama kaum muda, yang menjadi bagian paling penting dan paling terdampak bagi masa depan dunia,” kataKetua Komunitas Global Shapers WEF Wadia Ait Hamza. Menurutnya, kaum muda memiliki banyak ide inovasi dan energi untuk menentukan masa depan. 

Rencana pemulihan versi anak muda ini menyerukan kebijakan lingkungan yang lebih ketat, perlindungan ekosistem finansial, meningkatkaan akses ke program teknologi, dan investasi untuk mendukung lebih banyak anak muda terjun ke politik. Ide-ide yang dirumuskan itu menyiapkan anak muda menjadi pemimpin global di era normal berikutnya “next normal” pasca pandemik.

2. Untuk perubahan iklim, anak muda menyerukan dihentikannya eksplorasi baru energi fosil

Anak Muda Dunia Lebih Percaya Algoritma daripada PolitisiWEF 2020, Davos-Klosters, Swiss, 21 Januari 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Rencana pemulihan versi anak muda meminta semua kegiatan eksplorasi dan pengembangan baru untuk batubara, minyak dan, gas dihentikan untuk membatasi pemanasan global di angka 1,5 persen, sesuai Kesepakatan Paris.

Mereka menyerukan institusi keuangan tidak mengalirkan pinjaman atau menjamin investasi yang bentuknya eksplorasi dan membangun energi fosil. “Perusahaan harus secara tegas mengganti dewan direksi yang tidak berniat menurunkan bahan bakar fosil atau transisi ke sumber energi terbarukan,” demikian kesepakatan anak muda WEF. 

3. Hampir 25 persen anak muda bakal ngutang jika menghadapi problem biaya kesehatan yang datang mendadak

Anak Muda Dunia Lebih Percaya Algoritma daripada PolitisiWEF 2020, Davos-Klosters, Swiss, 21 Januari 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Davos Labs menghasilkan catatan penting bahwa anak muda ingin penerapan secara global pajak kekayaan untuk mereka yang punya aset di atas US$50 juta dolar  (Rp700 miliar dengan kurs per dolar Rp14 ribuan), untuk memastikan alokasi jaring pengaman sosial dan menghindari upaya penghematan yang secara tidak proporsional menjadi beban kelompok muda dan kelas pekerja miskin.

Hampir separuh dari anak muda yang disurvei mengatakan, mereka kurang keterampilan dan hampir 25 persen mengaku bakal menempuh risiko terperangkap utang jika menghadapi pengeluaran tak terduga biaya kesehatan. 

4. Anak muda juara soal keterbukaan internet, tapi khawatir penyalahgunaan

Anak Muda Dunia Lebih Percaya Algoritma daripada PolitisiWEF 2020, Davos-Klosters, Swiss, 21 Januari 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Separuh dari populasi dunia masih kekurangan akses ke dunia digital, dan masih banyak yang menghadapi pemutusan akses internet alias black-outs.

Rencana pemulihan anak muda merekomendasikan investasi digital senilai US$2 triliun untuk menutup kesenjangan itu, terutama di saat dunia masih harus menerapkan jaga jarak sosial yang membuat warganya kian tergantung kepada interaksi daring.

5. Anak muda sangat khawatir dengan merebaknya korupsi dan gagalnya kepemimpinan politik

Anak Muda Dunia Lebih Percaya Algoritma daripada PolitisiWEF 2020, Davos-Klosters, Swiss, 21 Januari 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Anak muda dalam survei WEF percaya, dunia sedang mengalami krisis yang serius dalam politik. Masalah besar yang dihadapi masyarakat saat (survei dilakukan selama pandemik), adalah manifestasi dari problem mendasar dalam politik.

Mereka sangat peduli dengan korupsi dan gagalnya kepemimpinan politik, dan keduanya menjadi hal paling krusial yang harus dibenahi untuk menjaga kepercayaan anak muda akan sistem politik.

Survei juga menemukan, anak muda lebih percaya jika sistem politik dikelola oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence) misalnya dalam bentuk algoritma ketimbang oleh manusia.

Untuk membenahi masalah ini, Davos Labs merekomendasikan investasi lebih besar dalam program yang dapat mendukung anak muda dengan suara progresif bergabung di pemerintahan dan menjadi pembuat kebijakan yang berpengaruh.

Hasil dari survei Davos Labs juga menunjukkan bahwa keselamatan fisik ada di peringkat teratas berkaitan dengaan keselamatan di kalangan muda. Hal ini muncul dari naiknya penggunaan teknologi pelacakan dan kebijakan bernuansa militer terhadap aktivis dan kelompok warga kulit berwarna.

Davos Labs yang notabene adalah kelanjutan semangat Davos Agenda 2021, juga diwujudkan dalam bentuk Manifesto Millennial sebagai panduan pelaksanaan Rencana Pemulihan.

Baca Juga: WEF Gelar Davos Agenda 2021, Bahas Dunia Pasca-COVID-19

Dalam tulisan opini berkaitan dengan peluncuran survei ini, pendiiri dan Kepala Eksekutif WEF, Klaus Schwab, menggambarkan, bagi generasi millennial, krisis finansial dunia pada 2008 dan Depresi Besar berakibat pengangguran parah, tumpukan utang kuliah, dan kurangnya pekerjaan yang memadai. Sekarang, gara-gara COVID-19, seolah universitas ditutup, pengangguran makin parah, dan protes meluas. Orang muda punya hak untuk peduli dan marah dengan situasi saat ini, dan melihat tantangan yang ada adalah pengkhianatan bagi masa depan mereka.

“Tahun 2021 adalah saatnya berpikir dan berbuat jangka panjang untuk menciptakan norma antargenerasi dan mendesain masyarakat, ekonomi dan komunitas internasional untuk semua,” tulis Schwab.

Baca Juga: Survei WEF, Anak Muda ASEAN Tahan Banting Saat Pandemik Corona

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya