Anthony Fauci: Donald Trump Harus Ajak Pengikutnya Divaksinasi  

Trump diam-diam sudah divaksinasi kabarnya

Jakarta, IDN Times - Pakar penyakit menular Amerika Serikat (AS) Anthony Fauci beharap, mantan Presiden Donald Trump menggunakan popularitasnya untuk mengampanyekan program vaksinasi nasional. Sebab, hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa simpatisan Trump cenderung menolak divaksinasi.

Dilansir dari AP, sebagian pendukung Trump garis keras melihat kampanye vaksinasi yang diluncurkan Presiden Joe Biden sebagai kebijakan politis, alih-alih upaya untuk menjaga kesehatan di tengah pandemik COVID-19. Alhasil, mereka enggan menolak vaksin karena dianggap sebagai bentuk pengakuan terhadap pemerintahan Biden.

“(Ajakan Trump) akan mengubah permainan. Pengaruhnya sangat luar biasa (untuk pendukungnya dan loyalis Partai Republik),” kata Fauci yang merupakan penasihat Gedung Putih untuk kebijakan kesehatan, Minggu (14/3/2021).

Baca Juga: Gedung Putih Kritik Trump dalam Distribusi Vaksin

1. Ajakan Trump akan sangat berpengaruh

Anthony Fauci: Donald Trump Harus Ajak Pengikutnya Divaksinasi  Mantan Presiden Donald J. Trump (Instagram.com/whitehouse)

Beberapa saat lalu, Biden mengatakan bahwa AS berada di jalur yang tepat untuk mensukseskan inokulasi nasional. Jumlah dosis yang didistribusikan dan diberikan setiap hari terus meningkat, dengan rata-rata lebih dari 2,5 juta suntikan setiap hari dalam seminggu terakhir.

Melalui layar kaca pada acara Fox News Sunday, Fauci meminta Trump memanfaatkan pengaruhnya untuk membebaskan Negeri Paman Sam dari virus yang telah menewaskan 547 ribu warga AS itu.  

“Jika dia keluar dan berkata, 'Pergi dan dapatkan vaksinasi. Ini sangat penting untuk kesehatan Anda, kesehatan keluarga Anda, dan kesehatan negara,' tampaknya sangat tak terhindarkan bahwa sebagian besar orang yang merupakan pengikut dekatnya akan mendengarkan dia," terang dia.

Tidak ada komentar langsung dari kantor mantan presiden terkait pernyataan Fauci.

2. Trump dan sebagian politisi Republik meragukan keamanan vaksin

Anthony Fauci: Donald Trump Harus Ajak Pengikutnya Divaksinasi  Aktivitas pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat. (Facebook.com/Pfizer)

Dua pekan lalu, bertepatan dengan pertemuan politik konservatif di Florida, Trump menyarankan kepada para hadirin untuk divaksinasi. Sayangnya, Trump tidak seperti mantan presiden lainnya dan kebanyakan pejabat publik yang divaksinasi dengan sorotan kamera.

Trump juga tidak muncul dalam kampanye layanan publik baru untuk vaksinasi COVID-19 yang mencakup mantan Presiden Jimmy Carter, Bill Clinton, George W. Bush, dan Barack Obama.

"Apa masalah yang terjadi di sini? Ini adalah vaksin yang akan menyelamatkan nyawa jutaan orang. Saya tidak dapat memahami alasannya (meragukan keamanan), ketika Anda memiliki vaksin yang 94-95 persen efektif dan sangat aman. Saya tidak mengerti,” tutur Fauci dalam Meet the Press NBC.   

Baca Juga: Trump Bisa Memperburuk Standar Presiden AS Bila Tidak Dimakzulkan 

3. Target AS menuntaskan vaksinasi pada Juli

Anthony Fauci: Donald Trump Harus Ajak Pengikutnya Divaksinasi  Ilustrasi Penyuntikan Vaksin (ANTARA FOTO/AAP Image/David Mariuz via REUTERS)

Baru-baru ini, terungkap bahwa Trump telah disuntikkan vaksin secara pribadi di Gedung Putih sebelum meninggalkan kantor pada Januari.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan, sekitar 1 dari 5 orang Amerika telah menerima setidaknya satu dosis, dengan sekitar 1 dari 9 telah divaksinasi penuh. Tidak bisa dipungkiri, vaksinasi berdampak terhadap tren penurunan kasus harian, meski angkanya masih relatif tinggi.

Di tengah tren positif, Fauci dan CDC memperingatkan agar masyarakat tidak abai dengan protokol kesehatan. Pernyataan itu merujuk kepada Pemerintah Texas dan Mississippi yang mengizinkan masyarakat membuka masker di ruang publik dan mengizinkan kantor serta pertokoan beroperasi 100 persen.

Pemerintah Biden mencanangkan vaksinasi nasional tuntas pada Juli 2021. Sampai seluruh warga telah divaksinasi, Fauci mewanti-wanti supaya AS tidak meniru keselahan sejumlah negara Eropa, yang melonggarkan protokol kesehatan setelah tren transmisi menurun. Alhasil, mereka harus menghadapi gelombang lain, bahkan berhadapan dengan varian corona baru.

Baca Juga: Presiden Trump Tinggalkan Rumah Sakit, Lepaskan Masker di Gedung Putih

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya