Indonesia Serukan Solidaritas Negara Berkembang di Tengah Krisis Dunia

Menlu Retno telah mengadakan 11 pertemuan bilateral

New York, IDN Times – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, telah mengadakan 11 pertemuan bilateral dengan timpalannya dari berbagai negara. Pertemuan digelar satu hari sebelum Sidang Majelis Umum ke-78 Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) dimulai.

Deretan negara yang mengadakan pertemuan bilateral dengan Indonesia adalah Maladewa, Palestina, Thailand, Timor Leste, Republik Demokratik Kongo, Kazakhstan, Palau, Slovakia, dan Saint Lucia. Ada juga dua pertemuan lainnya dengan Senator AS dari California Eric Swalwell dan Martin Griffiths selaku Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA).

“Sejauh ini Indonesia sudah menerima 80 undangan permintaan bilateral. Hari ini sudah 11 pertemuan. Perkiraan sajuh ini (sampai hari terakhir) mungkin sekitar 40-50 pertemuan,” kata Retno dalam media briefing di Kantor Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York, Senin (18/9/2023).

1. Hasil pertemuan dengan sejumlah negara

Indonesia Serukan Solidaritas Negara Berkembang di Tengah Krisis DuniaMenlu RI Retno Marsudi bertemu dengan Perdana Menteri dan Menlu Saint Lucia (IDN Times/Vanny El Rahman)

Secara spesifik, Retno mengelaborasi hasil pertemuan bilateral dengan Palau, Slovakia, Saint Lucia, dan Eric Swalwell.

Terkait Palau, Indonesia membahas seputar kerja sama perdagangan dan investasi serta pembangunan pasifik. Indonesia juga mengundang Palau untuk hadir dalam KTT Archipelagic and Island States Forum (AIS Forum) di Bali pada 11 Oktober 2023.

Dengan Slovakia, Indonesia membahas mengenai percepatan negosiasi Indonesia-EU CEPA (Europe Union Comprehensive Economic Partnership Agreement).

“Dengan Congresman Eric Swalwell, saya menyampaikan apresiasi pembentukan friends of Indonesia congress, sebagai bentuk dukungan kongres terhadap penguatan hubungan kedua negara,” sambung Retno.

Selain mengadakan pertemuan bilateral, Indonesia-Saint Lucia juga menandatangani dua nota kesepahaman, yaitu terkait establihsment of political consultation serta perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas.

Baca Juga: Indonesia Jadi Panutan soal Pencapaian SDGs

2. Menyuarakan kepentingan multilateralisme Indonesia

Indonesia Serukan Solidaritas Negara Berkembang di Tengah Krisis DuniaMenlu RI Retno Marsudi dalam media briefing di Kantor PTRI PBB di New York (IDN Times/Vanny El Rahman)

Ada dua isu yang dibahas Retno di setiap pertemuan, yaitu isu bilateral dan multilateral. Ihwal multilateralisme, Retno selalu menekankan solidaritas dan persatuan Global South di tengah krisis dunia, seperti perubahan iklim hingga permasalahan pangan.

Selain itu, Indonesia juga sedang mencari dukungan untuk mencalonkan diri menjadi Anggota Dewan HAM PBB 2024-2026.

Obrolan multilateralisme juga disuarakan Retno saat bertemu dengan Slovakia, terkait aksesi keanggotaan Indonesia di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

“Dengan Martin Griffiths membahas upaya sinergi bantuan kemanusiaan untuk Myanmar. Jadi bagaimana bantuan dari PBB dan ASEAN agar sinergi, sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh rakyat Myanmar,” tutur Retno.

Dia menyambung, “tadi juga sudah disampaikan kalau AHA Center sudah bisa masuk ke wilayah yang sangat terdampak konflik.”

3. Pidato Menlu RI di SDG Summit 2023

Indonesia Serukan Solidaritas Negara Berkembang di Tengah Krisis DuniaMenlu RI Retno Marsudi di SDGs Summit 2023 (IDN Times/Vanny El Rahman)

Sebelumnya, Menlu Retno telah menyampaikan pandangan ASEAN dan Indonesia seputar Sustainable Development Goals (SDGs) di SDG Summit 2023 pada Senin (18/9/2023) pagi. Melalui kesempatan itu, dengan tegas Retno mengatakan bahwa kesenjangan menjadi penghambat untuk merealisasikan SDGs yang ditargetkan pada 2030.

“Tatanan global saat ini tidak layak untuk memberi kesempatan kepada negara-negara Selatan. Akibatnya, kita berada di jalur yang tidak tepat untuk mencapai SDGs pada 2030,” kata Retno

“Kita tidak punya pilihan lain, selain menciptakan lingkungan yang kondusif. Di mana negara-negara Selatan harus mempunyai peluang untuk mengembangkan industri hilir,” tambahnya.

Baca Juga: Menlu Retno: Kita Sudah Keluar Jalur untuk Wujudkan SDGs 2030

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya